Peningkatan Permintaan Kopi Domestik dan Kemajuan Agribisnis Kopi Indonesia
Oleh : Sonitia V. Sinaga
Mahasiswa Pascasarjana Agribisnis IPB
Kopi merupakan 10 besar komoditi andalan ekspor pertanian Indonesia. Produksi kopi Indonesia pada tahun 2017 sebesar 666.000 ton.Berdasarkan data BPS, pada tahun 2017 kopi menghasilkan nilai ekspor sebesar US$ 1.037,2 juta atau 33,67 % dari total ekspor komoditi pertanian Indonesia. Negara tujuan ekspor terbesar kopi Indonesia adalah AS, Jerman, Malaysia dan Italy.
Produksi kopi Indonesia dari tahun ke tahun cenderung stagnan, hal ini dikarenakan kebanyakan perkebunan kopi Indonesia dibudidayakan oleh para petani skala kecil yang memiliki luas lahan relatif kecil sekitar 1-2 hektar.Petani skala kecil dengan modal terbatas sulit untuk melakukan perawatan yang maksimal pada perkebunan kopinya sehingga menemukan lebih banyak kesulitan untuk menjaga volume produksi dan kualitas yang stabil. Selain itu, banyak juga petani tidak melakukan peremajaan pada tanaman kopinya mengakibatkan produktivitas kopi kecil.
Kurangnya motivasi petani kopi Indonesia juga penyebab rendahnya kualitas. Petani takut kehilangan penerimaan saat melakukan peremejaan. Saat melakukan peremajaan diperlukan modal yang cukup besar untuk penggantian tanaman serta petani akan kehilangan tanaman kopi tua yang sudah menghasilkan sebelumnya meski produktivitasnya rendah. Keuntungan yang didapatkan petani saat melakukan peremajaan akanlebih kecil dibandingkan dengan tidak melakukan peremajaan karena besarnya pengeluaran melakukan peremajaan. Namun hal ini terjadi dalam jangka pendek, dimasa depan tentunya petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih baik lagi. Hal ini berlawanan dengan pesaing seperti Vietnam, dimana usahatani kopi di Vietnam memiliki produktivitas kopi serta kepemilikan lahan petani kopi yang lebih besar dibanding Indonesia. Hal ini menyebabkan Indonesia dikalahkan oleh vietnam sebagai produsen kopi.
Dari total produksi kopi Indonesia sebesar 67% diekspor dan hanya 33% menjadi konsumsi dalam negeri. AEKI mencatat bahwa konsumsi kopi per kapita penduduk Indonesia 800 gr/thn, angka ini sangat kecil bila dibandingkan negara lain seperti Finlandia 11,4 kg/thn, Austria 7,6 kg/thn, AS 4,3 kg/thn, Jepang 3,4 kg/thn. Ekspor kopi Indonesia saat ini sebagian besar masih dalam bentuk green bean (biji kopi hijau). Penjualan kopi dalam bentuk green bean (biji kopi hijau) hanya memberikan nilai tambah yang kecil bagi petani dan negara. Harga kopi dalam bentuk biji lebih murah dibandingkan bentuk bubuk kopi.
Ekspor kopi tentu dapat memberikan devisa negara tetapi jika ekspor hanya dalam bentuk biji tentu saja tidak dapat memberikan peningkatan kesejahteraan petani kopi yang signifikan. Dalam hal ini peranan konsumen dalam negeri dapat meningkatkan permintaan akan kopi bubuk Indonesia. Tetapi hal ini jika konsumen mengkonsumsi kopi yang diproduksi dalam negeri bukan kopi impor dari negara lain. Kopi bubuk produksi dalam negeri memiliki ragam kualitas mulai dari kopi asalan hingga kopispesialty. Kopi spesialty merupakan kopi dengan kualitas aroma dan rasa premium yang menurut Association of America (SCAA) memiliki nilai cupping test 80 atau lebih dengan skala 100. Kopi bubuk asalan biasa dapat kita temukan di pasaran dan dijual dengan harga yang murah perkilogram. Kopi spesialty memang memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan kopi asalan tetapi dengan kualitas yang lebih baik. Kopi spesialty dapat dibeli di supermarket, langsung didaerah dimana kopi tersebut berasal, melalui media penjualan online maupun di coffee shop.
Saat ini Coffee Shop sudah semakin menjamur hampir diseluruh kota di Indonesia. Hampir setiap Coffee shop menyediakan kopi spesialty dari dalam negeri. Dengan peningkatan permintaan kopi bubuk tentunya nilai tambah kopi akan lebih baik dibandingkan penjualan kopi dalam bentuk biji.Peningkatan nilai tambah ini akan mendorong kemajuan agribisnis kopi di Indonesia. Pemintaan kopi domestik yang meningkat dapat membuat petani kopi kita tidak terlalu bergantung pada ekspor kopi. Seperti saat 2015 harga kopi melemah karena nilai tukar mata uang Brazil menurun tajam terhadap dollar Amerika Serikat.Harga kopi yang melemah tentunya akan mengurangi keuntungan petani kopi.
Kopi Indonesia memiliki cita rasa khas yang berbeda dan unik satu sama lain berdasarkan asal daerahnya dengan kondisi mikro-iklim yang spesifik (curah hujan, paparan cahaya matahari, dan sebagainya). Beberapa kopi yang dimaksud diantaranya adalah Kopi Sumatera yang terdiri dari Kopi Aceh Gayo, Aceh Ulee Kareeng, Kopi Solong, Kopi Mandheling, Kopi Lintong, Kopi Sidikalang, Kopi Kerinci Padang, Kopi Bengkulu, Kopi Robusta Lampung dan sebagainya. Lalu ada juga kopi dari beberapa daerah lainnya seperti Kopi Jawa Preanger, Kopi Toraja, Kopi Bali Kintamani, Kopi Flores Bajawa, Kopi Papua Wamena, dan Kopi Papua Moanemani.
Berdasarkan hasil penelitian, mengkonsumsi kopi 3-5 cangkir per hari dapat mengurangi resiko penyakit diabetes melitus type 2, alzheimer, parkinson dan jantung koloner. Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita mulai membiasakan meminum kopi. Selain mendapatkan manfaat kesehatan juga dapat mendorong kemajuan agribisnis kopi Indonesia. Kemajuan agribisnis kopi Indonesia pada akhirnya dapat memotivasi petani untuk melakukan peremajaan pada tanaman kopi tua serta menghasilkan kopi yang berkualitas, meningkatkan kesejahteraan petani, meningkatkan lowongan kerja serta mendorong kemajuan perekonomian Indonesia. Sudahkah anda minum kopi hari ini?***
Comments
Komentar Anda