Panyabungan. Ketua Pam Swakarsa Lembaga Independen Masyarakat Naga Juang, Parimpunan Siregar, meminta Pemkab Madina segera melakukan antisipasi dampak penggunaan air raksa (merkuri) terkait aktivitas penambangan liar di kecamatan itu.
“Merkuri menyebabkan kerusakan pada sistem saraf meskipun hanya terpapar dalam tingkat yang relatif rendah. Hal ini terutama berbahaya bagi ibu yang sedang hamil. Perkembangan anak-anak yang belum lahir (janin) akan terpengaruh karena senyawa merkuri dapat menyebabkan cacat fisik maupun mental pada kelahiran janin. Sehingga sebelum menjamur lebih baik diantisipasi,” kata Parimpunan Siregar, di Payabungan, Selasa (10/1).
Dikatakannya, saat ini sejumlah penambang emas tradisional tidak berizin sudah memasuki kecamatan ini, sehingga tidak tertutup kemungkinan pendirian pabrik galundung (alat pemisah emas dari batu/tanah. Uap merkuri tidak berwarna dan bisa terhirup oleh pernafasan memasuki tubuh manusia maupun hewan.
“Kita tidak mau daerah kita menjadi Minamata kedua dari Jepang karena buangan sisa industri plastik yang memakai merkuri dibuang ke laut di Teluk Minamata yang ikannya dikonsumsi oleh manusia, sehingga terjadi banyak hal diakibatkannya seperti gatal-gatal, bayi cacat sampai kepada tingkat kematian,” sebutnya.
Tokoh masyarakat Naga Juang, Eddy Gultom, menambahkan, ribuan pekerja tambang sudah memasuki wilayah Naga Juang.
Ia khawatir limbah merkuri akan mencemari lingkungan, terutama sungai yang airnya digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari.
“Sudah sama-sama kita ketahui bagaimana bahaya pencemaran lingkungan akibat air raksa. Mungkin dampaknya tidak langsung, tapi proses yang bertahun-tahun. Saya khawatir anak-cucu kami akan terkena dampaknya,” imbuhnya.
Kepala Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan dan Kebersihan Madina, Miswar Tanjung, sebelumnya berjanji akan melakukan penertiban terhadap keberadaan galundung yang tidak mempunyai izin di sejumlah lokasi. Ia menduga galundung itu membuat beberapa sungai tercemar mercuri.
“Dinas Kesehatan telah menyatakan sejumlah sungai di wilayah Kecamatan Hutabargot positif tercemari air raksa dan meminta kepada masyarakat untuk tidak lagi mengkonsumsinya.
Tidak tertutup juga kemungkinan sejumlah sungai di Panyabungan, Panyabungan Utara, termasuk di Naga Juang tercemar,” ujarnya.
Miswar mengaku kesulitan melakukan penertiban, karena menyangkut aktivitas khalayak banyak. “Tapi kita masih melakukan upaya pendekatan dan sosialisasi terhadap masyarakat,” sebutnya. (henri.medanbisnis)
Comments
Komentar Anda