MEDAN – Para anggota DPRD Sumatera Utara dinilai berpura-pura jika tidak mengetahui pengadaan sejumlah fasilitas mewah di gedung tersebut. Terlebih, jika mereka termasuk anggota Badan Anggaran (Banggar).
“Sangat mustahil jika anggota dewan mengaku tidak tahu. Apalagi mereka sebagai anggota badan anggaran,” kata pemerhati anggaran Sumut, Elfenda Ananda, tadi malam.
Elfanda menilai, kondisi ini semakin menunjukkan kelemahan para legislator. “Atau jangan-jangan, mereka pura-pura tidak tahu,” ungkapnya. Sebab, kata Elfanda, dalam penyusunan anggaran ini, pastinya sudah melalui pembahasan di internal badan anggaran.
Dia justru mempertanyakan pembahasan RAPBD maupun PAPBD. Menurutnya, munculnya pengadaan-pengadaan tersebut, menunjukkan adanya persoalan di sekretariat dewan. “Ada hal-hal yang lolos dan sengaja tidak bahas. Atau ada sandiwara atau seolah tidak tahu. Ini untuk menutupi kelemahan mereka. Jadi apa yang terjadi di pusat, dengan revonasi banggar, salah satu contoh yang terjadi daerah,” sebut Elfenda.
Hal senada juga dikatakan analis politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Taufan Damanik. Dia mengatakan, setiap penyusunan anggaran, tidak mungkin anggota dewan tidak mengetahuinya. Sebelumnya, anggota Banggar DPRD Sumut, Zurkarnain mengakui, jika pihaknya kebobolan dalam pembahasan anggaran di legislatif. “Iya, kok nggak tahu kita ya,” katanya.
Menurutnya, kecolongan itu dikarenakan pembahasan anggaran yang tidak mungkin diteliti satu persatu dengan angka-angka dan ketebalan berkas yang mencapai ribuan lembar. Hingga saat ini, sejumlah anggota DPRD Sumut mengaku tidak tahu keberadaan fitness center. Juga mengenai pengadaan fasilitas lainnya seperti televisi dan aquarium. “Akhirnya tahu setelah diribut-ributi,” ujar Ketua Komisi B, T Dirkhansyah Abu Sublihar Ali.
Berbeda dengan Diky, Ketua Fraksi PPP DPRD Sumut, Fadly Nurzal, meski mengaku tidak terkejut dengan pengadaan alat fitness ini, dia mengakui tidak semua anggota dewan menyukai alat tersebut. Fadly sendiri mengaku lebih suka jalan-jalan sore dan jalan pagi setelah shalat subuh daripada menggunakan alat ini.
Anggota Komisi A DPRD Sumut, Raudin Purba juga mengaku tidak tahu adanya pengadaan tersebut. Bahkan, Raudin juga dengan tegas mengatakan banyak pengadaan di gedung dewan yang tidak transparan. Begitu juga mengenai pengawasan yang dilakukan pihaknya terbilang tidak maksimal.
Anggota Komisi E DPRD Sumut, Richard Eddy M Lingga mengaku juga tidak mengetahui hal tersebut. Bedanya, meski tidak mendukung secara gamblang, namun dia menilai pengadaan sarana tersebut penting demi kesehatan. Meski banyak yang bersuara, tak sedikit pula yang bungkam dan enggan memberikan komentar terkait adanya pengadaan tersebut.
Hingga saat ini, fitness center yang berada di lantai I gedung baru tersebut belum dibuka dan masih terkunci. Menurut pengakuan salah seorang pegawai, fitness center ini hanya akan digunakan anggota dewan.
Sementara Sekretaris DPRD Sumut, Randiman Tarigan, terkesan menghilang sejak isu ini mencuat. Saat coba ditemui di ruangannya, Jum’at (20/1) lalu, menurut stafnya dia keluar. Meski seharian telah ditongkrongi, Randiman tak kunjung muncul.
Untuk diketahui, sejumlah proyek yang dilaksanakan di tahun 2011, namun barang-barangnya baru masuk pada kisaran Desember lalu, seperti fitness center yang dilengkapi dengan peralatannya, pengadaan aquarium beserta satu ekor ikan arwana untuk setiap fraksi dan setiap komisi. Itu artinya dengan lima komisi dan 10 fraksi, ada 15 aquarium lengkap dalam ikannya yang diadakan di APBD tahun lalu.
Selain itu, masing-masing anggota dewan juga diberikan satu unit televisi LCD 32 Inch, dispenser lengkap dengan aquanya. Pengadaan lainnya berdasarkan PAPBD 2011, pengadaan note book sebanyak 101 unit senilai Rp1.138.217.000, belanja pengadaan peralatan olahraga Rp150.000.000, pengadaan rak buku/TV/kembang Rp776.500.000, pengadaan penghias ruang Rp80.500.000, pengadaan taman indoor sekitar Rp180 juta.(waspada)