Oleh: Siti Khadijah Sihombing, S.Pd
Ibu Rumah Tangga, Tinggal di Barus
Hari ini kita sering mendengar dan melihat pemberitaan para pemuda generasi bangsa ini. Begitu banyak kasus demi kasus dan maksiat demi maksiat yang mereka lakukan. Bukan hanya satu atau dua orang mereka yang selalu bermaksiat kepada Allah tetapi berjamaah mereka berbondong-bondong melakukan itu. Terkadang hati ini tak mampu untuk menghadapinya sungguh deras air matalah yang menyertai semua yang mereka lakukan.
Rasanya di seluruh pelosok negeri para pemuda selalu melakukan maksiat. Dan itu mereka lakukan secara terang-terangan. Bukan hanya anak kota tetapi anak desa juga sudah melakukannya.
Lihat saja pemberitaan di lensakini.com tertangkap sebanyak 27 orang pelajar dan waria di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara, dimana mereka diamankan petugas Mapolsek Batunadua ketika mereka sedang berpesta miras dan mabuk-mabukan disalah satu kafe. Dan para tersangka adalah kebanyakan anak-anak dibawah umur yang KTP saja mereka belum punya. Lantas bagaimana nasib anak muda seterusnya jika yang begini saja sudah melibatkan generasi muda penerus bangsa.
Bukan hanya itu saja sesuai pemberitaan lensakini.com pada tanggal 8 Februari 2012 terjaring 15 muda-mudi yang lagi mojok di warung-warung bukit Marsayang. Yang mana pondok itu tertutup rapat dan tak akan bisa orang luar bisa melihat apa yang mereka lakukan.
Sungguh miris kita melihat kelakuan para pemuda hari ini. Mereka sudah terang-terangan bermaksiat dan masyarakat sekitar pun tak mengkontrolnya atau memberi nasehat agar mereka tak terjerumus oleh gelapnya dunia hari ini. Yang penting bagi masyarakat apalagi penyedia tempat, mereka mendapatkan keuntungan dari kunjungan para pemuda-pemuda itu. Sehingga dengan keuntungan itu mereka menjadi kaya dan bisa membeli apa yang mereka inginkan.
Fenomena ini bukan terjadi di kota sidempuan aja tetapi dihampiri seluruh negeri ada. Begitu rusaknya generasi hari ini diperbuat oleh sistem kapitalisme ini. Sistem ini tak lagi memperdulikan halal dan haram suatu perbuatan tetapi sistem ini hanya mementingkan untung dan rugi yang didapatkan. Tak akan ada generasi bangsa yang baik dan berakidah Islam lagi kita temukan jika yang begini selalu kita lihat dan kita dengar setiap hari. Belum lagi fenomena hari Valentine day yang akan dirayakan setiap tahunnya oleh para pegiat pacaran. Mereka akan melakukan apa saja untuk kekasihnya dengan mengatasnamakan cinta, dan mirisnya yang banyak melakukan itu adalah para pemuda-pemudi generasi penerus bangsa ini. Jadi kepada siapa lagi bangsa ini akan bertumpu jika generasi mudanya saja seperti ini ?
Berbeda sekali jika kita hidup dalam sistem islam kaffah. Dimana seluruh umat diberikan pengajaran tentang ilmu agama termasuk juga para pemuda, sebab ditangan para pemudalah kemakmuran suatu negeri akan terpelihara. Jika pemudanya sekarat maka dunia akan sekarat seketika juga. Itulah pentingnya pemuda.
Dan masyarakat sekitar juga mengontrol keseharian saudara-saudaranya dan saling mengingatkan tanpa harus melihat apakah itu mendapatkan untung atau tidak. Masyarakat juga akan suka rela melakukan amar ma’ruf nahi mungkar Karena itu adalah perintah Allah. Bukan hanya itu saja. Negara jika bersistem kan islam kaffah juga selalu menjaga rakyatnya agar selalu taat kepada Allah dan melihat segara aktivitas rakyat apakah sesuai syariat atau tidak. Dan negara akan memberikan sanksi jika rakyatnya tidak taat kepada Allah. Negara juga akan mengontrol bisnis-bisnis apa yang dilakukan rakyatnya dan mengontrol barang-barang apa yang di produksi oleh masyarakat. Jika itu dapat mengundang murka Allah maka akan segera ditindak dan dibumi hanguskan tanpa melihat siapa pelakunya dan apa keuntungan yang akan didapat.
Begitulah mulianya manusia hidup dalam sistem islam. Segala lini kehidupannya diatur oleh negara dan mendapat kontrol masyarakat sehingga ketakwaan kepada Allah dapat dijalankan tanpa ada cela untuk bermaksiat.
Wallahu’alam bishowab.
Comments
Komentar Anda