“Polisi itu kan bagian dari masyarakat, bertindak berdasarkan kode etik yang telah ditetapkan, jaga kehormatan kesatuan. Jika kita berpedoman pada niat baik, melakukan tugas dengan cara-cara yang baik insyaallah tidak ada masalah”.
Kalimat itu salah satu ungkapan yang diucapkan Kombes (Purn) H. Syamsir A. Loebis,SH glr Mangaraja Oloan Soripada di halaman 8, Bagian I, buku “Pengabdian Sepanjang Hayat, Dari Kombes Pol Hingga Ketua RW 3 Proide & Ketua DKM”.
Buku biografi Mangaraja Oloan Soripada ini ditulis oleh budayawan Mandailing, Drs. Mhd. Bahsan Parinduri (Jasinaloan). Edisi perdananya dicetak tahun 2021.
Buku ini layak menjadi teladan bagi generasi muda, terutama yang bercita-cita menjadi abdi negara di bidang kepolisian. Juga bagi mereka yang kini aktif sebagai polisi.
Komitmen, sikap, pandangan hidup hingga menjaga kehormatan kesatuan serta keistiqomahan kepada perintah Allah SWT tergambar jelas di biografi Mangaraja Oloan Soripada ini.
Buku ini pun dihantar oleh sambutan mantan Wakapori, Komjen Pol (Purn) Nanan Soekarn serta sambutan Ketua Umum PP Polri, Jenderal Polisi (Purn) Drs. Bambang Hendarso Danuri,MM.
Kombes (Purn) H. Syamsir A. Loebis, SH glr Mangaraja Oloan Soripada adalah kelahiran Tombang Bustak, Kotanopan, Mandailing (Sumatera Utara) 30 Maret 1942.
Menamatkan Sekolah Rakyat (SR) tahun 1955; SMP Negeri Kotanopan tahun 1958; SMA Negeri Kotanopan tahun 1961; lulus Fakultas Hukum di Universitas Sumatera Utara tahun 1967.
Pendidikan Polri/ABRI antara lain, Sepawamil Angkatan II tahun 1968; Seskoabri Bagian Kepolisian di Ciputat, Jakarta.
Pernah menduduki jabatan antara lain, Kapolres Mempawa; Kapolres Singkawang; Dirlantas Polda Kalimantan Barat. Jabatan terakhir adalah Irda Pers Itjen Polri dari tahun 1995 sampai tahun 1997.
Rekam jejak keseharian Mangaraja Oloan Soripada juga tergolong lengkap di buku ini yang dikutip penulis dari para rekan kerja, relasi hingga orang-orang yang pernah berhubungan dengan Mangaraja Oloan Soripada.
Rekam jejak itu mampu menjadi suatu tauladan bagi kita semua dari sosok polisi yang bersahaja dan memiliki istiqomah. Insan Polri yang mengayomi, melindungi dan menjaga keamanan rakyatnya.
“Tiada kata berhenti, karena sejatinya ‘Sebuah Pengabdian’ itu tiada pernah akan berakhir hingga nyawa berpisah raga,” kata Nanan Soekarna di akhir tulisan sambutannya.
Bagi Bakhsan Parinduri, buku ini merupakan buku ke-9 yang dilahirkannya.
Wawancara Mandailing Online dengan Bakhsan di Silangit Koi, Hutasiantar, Panyabungan, Kamis (21/10/2021) terungkap bahwa dia pernah bernazar akan menerbitkan 10 buku sebagai persembahanya bagi Mandailing.
Nazar itu diniatkannya ketika usia muda, yakni di masa kuliah.
Niat itu muncul sebagai kegelisahannya melihat minimnya buku-buku yang berkaitan dengan ke-Mandailing-an, baik sejarah, kebudayaan hingga biografi tokoh-tokoh panutan.
Buku yang telah dilahirkan alumni Fakultas Ilmu Budaya USU dan FKIP Unimed ini meliputi:
– Menerjemahkan karya Willem Iskander dalam buku “Mengenal Lebih Jauh, Willem Iskander dan Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-rumbuk” bersama (alm) Z. Pangaduan Lubis. (2011).
– Novel Mandailing “Mangirurut” (2013).
– Buras Lopo Mandailing (2013).
– Panduan Markobar (2014).
– Simomoson (Panduan Penulisan Aksara Mandailing/Aksara Tulak-Tulak) (2016).
– Kamus Mandailing Indonesia (2019)
– Kearifan Mandailing dalam Tradisi Lisan (2019).
– Filosofi Mandailing dalam 1395 Ajar Poda (2020).
– Pengabdian Sepanjang Hayat (2021).
Bakhsan Parinduri merupakan budayawan Mandailing yang terus eksis menjadi narasumber utama tentang budaya Mandailing; pemain/pelatih perkusi Mandailing/penutur tradisi lisan Mandailing/pemadu acara adat Mandailling di Medan hingga Jakarta. Beliau juga yang memadu acara adat pernikahan Bobby Nasution-Kahiyang Ayu putri Presiden Jokowi.
Peliput: Dahlan Batubara
Comments
Komentar Anda