Site icon Mandailing Online

Meraih Superpower dengan Intervensi Investasi, Mungkinkah?

Oleh: Nahdoh Fikriyyah Islam
Dosen dan Pengamat Politik

Baru-baru ini berita dari beberapa media nasional mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara superpower di dunia melalui perdagangan internasional. Suatu harapan yang sangat besar tetapi tidak mustahil untuk terwujud. Hanya saja, perlu kesungguh-sungguhan dalam merealisasikan mimpi besar tersebut agar kelak dapat terwujud.

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi menyatakan kalau Indonesia berpotensi menjadi carbon offset superpower di dunia melalui perdagangan karbon sukarela secara internasional. (CNN Indonesia,Jumat 8/10/2021). Kerja sama ini dirasa perlu guna mendorong kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk mengembangkan kerangka regulasi yang efektif.

Hal ini juga ditujukan untuk memperkuat kerja sama berbagai negara di dunia dalam membahas isu perdagangan terkini. Selain itu, pertemuan ini turut membahas agenda pemulihan ekonomi untuk mendukung transisi menuju ekonomi hijau, inovatif, dan peluang baru bagi pekerja.

Kemudian, ia turut bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Daya Saing Ekonomi Prancis, Franck Riester yang membahas penguatan hubungan perdagangan dan investasi di antara kedua negara. Perdagangan yang dimaksud meliputi diversifikasi produksi nikel, energi terbarukan, akses pasar produk ban, hingga TV digital. Tidak ketinggalan, Lutfi membahas isu perdagangan multilateral dan perundingan ke-18 Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) dengan Utusan Perdagangan Amerika Serikat, Katherine Tai.

Perubahan besar menjadi negara yang maju, mandiri bahkan memiliki kedaulatan atau power di kancah internasional adalah harapan setiap negara. Tentu saja memerlukan persiapan matang dan perencanaan yang tidak boleh hanya sekedar rencana atau angan-angan belaka.

Seperti yang disampaikan oleh Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi bahwa Indonesia berpotensi menjadi superpower di dunia dalam hal carbon offset merupakan kabar gembira. Artinya, secara potensi sumber daya karbon yang besar dan berpeluang ekonomis di neraca perdagangan dunia dimiliki oleh Indonesia.

Bicara soal sumber kekayaan alam, sebenarnya bukan hanya karbon yang melimpah. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa dan merupakan modal yang cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai negara superpower. Jadi, bukan hanya superpower dari segi carbon offset, melainkan dari segala kekayaan alam yang terkandung dalam perut bumi Pertiwi tercinta ini.

Namun permasalahan dasarnya adalah, setiap potensi alam yang baru atau yang diperbarukan selalu melibatkan asing dalam mengelola dan memajukannya. Atas nama kerjasama, investasi asing beramai-ramai mencaplok potensi sumber alam yang kaya. Atas nama kerjasama internasional, investasi menjadi jalan legal untuk menjarah dan merampok bahan-bahan mentah alam yang melimpah di negeri khatulistiwa ini.

Pengembangan karbon dan energi yang terbarukan berdasarkan penuturan Menteri Perdagangan, Lutfi merupakan peluang untuk mengembangkan dan mempererat  kerjasama dengan negara-negara kapitalis seperti Perancis dan Amerika. Padahal sudah jelas, negara-negara Barat tersebut adalah penjajah yang mengatasnamakan investasi untuk bisa mengeruk dan menguasai segala sumber alam yang ada di Indonesia.

Secara teknis pengelolaan misalnya teknologi atau keilmuan untuk mengembangkan potensi yang belum tersentuh, bukan masalah sebenarnya. Hanya saja, penerapan ideologi kapitalisme di negara ini, menyetujui kerjasama dengan negara asing bukan sebatas itu. Melainkan lebih kepada penguasaan dan penjarahan. Hasilnya, negara pemilik sumber daya alam hanya mendapatkan sedikit dari keuntungan yang ada, sementara negara investor meraup keuntungan yang tidak terhingga.

Bukankah hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia hanya akan terus buntung? Dan investor kapital selalu untung? Lalu, dimana letak kebaikan kerjasama investasi dan perdagangan yang dijalin setelah sekian lama atau yang akan diperbaiki? Adakah Indonesia semakin maju atau semakin terancam kemiskinan yang semakin hari semakin mengerikan?

Seharusnya para pejabat yang diamanahi oleh rakyat untuk menjaga dan mengelola negeri ini dengan isinya, memahami hakikat kerjasama perdagangan ataupun investasi dengan asing. Karena hanyalah bentuk lain dari intervensi asing untuk tetap eksis di negara-negara yang memberikan keuntungan besar bagi mereka, seperti Perancis maupun Amerika.

Kerjasama internasional dibentuk bukan untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat, tetapi sebaliknya. Justru mematikan ekonomi lokal, mengekploitasi sumber daya alam habis-habisan, serta menjadikan Indonesia tetap berada di bawah intervensi asing. Lalu, kapan jadi superpowernya?

Indonesia dengan potensi alam yang luar biasa bisa mewujudkan impiannya untuk menjadi superpower bukan hanya dari satu jenis sumber daya alam. Selama ini, Indonesia menjadi negara terbesar di dunia dalam penghasil kekayaan alam seperti emas, tembaga, minyak bumi, juga hasil pertanian seperti sawit. Namun rakyat tidak mendapatkan manfaat secara mayoritas dengan hasil kerjasama dagang yang dibangun. Hanya segelintir orang yang bisa merasakan hasil kerjasama tersebut. Mereka semakin kaya dan rakyat semakin menderita.

Jika pengelolaan sumber daya alam tidak diserahkan kepada asing dan tanpa investasi juga perjanjian kerjasama internasional, seperti yang diajarkan dalam Islam, maka Indonesia bisa menjadi negara superpower yang kuat dan disegani di dunia internasional. Namun hal tersebut hanya akan terwujud jika pengelolaan alam dikembalikan kepada aturan Allah SWT, aturan Islam.

Islam mengajarkan bahwa sumber kekayaan alam adalah milik ummat dan dikelola oleh negara untuk dikembalikan kepada rakyat. Bukan untuk diinvestasikan kepada asing, dikelola oleh asing, lalu hasilnya dinikmati oleh asing beserta pejabat dan boneka-bonekanya.

Islam harus diterapkan secara totalitas menjadi aturan hidup bernegara agar pengelolaan sumber alam dan ekonomi negara ini bisa berubah secara totalitas. Jalan menuju prestasi superpower akan terbukan lebar jika kapitalisme dicampakkan dan Islam dijadikan sebagai ideologi dan aturan perundang-undangan di negeri Pertiwi yang subur dan kaya dengan alamnya. Insyaallah. Wallahu a’lam bissawab

Comments

Komentar Anda

Exit mobile version