Untuk itu, pengusaha ekspor dari Medan sudah melakukan penjajakan dengan pihak Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Pasar (Disperindagkop) Madina beberapa waktu lalu.
Kabid Koperasi UKM Disperindagkop Madina, Erman Gappar Nasution kepada wartawan, Jum’at (12/10) diruang kerjanya eksportir asal Medan menyatakan tertarik dalam pengembangan tanaman kakao sekaligus menampung hasil penen kakao petani di Madina.
“Para eksportir mengatakan petani di Mandailing Natal yang masih banyak memproduksi kakao di kabupaten dan kota yang ada di Sumut. Padahal peluang pasar masih terbuka lebar dibuktikan kakao masih menjadi primadona di pasaran dunia’,” ungkap Erman.
Jumlah petani kakao di Madina dalam sepuluh tahun terakhir terus meningkat seiring meningkatnya permintaan pasar terhadap komoditas itu. Belum ada data resmi luas lahan kakao yang digarap petani saat ini.
Erman mengatakan, potensi pasar yang terbuka lebar membuat eksportir perlu membuat langkah-langkah untuk pembinaan dan pengembangan petani kakao agar terus meningkatkan hasil produksinya.
“Selama ini kakao dari Madina selalu dikirim ke Sumatera Barat, padahal untuk bahan eksportir di Sumut saja masih sangat kurang,” sebutnya.
Terkait pengembangan kakao di Madina, pihak Disperindagkop terus melakukan koordinasi dengan Dinas Kehutanan Perkebunan Madina dalam upaya merangsang petani meningkatkan jumlah dan kualitas produksi kakao.
Sementara itu, Habibulloh seorang petani kakao di Kecamatan Panyabungan Selatan mengungkapkan, produksi kakao di kecamatan itu bisa mencapai 12 ton per dua minggu. Harga bijih kakao kering saat ini berkisar Rp.17.500 per kilogram. (mar)
Comments
Komentar Anda