PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Pemerintah didesak segera mendorong pemakaian karet alam untuk campuran aspal jalan di Indonesia dalam upaya mengangkat harga karet alam yang terus terpuruk.
Pemerintah jangan hanya mengandalkan pada luar negeri dalam persoalan pemasaran karet alam, sebab berbagai proyek infrastruktur jalan di Indonesia bisa mendongkrak pemakaian karet alam di dalam negeri.
Jika pemerintah menerapkan pemakaian karet alam untuk aspal, maka pemakaian karet di dalam negeri akan terdongkrak dan akan terjadi kenaikan harga karet alam di tingkat petani, sehingga kesejahteraan petani karet akan terdongkrak kembali.
Dalam berbagai penelitian mengungkapkan, bahwa campuran karet alam dan aspal justru akan sangat jauh lebih tahan dibanding hanya pemakaian aspal saja.
“Oleh karenanya, kita mendesak pemerintah Indonesia secepat mungkin menerapkan karet alam untuk campuran aspal jalan,” kata Muhammad Rasidin Lubis di Panyabungan, Jum’at (8/4/2016).
Dia juga menghimbau agar pejabat pemerintah Indonesia di Jakarta tidak labil jika ada kekuatan lain yang mencoba menghalangi penerapan karet alam untuk aspal jalan.
Sebab, menurutnya, setidaknya ada dua kelompok kepentingan yang mencoba menghalangi. Pertama kelopok yang takut berukarangnya pemakaian aspal yang bersumber dari minyak mentah itu. Kelompok kedua adalah pihak-pihak yang korup yang khawatir proyek pemeliharaan aspal jalan akan berkurang karena ketahanan campuran karet alam dan aspal sangat tahan lama.
Hingga posisi Kamis (7/4) harga karet alam di Panyabungan, Mandailing Natal masih di kisaran 6.500 hingga 7.000 rupiah per kilo gram. Jauh menurun disbanding era Presiden BJ Habibi yang sudah menembus 20.000 rupiah per kilo gram.
Mayoritas kepala keluarga di Mandailing Natal menggantungkan hidup pada komoditi karet alam. Terpuruknya harga karet dalam beberapa tahun terakhir telah memiskinkan warga Madina, juga berdampak pada kelesuan ekonomi Madina.
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dilansir Detik Finance, Senin (7/3/2016), bahwa untuk saat ini proyek infrastruktur jalan bisa menyedot sekitar 1,6 juta ton per tahun karet alam jika digunakan untuk mencapur aslam jalan.
Di sisi lain, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara mengungkap produksi karet Sumut pada tahun 2015 sekitar 450.000 ton atau turun dari total produksi 2014 yang mencapai 465.000 ton. Bahkan untuk tahun 2016, diprediski akan menurun lagi.
“Produksi yang turun itu karena faktor turunnya harga dan iklim. Penurunan harga memicu banyak petani tidak menderas dan bahkan menebang pohon karetnya,” kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Eddy Irwansyah di Medan, pada 12 Desember 2015 yang dilansir Koran Sindo.
Sebelumnya, Anggota Komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin dari Partai Keadilan Sejahtera telah mendesak pemerintah untuk komit mendorong penggunaan karet alam pencampur aspal.
“Pemerintah dan termasuk pengusaha konstruksi jalan selama ini enggan menerima masukan dari berbagai penelitian untuk mencampur karet pada aspal jalan karena kekuatan jalannya akan bertahan sangat lama,” katanya yang dilansir Pikiran Rakyat 13 Mei 2105.
Menurut Andi, kekuatan jalan dengan aspalnya ditambah campuran karet alami, akan berdampak kekuatan dan keawetan jalan. “Sehingga berakibat pada tidak ada lagi proyek abadi pembangunan jalan,” ujarnya.
Politisi PKS daerah pemilihan Sulawesi Selatan II ini mengatakan, perlu jiwa besar bagi pemerintah, untuk menghilangkan proyek-proyek abadi yang dari jaman rezim Suharto hingga Jokowi, masih tetap berlangsung.
“Proyek abadi yang dimaksud seperti pembangunan jalan Pantura yang tidak ada berhentinya dibangun puluhan tahun tidak ada ujung pangkalnya. Penggunaan campuran karet pada aspal jalan selain mampu meningkatkan konsumsi nasional karet, juga sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani, menggeliatkan industri karet, dan membahagiakan banyak orang dengan memperlancar alur distribusi orang dan barang,” ucapnya.
Editor : Dahlan Batubara
Comments
Komentar Anda