KOTANOPAN (Mandailing Online) : Harga harga karet yang tak kunjung naik telah menimbulkan keresahan sosial yang bisa memicu konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat.
Itu dikatakan Presiden Direkur Forum Diskusi Mandailing Julu (MAJU), Raja Muda Nasution didampingi penasehat G. Tanjung dan H.S. Matondang, di Kotanopan, pekan lalu.
Disebutkan, mayoritas masyarakat di Mandailing Julu khsusnya, Mandailing Natal umumnya sumber pencaharian pokoknya adalah sebagai petani karet, menghidupi keluarganya dari hasil karet yang pada saat ini nota bene harganya hanya bisa ber tahan antara 5.000 hingga 7.000 rupiah per kg.
Dari rangkaian pantauan di pasar-pasar di Mandailing Natal, khusunya di pasar Kotanopan pada hari pekan, keluhan rendahnya harga karet senantiasa dijeritkan oleh para petani dan mereka terus berharap uluran tangan dari pemerintah agar harga karet ini dapat meningkat.
Sudah kerap terjadi, para orang tua tak mampu membiayai ongkos transportasi anak-anak mereka ke kesekolah.
Beliau menambahkan, jika saja saat ini harga karet bisa mencapai 10.000 hingga 15.000 rupiah per kg sudah dapat membantu masyrakat untuk membiayai kebutuhan pokoknya keluarga dan biaya anak-anaknya yang masih sekolah.
Harga karet yang sangat rendah juga berdampak pada ekonomi masyarakat secara umum, dimana para pedangang saat ini juga telah kelimpungan akibat rendahnya daya beli masyarakat.
Raja Muda Nasution dalam menyikapi keluhan masyarakat yang sudah berlangsung lama itu, menyimpulkan bahwa akibat prokonomian masyarakat yang kurang mengembirakan ini, maka dapat meruah pola pikir dan karakter serta mengikis budaya-budaya masyaratkat yang selama ini masih terjaga khususnya di daerah Mandailing Julu.
Seperti budaya pendidikan, budaya kesederhanaan, budaya kekeluargaan dan gotong-royong kian menipis. Untuk itu pemerintah perlu memikirkan untuk memberikan subsidi harga karet kepada petani, sehingga dapat mencapai kisaran Rp 10.000 – Rp 15.000 / kg yang tujuannya untuk meningkatkan tarap hidup dan pendapatan masyarakat petani.
Peliput : Makmur Hasibuan
Editor : Dahlan Batubara
Comments
Komentar Anda