JAKARTA : Biaya pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang membutuhkan dana minimal Rp100 triliun tak bisa ditutup jika hanya mengandalkan tarif tol. Namun diperlukan juga semacam sumber pembiayaan lain.
“Dari hasil Pra Feasibility Study kita memperoleh hasil dengan nilai investasi US$10 miliar, itu tidak bisa dikembalikan semata-mata hanya mengandalkan tarif tol saja,” kata Direktur Utama PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM) Agung Prabowo.
Rencananya, jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera ini akan dibangun mulai 2013-2014. Dperkirakan pada 2020, pembangunan salah satu jembatan terpanjang ini sudah tuntas.
Dia mempunyai ide, bisa menggunakan konsep memadukan pembangunan kawasan. Hal itu dikarenakan pembangunan infrastruktur selalu akan memicu pertumbuhan ekonomi. Jika hal itu diatur dengan baik maka akan menambah keuntungna untuk ikut serta dalam pembiayaan investasi ini.
Agung mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan pembangunan area yang ditawarkan ke investor. Konsepnya, “bukan membangun jembatan tapi membangun kawasan. “Di dalam kawasan itu ada Jembatan Selat Sunda, nah satu paket itu kita racik sama-sama untuk menarik sebanyak mungkin bahwa investasi ini sangat menarik,” katanya.
Dia mencontohkan untuk pengembangan pariwisata, komersial, industri, semacam kawasan khusus yang mandiri. Pihak swasta diberikan semacam konsesi untuk mengelola wilayah yang telah ditawarkan,”Misalnya itu build operation transfer, jadi setelah BEP tercapai, akan kembali ke pemerintah” katanya.
Sementara untuk pendanaan lain, banyak perusahaan yang berkepentingan seperti Perusahaan Listrik Negara, Jasa Marga, PT Kereta Api Indonesia akan tertarik untuk berkolaborasi. “Kalau kita dengar BUMN merupakan kerja bareng dengan BUMN, BUMD ini sangat terbuka sekali,” ujarnya.(vnc)
Sumber:EksposNews
Comments
Komentar Anda