JAKARTA – Jika Anda ingin selamat dari gempa, cari daerah yang tidak tertutupi tinta hijau neon pada peta ini. Sayang, sebagian besar wilayah Indonesia hampir hilang tertutup tinta hijau pada peta wilayah gempa sejak 1898 ini. Pulau Kalimantan masih bisa terlihat jelas dengan beberapa titik kecil hijau.
Peta ini menunjukkan lokasi gempa terbesar yang menggoncang sejak 1898. Wilayah sekitar Samudra Pasifik menjadi daerah paling berbahaya. Secara keseluruhan, ada 203.186 titik daerah rawan di penjuru dunia.
Peta berwarna neon dibuat sebagai bagian dari proyek pemetaan oleh manager IDV Solutions, John Nelson. Dia bekerja untuk pembuat piranti lunak visualisasi data, IDV Solutions. Perancang peta asal Michigan, Amerika Serikat ini menjelaskan prosesnya dalam blog IDV.
“Saya menelusuri sumber umum resiko yang dapat terjadi dan menampilkannya melalui peta tematik. Jadi, peta gempa hanya persoalan waktu,” tulisnya seperti dilansir dari Daily Mail.
“Di peta ini, data dari NCEDC.org, USGS, dan Universitas California Berkeley dibagi berdasarkan besarnya gempa. Hasilnya ditempelkan pada gambar Visual Bumi dari NASA. Semuanya dikemas ke dalam proyeksi Times dan berpusat pada bagian paling menarik,” imbuhnya.
Peta gempa Nelson memuat gempa hebat San Francisco, AS yang membunuh 3.000 orang. Bencana tahun lalu di Christchurch, Selandia Baru yang membunuh 185 orang juga sudah dimuat.
Selain gempa, Nelson juga membuat peta jejak setiap tornado di AS selama enam dekade. Dia menggunakan skala Fujita atau skala F yang digunakan untuk mengukur tornadi berdasar tingkat kerusakan pada bangunan dan vegetasi.
Nelson akan mengembangkan versi terbaru dan interaktif yang memuat data 2012. Anda bisa menyaring data pada peta berdasarkan kekuatan, tahun, lokasi, musim, dan faktor lainnya.
Sedikitnya ada 13 wilayah yang paling rawan diayun gempa teknonik bahkan tsunami, karena berada pada pertemuan lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.
Pakar Geologi dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Lono Satrio mengatakan, wilayah itu secara geologis berada pada lempeng-lempeng yang membentuk yang membentuk zona gempa bumi. “Dinamika lempeng-lempeng tersebut membentuk zona gempa,” katanya.
Wilayah yang rawan gempa adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua.
Sementara Kalimantan, lanjut Satrio, masih tergolong wilayah aman dari gempa bumi.
Dia menambahkan, gempa bumi terjadi berawal dari gerakan lempeng benua yang mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi, sehingga menyebabkan penumpukan energi di zona tumbukan (subduksi) dan zona patahan yang menimbulkan tekanan, tarikan dan geseran.
Pada saat elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. “Proses ini menimbulkan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang gempa bumi,” sebut Lono.
Menurutnya, bencana gempa tidak dapat dicegah dan diprediksi namun kita hanya bisa menghindari jatuhnya korban jiwa dengan melakukan mitigasi. Mitigasi gempa bisa dilakukan dengan membuat bangunan tahan gempa, tak mendirikan bangunan di atas atau bawah tebing.
Penting bagi Pemerintah juga untuk membuat Rancangan Tata Ruang dan Wilayah yang mempertimbang aspek kebencanaan, menyelenggarakan pendidikan dini tentang gempa, bencana dan bahayanya serta menyiapkan jalur evakuasi.
Lono melanjutkan, saat terjadi gempa, masyarakat yang berada di tempat-tempat umum yang ramai seperti di mal, bioskop atau hotel jangan pernah membuat kepanikan namun pilihlah cara menyelamatkan diri yang benar.
Sementara Kepala Badan Meteorologi Klimotologi dan Geofisika (BMKG) Aceh Besar, Mata Ie Syahnan mengatakan, intensitas gempa di Aceh cukup tinggi. “Dalam sehari rata-rata terjadi tiga sampai lima kali gempa, tapi banyak yang tidak merasakan,” kata dia. “Gempa ini tergolong gempa mikro, kekuatannya hanya di bawah 3 SR.”(okz)
Comments
Komentar Anda