MADINA-
Untuk menstabilkan harga jual karet di Kabupaten Mandailing Natal, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pasar Madina tahun ini akan membuka pasar khusus untuk penampungan karet. Ini mengingat kondisi harga karet yang selalu ditentukan oleh para toke, sehingga petani kesulitan dalam menawar harga yang lebih menguntungkannya.
Kadis Perindustrian Perdagangan Koperasi (Perindagkop) dan Pasar Madina Drs A Ansyari Nastion kepada METRO, Kamis (12/5) mengatakan, pihaknya telah lama mengetahui harga karet yang tidak stabil di pasar akibat ditentukan oleh toke atau pengumpul. Padahal, harganya di remilling (tempat pengolahan karet, red) tak sesuai dengan harga yang ditentukan oleh toke.
“Itu sebenarnya yang menjadi persoalan. Di daerah kita, penentu harga karet masih terdominasi kepada toke atau pengumpul, sehingga berapa harga yang ditetapkan oleh toke, itulah yang diterima oleh petani. Sedangkan harga di remilling terkadang jauh dari harga pasar,” ujar Ansyari. Untuk itulah, sebut Ansyari, pihaknya pada tahun 2011 ini telah mewacanakan untuk membangun pasar khusus ditempatkan di beberapa pasar kelas rendah. Yakni di Pasar Kotanopan, Pasar Malintang, dan Pasar Gunung Baringin. ”Kita saat ini sedang melakukan lobi dana ke pemerintah provinsi untuk anggaran pendiriannya. Sebab anggaran dari Pemkab terbatas,” tambahnya.
Dilanjutkan Ansyari, pihaknya telah berulang kali melakukan pantauan di lapangan. Hasilnya, banyak petani yang mengeluh akibat harga karet yang sering berubah.
”Kita bukan menyudutkan pengusaha atau tokenya. Tapi pantauan kami, seringnya harga karet berubah akibat belum adanya fasilitas pasar karet di Madina. Sehingga harga karet ditentukan oleh pembesar atau toke karet,” ujarnya. Ansyari yakin apabila pasar karet bisa dibangun maka harga karet akan bisa dikoordinir, sehingga harganya bisa bersaing dengan toke-toke yang ada selama ini. (wan)
Sumber : Metrotabagsel
Comments
Komentar Anda