2) Pelengkap dalam Marhorja (Pernikahan)
Ada empat jenis bahan dan hewan penting di dalam perlengkapan marhorja yaitu: pira manuk na nihobolan (telur ayam), manuk (ayam), hambeng (kambing), dan horbo (kerbau). Tingkat mangupa dalam marhorja kecil dan mendasar paling sedikit harus memenuhi bahan penting sebutir telur ayam, tingkat kedua harus mengandung ayam, tingkat ketiga harus mengandung kambing, dan tingkat tertinggi harus mangandung kerbau.
Setiap tingkat mangupa yang lebih tinggi harus mengandung unsur bahan dan hewan yang ada dalam tingkatan yang lebih rendah. Misalnya, untuk tingkat mangupa tertinggi, yang menggunakan hewan penting berupa kerbau, hidangan pangupa itu juga harus menyajikan kambing, ayam, dan telur. Hewan-hewan penting tersebut tentu saja harus dipadukan dengan berbagai hidangan dan perangkat pangupa yang lain.
Perangkat pangupa dengan hewan kerbau adalah sebagai berikut: alas paling bawah adalah anduri (tampian), di atas anduri ada tiga helai bulung ujung (daun pisang bagian ujung), di atas bulung ujung ditaruh indahan sibonang wanita (nasi putih yang disebut siribu-ribu), di atas indahan sibonang wanita diletakkan ikan-ikan kecil dari tujuh sungai, biasnya haporas dan incur, di kiri dan kanan, di atas nasi biasanya diletakkan masing-masing seekor ikan, di bagian belakang ditaruh parmiakan ni manuk (bagian punggung ayam), di bagian kiri dan kanan dalam diletakkan paha kerbau, di samping paha kerbau diletakkan paha ayam, di depan paha kerbau dan paha ayam diletakkan pira manuk na dihabolan (telur ayam yang masak dan sudah dikupas), yang dibubuhi garam di tengahnya, bagian yang paling depan adalah kepala kerbau, mata teliga, bibir dan dagunya, semua pangupa ditutup dengan sehelai bulung ujung (daun pisang ujung), dan paling atas adalah sehelai kain adat, abit godang (selimut adat).
Kemudian hata mangupa-upa disampaikan oleh bayo pangupa sebagai pelengkap upacara marhorja. 3) Fungsi Marhata-hata Marhata-hata dalam upacara marhorja mempunyai fungsi di tengah-tengah masyarakat Kota Nopan. Fungsi marhata-hata tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Fungsi Penghibur
Dengan mendegarkan marhata-hata segala kesedihan yang dirasakan pendengarnya akan hilang, karena dalam marhata-hata yang disampaikan oleh si pangkal, parkulaan, raja dan bayo pangupa bukan hanya berisikan nasehat-nasehat saja tetapi dalam marhata-hata juga terdapat hiburan yang membuat kedua mempelai merasa tenang dan tidak jenuh untuk mendengarkan hata-hata yang dituturkan disebabkan di dalam marhata-hata sering terdapat ungkapan-ungkapa yang disampaikan penuh dengan makna tersendiri bagi pendengar.
Tuturan tersebut sebagai berikut ini:
sindokon ni natobang-tobang pincur ningia ulu panjujungan talpak nigia abara pamorcanan tarsongonon dope kaisinan nadapot sian tuhan imana dapot tarpatidahon tu maradu sudena di taratak. Terjemahannya: Seperti yang dikatakan yang tobang-tobang lonjong katanya kepala panjujungan (memikul) datar katanya bahu untuk pamorcanan (jingjing) seperti ini baru yang dapat dari tuan itu yang dapat terlihatkan kepada semu yang ada di rumah ini.
b. Fungsi Pendidikan
Marhata-hata digunakan untuk sarana dalam pendidikan, terutama pendidikan komunikas. Dalam berkomunikasi harus menggunakan bahasa yang baik. Marhata-hata inilah yang akan mendidik seseorang untuk berbahasa yang baik. Karena seseorang yang telah meresapi atau memahami marhata-hata akan memiliki bahasa yang baik. Orang yang berbahasa yang baik dipandang dalam masyarakat sebagai orang yang berpendidikan.
c) Fungsi Sosial
1.) Tenggang Rasa
Sifat tenggang rasa merupakan suatu nilai sosial yang dibanggakan oleh masyarakat Mandailing. Seperti terdapat dalam tuturan berikut: “i surdu buragir nasocukup di hasayana tu maraud ampuan na bahaso hajat dot tujuan na ima nangkinniani nagit paturun matondi di pinompar ibana, olo tutu tarigot nangkinniani pagidoan natobang-tobang niba najoloan hombang ratus hombang ribu sai mamakpak songon labor burangir ulang pincur songon pagu, on mada nangkinniani anso i alap hula dohot kahanggi tarlobi-lobi natoras namora di haratakan mangido iba tunjuk ajar, atak gambar ruang sangan sonjia do nangkinniani tampa tahalona harana ibana nangkinniani nagiot marhajat patidahon bontar ni ate-ate. putih ni hati tarhdop nangkinniani di atas haroro ni niparmaen di ibana tu haratakan” Terjemahannya: Diberikan sirih yang tidak cukup lengkapannya kepada beradu pangkuanya bahwasanya hajad dan tujuannya yaitu untuk mengadakan acara pernikahan pinompar. Iya benar teringa permintaan natobang-tobang kita dulu kembang ratus, kembang ribuan berkembang seperti rotan sirih jangan lonjong seperti rumput, itu makanya supaya dijemput hula denga marga terlebih-lebih natoras namora di rumah ini memintak tunjuk ajar atak gambar ruang seperti apa yang tadi tampa ada halanganya karena saya yang tadi ingin mengadakan hajat memperlihatkan putih hati. Putih hati kepada yang tadi di atas kedatangan menantu kerumah ini.
2.) Tanggung jawab
“Jadi songonon ma iba mangido gogo di gajah mangido sora di onggang mangido halak suruonkon tu hula dohot marga tarlobi-lobi natoras namora”
Terjemahannya: Jadi seperti inilah saya memintak kekutan di gajah memintak suara di burung memintak orang untuk disuruh kepada hula marga terlebih-lebih natoras namora. Maksud dari tuturan di atas adalah tuan rumah memintak kepada masyarakat agar bersedia melaksanakan upacara marhorja ini. Tuan rumah mau bertanggung jawab kepada masyarakat yang telah hadir di dalam upacara marhorja ini dengan cara memintak maaf atas segala sesutunya yang salah. Cara menyampaikan mintak maaf dan mintak izin ini diungkapkannya pada waktu marhata-hata.
3.) Ramah Tamah atau Sopan
Sebelum kita melakukan pembicaraan dengan orang lain sebaiknya kita lebih dahulu memanggil atau memberikan hormat kepada orang tersebut dengan budi bahasa yang baik. Sehinggan kita jauh dari sifat angkuh dan sombong. Hal ini dapat dilihat dari kutipan marhata-hata berikut ini: “Tumaradu ampuanna hula dohot marga tarlobi-lobi natoras namora niba namadung juguk di haratakan”
Terjemahannya: Kepada pangkuan hula dengan marga terlebih-lebih natoras namora saya yang telah duduk di rumah ini.
4.) Fungsi Bahasa
Marhata-hata berguna untuk mempertahankan bahasa daerah, karena bahasa yang digunakan dalam marhata-hata adalah bahas Mandailing. Bahasa Mandailing merupakan salah satu bahasa daerah yang membentuk bahasa nasional atau bahasa Indonesia. Melalui marhata-hata inilah dilestarikan bahahsa daerah dan kebudayaan daerah.
5.) Fungsi Adat
Suatu upacara marhorja nagari yang berbau adat Mandailing sudah pasti menggunakan marhata-hata sebagai alat komunikasi dalam acara tersebut. Orang yang tidak mengerti dengan nilai-nilai yang terkandung dalam marhata-hata dianggap sebagi orang yang tidak beradat. Seperti tuturan dalam marhata-hata berikut ini: “Bagian nangkinniani mangupa angkentong cukup rap dei tandana iba namar sadat benua goarna” Terjemahannya: Bagian yang tadi mangupa haruslah cukup ikuk tandanya saya yang beradat kampung namanya.
6.) Fungsi Moral
Marhata-hata ini bisa membentuk keperibadian seseorang dalam tingkah laku di tengah masyarakat, terutama bertingkahlaku yang baik dan sopan. Karena dalam marhata-hata tersebut terkandung nilai-nilai, norma-norma, aturan maupun hukum yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.
7.) Fungsi Agama
Marhata-hata sebagai tradisi Mandailing mempunyai nilai-nilai agama. Dalam setiap marhata-hata dalam upacara marhorja ini pembukan hatanya selalu mengucapkan puju sukur kepada Allah Swt agar upacara ini lancar dan diberikan keberkah mulai dari awal acara sampai akhir selesai dan taklupa pula seorang penutur hata-hata ini mengucapkan salawat kepada nabi Muhammad Saw. Seperti yang terdapat pada dalam tuturan berikut ini:
“Alhamdulilahirobbilalamin puji sukur tu tuhanta namarkuasoi nadohot ucapan alhamdulilahirobbilalamin mudah-mudahan dot mangucapkon alhamdulilahrobbilalamin sai leng mangalehen rahmad jita naso martupa-tupa songoni buse salawat mariring salam inda lupa hita manghadiahkonna ima junjungan ta nabi Muhammad Saw nadohot lapas allohumasolialaiydina muhammadak, mudah-mudahan nian dot mambacoon salawad nai leng dapot sapaat kita sanoli on di padang mahsar” Terjemahannya: Assalamualaikum warohmatullohi wabarakhatuh alhamdulilahirobbilalamin puji sukur kepada tuhan kita yang kuasa dengan ucapan alhamdulilahirobbilalamin mudah-mudahan dengan mengucapkan alhamdulilahirobbilalamin selalu memberikan rahmad kepada kita yang tidak pernah habis-habisnya begitu juga salawat beriringkan salam tidak lupa kita menghadiahkannya kepada jungjungan kita nabi Muhammad Saw yang berlapaskan allohumasoliallasayydina muhammadak, mudah-mudahan dengan membacakan salawatnya kita sapaatnya di padang mahsar.
D. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai marhata-hata dalam upacara marhorja di Nagari Kota Nopan Kecamata Rao Utara Kabupaten Pasaman, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Struktur marhata-hata dalam upacara marhorja adalah struktur cerita yang merupakan urutan acara mulai dari awal sampai akhir. Lingkungan penceritaan adalah keadaan dan situasi pada pertunjukan atau hal-hal yang mempengaruhi diluar struktur pertunjukan mencakup suasana, khalayak, pemain, sejarah, suasana pertunjukan dan saran pertunjukan.
2) Kedudukan marhata-hata dalam upacara marhorja ini menjelaskan mengenai sebagai berikut: pertama, nilai-nilai yang terdapat dalam marhata-hata, contohnya: nilai kerukunan, menjaga kerukunan dalam berumah tangga dikandung oleh nasehat-nasehat yang terkandung di dalam marhata-hata ini, nilai spiritual harapan dan doa agar kedua pengantin mendapatkan rumah tangga yang langgeng dan memperoleh keturunan anak yang baik-baik, dan nilai sosial petuah dan nasehat itu umumnya merupakan pertunjukan hidup bermasyarakat. Kedua, sebagai pelengkap dalam marhorja (pernikahan). Sebagai pelengkap dalam marhorja (pernikahan) karena dalam setiap upacara pernikahan adat Mandailing marhata-hata ini tidak pernah ditinggalkan, dalam pernikahan marhata-hata ini sebagai salah satu syrat yang penting dalam upacara marhorja.
3) marhata-hata mengandung fungsi sebagai berikut:
(1) fungsi penghibur dengan mendegarkan marhata-hata segala kesedihan yang dirasakan pendengarnya akan hilang.
(2) fungsi pendidikan, marahat-hata digunakan untuk sarana dalam pendidikan.
(3) fungsi sosial, marhata-hata akan mengajak seseorang untuk berperilaku untuk berperilaku sosial dalam masyarakat. Karena dalam marhata-hata terkandung nilai sosial diantaranya: tenggang rasa, tanggung jawab, dan ramah tamah atau sopan dalam kehidupan bermasyarakat.
(4) fungsi bahasa, melalui marhata-hata inilah dilestarikan bahasa daerah dan budaya daerah.
(5) fungsi adat, orang yang tidak mengerti atau memahami hata-hata dianggap sebagai orang yang tidak tahu adat.
(6) fungsi moral, marhata-hata bisa membimbing seseorang untuk bertingkah laku baik.
(7) fungsi agama, upacara marhata-hata bisa membimbing seseorang untuk menjalankan ajaran agama islam dengan baik. Diharapkan pada masyarakat terutama generasi muda di Nagari Kota Nopan Kecamata Rao Utara Kabupaten Pasaman agar dapat membina dan melestarikan marhata-hata dalam upacara marhorja. Karena dalam marhata-hata tersebut memiliki kedudukan dan fungsi tersendiri bagi masyarakat.
Disadur dari : Makalah Nurhidayati, Bakhtaruddin Nasution, M. Ismail Nasution / Program Studi Sastra Indonesia FBS, Universitas Negeri Padang
Catatan:
artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbing I Drs. Bakhtaruddin Nst., M.Hum. dan Pembimbing II M. Ismail Nst., S.S., M.A.