Oleh : Nur Wahida Lota
Mahasiswi, tinggal di Samarinda
Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Palestina telah terjadi di jalur Gaza, namun serangan masih terus dilakukan oleh polisi Israel terhadap warga Palestina di kompleks masjid Al-Aqsa pada dini hari usai shalat, polisi Israel menyerbu warga Palestina dengan menembakkan gas air mata, Jumat (21/05/2021).
Meskipun gencatan senjata telah dideklarasikan dan disambut baik oleh berbagai negeri muslim, bahkan Uni Emirat Arab (UEA) menyatakan siap memfasilitasi perdamaian Palestina dan Israel seusai keduanya sepakati gencatan senjata. Kantor berita negara UEA, Minggu 23/05/2021 melaporkan bahwa putra mahkota Abu Dhabi sheikh Mohamed Bin Zayed Al-Hayhan siap mewujudkan perdamaian.
Dikutip dari serambinews.com pada 23/05/2021. Bukan hanya UEA yang menyambut baik gencatan senjata tersebut, tetapi Sudan dan Mesir pun ikut menyetujui aksi perdamaian antara Palestina dan Israel. Usai gencatan senjata disepakati ternyata penyerbuan terhadap kompleks Al-Aqsa masih saja dilakukan oleh polisi Israel dengan tidak terduga. Hal ini menunjukkan bahwa adanya gencatan senjata antara Palestina dan Israel tidak bisa memastikan bahwa Israel akan berhenti melakukan penyerangan terhadap Palestina.
Gencatan senjata yang telah disepakati dan disambut baik oleh pemimpin negeri muslim, justru menunjukkan bahwa betapa lemahnya perlindungan dan jaminan yang bisa diberikan oleh pemimpin-pemimpin negeri muslim terhadap saudara-saudara yang ada di Palestina. Bahkan kesepakatan dan persetujuan mereka atas gencatan senjata tersebut malah memberikan kesempatan bagi Zionis untuk melakukan pemulihan di balik kata gencatan senjata atau aksi perdamaian, dan bisa saja melakukan penyerangan secara tiba-tiba.
Penyerangan dan teror yang dilakukan oleh tentara Zionis tidak akan pernah berhenti, hanya karena adanya gencatan senjata atau aksi perdamaian yang didukung oleh negeri-negeri muslim lainnya. Karena dukungan yang dibutuhkan oleh Palestina bukan hanya sekedar peryataan dan persetujuan gencatan senjata atau kecaman dari pemimpin negeri islam.
Hal ini menegaskan kepada dunia bahwa pemimpin-pemimpin negeri muslim hanya mampu melakukan kecaman terhadap Israel tanpa melakukan tindakan tegas dengan mengirimkan atau menggerakkan militernya untuk membatu Palestina, karena saat ini Palestina bukan hanya membutuhkan bantuan berupa sembako dan juga kecaman-kecaman yang bersifat sementara, tetapi lebih membutuhkan bantuan yang dapat menghentikan aksi teror dan penyerangan yang terus-menerus dilakukan oleh kaum Zionis.
Namun sebagaimana yang terlihat tidak ada satupun negeri muslim yang berani mengirimkan atau memberikan bantuan militer kepada Palestina untuk mengusir kaum Zionis meninggalkan negeri Palestina. Pemimpin negeri muslim saat ini tidak bisa melakukan hal yang lebih dari kecaman-kecaman karena, mereka tunduk di bawah kekuasaan negara adidaya serta hubungan yang sangat erat dengan kaum penjajah dengan melalui kerja sama sehingga hal ini mengakibatkan pemimpin negeri islam hidup di bawah kendali para penjajah.
Sehingga para penjajah seperti kaum Zionis pun dengan mudah melakukan penjajahan terhadap negeri muslim lainnya karena tidak adanya perlindungan yang kuat. Pembebasan tanah mulia Palestina ini membutuhkan kekuatan militer yang hebat dan kuat, karena dengan kekuatan militer tentara Israel dan sekutuhnya akan mampu dikalahkan. Namun hal itu tidak akan mungkin bisa dilakukan selama pemimpin negeri-negeri kaum muslimin masih terpecah belah dan masih ketergantungan dengan negara Barat, karena sudah pasti keterpihakan negara barat tentulah bukan berpihak kepada islam, sehingga manaruh harapan pada negeri muslim yang tunduk pada kuasa barat adalah sebuah kesia-siaan.
Satu-satunya kekuasaan yang mampu memberikan bantuan dengan kekuatan militer yang hebat ialah dengan sistem Islam, karena di bawah naungan Islam kaum muslimin akan bersatu dengan ikatan aqidah Islam, dengan adanya ikatan aqidah ini persatuan kaum muslimin akan menghadirkan kekuatan yang besar serta semangat jihad yang membara untuk melawan para musuh-musuh Islam. Karena itu, hendaknya hanya Islam yang menjadi harapan satu-satunya untuk mengakhiri aksi penyerangan dan teror yang dilakukan oleh tentara Israel. Karena hanya sistem Islam akan melahirkan pemimpin atau kholifah yang mampu memberikan perlindungan bagi kaum muslimin di seluruh negeri-negeri islam.
Sebagaimana dalam sebuah hadist yaitu “Imam/Khalifah itu tak lain laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang dibelakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” ( Hr. Bukhari dan Muslim). Makna, Al iman junnatun (imam/khalifah itu laksana perisai) sebagimana dijelaskan oleh imam an-Nawawi: “Maksudnya, ibarat tameng. Karena dia mencegah musuh menyerang (menyakiti) kaum muslim. Mencegah masyarakat, satu dengan yang lainnya dari serangan. Melindungi keutuhan Islam, dia disegani masyarakat, dan mereka pun takut terhadap kekuatannya.”
Umat Islam dengan segenap kekuasaanya akan sangat ditakuti oleh kaum kafir, karena akidahnya yang kuat. Karena akidah inilah, mereka siap menang dengan kemuliaan atau mati syahid. Begitulah dorongan iman, karena dengan iman inilah rasa takut dalam dada kaum muslimin terhadap orang-orang kafir menjadi tidak ada lagi, sehingga melihat hal ini kaum kafir pun semakin takut dengan kekuatan kaum muslimin.
Karena itu dengan ikatan akidah Islam di bawa naungan khilafah, kaum muslimin akan bersatu melawan musuh untuk mempertahankan dan menjaga kehormatan, agama, darah dan harta kaum muslimin. Sistem Islam lah yang akan menjadi penjaga kesatuan, persatuan dan keutuhan setiap jengkal wilayah umat Islam. Wallahu’alam bisshawab.
Comments
Komentar Anda