JAKARTA – Sebanyak 274 kabupaten/kota di Indonesia berada di wilayah rawan bencana longsor tersebar dari Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua .
Selain berdampak bagi keselamatan penduduk juga manjadi ancaman bagi 40,9 juta jiwa penduduk yang bermukim di kawasan rawan tersebut dari total penduduk Indonesia yang tersebar di wilayah tersebut.
"Terdapat 40,9 juta jiwa atau 17,2 persen dari penduduk Indonesia terpapar oleh bahaya longsor sedang-tinggi berada di wilayah itu," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB , Jakarta, hari ini.
BNPB memetakan, daerah daerah rawan longsor tersebut seperti sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua.
"Semua terpapar dari longsor pada saat musim penghujan," tambahnya
Sementara kemampuan warga untuk menghindar dari bahaya longsor sangat minim. Pasalnya, mereka tinggal di daerah dengan infrastruktur terbatas. "Sehingga saat terjadi longsor, evakuasi terkendala medan," sambung Sutopo
Untuk diketahui, bencana longsor selama sepuluh tahun terakhir banyak terjadi pada bulan Januari, Februari dan Maret di wilayah di wilayah Wonogori, Bogor dan Wonosobo. Di Banjarnegara sendiri terjadi sebanyak 22 kali artinya rata-rata setahun terjadi 2-3 kali longsor. Bahkan bencana longsor Banjarnegara Jawa Tengah yang terjadi pekan lalu telah menelan ratusan korban tewas dan hilang.
Peningkatan kejadian mulai tampak pada Oktober lantaran dipengaruhi musim penghujan. Longsor di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara harusnya makin menyadarkan kita untuk lebih menaruh perhatian lebih serius terhadap ancaman longsor.
Data sementara kejadian bencana di Indonesia tahun 2014 ada 248 jiwa orang tewas akibat longsor. Jumlah ini hampir dua per tiga dari korban tewas akibat bencana di Indonesia selama 2014.
Bencana tanah longsor selalu berulang setiap tahun. Di Indonesia ada sekitar 40,9 juta jiwa penduduk yang terpapar bahaya longsor sedang hingga tinggi.
Masyarakat terpapar adalah masyarakat beserta perumahan, sistem atau elemen lain yang berada pada zona bahaya dan berujung pada potensi kerugian. Bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya degradasi lingkungan, dan curah hujan yang makin ekstrem menyebabkan risiko longsor makin tinggi.
Pola longsor setiap tahun sesungguhnya sudah dikenali. Data kejadian longsor memiliki korelasi positif dengan pola hujan, dimana sebagian besar bulan Januari adalah puncak kejadian longsor.
Wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah provinsi yang paling banyak bencana longsor. Daerah yang berulang mengalami longsor adalah Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Garut, Bandung Barat, Tasikmalaya, Purbalingga, Banjarnegara, Karanganyar, Wonosobo, Temanggung, Cilacap, Grobogan, Pemalang, Brebes, Pekalongan, Pacitan, Ponorogo, Malang, Jember dan lainnya sering terjadi longsor.
Masyarakat yang terpapar longsor umumnya tidak memiiki kemampuan memproteksi diri dan lingkungan dari longsor. Sistem pertanian subsisten diolah di lereng-lereng perbukitan tanpa diikuti konservasi tanah yang baik.
Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat perlu terus ditingkatkan. Tata ruang benar-benar ditegakkan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yang intinya meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus lingkungan setempat.(wasp)
Comments
Komentar Anda