PANYABUNGAN UTARA (Mandailing Online) – Kasus kekeringan ribuan hektar tanaman padi di 6 desa Kecamatan Panyabungan Utara, Mandailing Natal (Madina) ternyata sudah berlangsung lama.
Petani selama ini hanya pasrah berapapun pendapatan dari sawah harus diterima. Banyak petani berupaya tidak tergantung pada irigasi yang dibangun pemerintah di era tahun 90-an itu, melainkan berupaya mencari aliran tradisional meski sangat sulit dan kadang bernasib baik.
Di saat sekarang ini dimana musim kemarau melanda, kekeringan itu kembali muncul. Banyak lahan sawah tidak teraliri air meski setetes.
Kepala Desa Barigin Jaya, Abbas Siregar, Rabu (12/2/2014) mengatakan sejak pembangunan proyek irigasi Aek Batang Gadis pada tahun 1990 yang lalu, enam desa ini sudah selalu dilanda kekeringan.
Kehadiran irigasi itu justru menyebabkan banyak sawah yang kekurangan air. Padahal sebelum irigasi Batang Gadis ada desa-desa itu cukup mendapat air dari irigasi-irigasi tradisional.
“Dan sejak adanya kekeringan di desa kami banyak warga beralih pekerjaan dari petani ke berternak, disababkan susahnya mencari air di desa kami, bahkan beberapa keluarga banyak yang pindah domisili ke desa lain,” ungkapnya.
“Kemudian sejak tahun 1990 banyak anak- anak yang tidak bersekolah lagi di karenakan orang tua tidak mampu membiayai uang sekolah, karena mata pencaharian di enam desa hanya bertani,” ujar Abbas.
Disamping itu juga masyarakat dari enam desa sudah melaporkan peristiwa kekeringan ke pemerintah yakni ke Dinas Pertanian dan Plt Bupati Madina, namun hingga sampai saat ini belum ada tanggapan yang di berikan oleh pemerintah.
“Kondisi ini membuat para petani resah. Selain hujan tak kunjung turun, bantuan dan solusi dari pemerintah pun tak juga tiba. Akhirnya, para petani hanya beraktivitas membersihkan rumput yang tumbuh di sela tanaman padinya,” katanya.
Peliput : Maradotang Pulungan
Editor : Dahlan Batubara
Comments
Komentar Anda