Oleh: Rusliana, SPd.I
Aktivis Forum Muslimah Peduli Mandailing Natal
Suriah mengalami krisis pangan yang belum terselesaikan hingga kini. Seorang pria dari Kota Zabadani mengatakan, keluarganya yang beranggotakan empat orang telah berhenti makan keju dan daging pada awal 2020. Kini dia hanya mengandalkan roti untuk makanan mereka (REPUBLIKA.CO.ID).
Program Pangan Dunia (WFP) mendengungkan bahwa jutaan warga di Myanmar kni menghadapi anjaman krisis pangan dan kelaparan ekstrem (LENTERASULTRA.COM).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sejak peringatan terkait ancaman krisis pangan dunia akibat pandemi Covid-19 dikeluarkan oleh Organisasi PBB untuk pangan dan pertanian dunia (FAO) pada Maret 2020, pemerintah berpikir untuk segera membenahi ketahanan pangan nasional (KOMPAS.com).
Akibat Sistem Kapitalisme yang Ekspoitatif
Tidak bisa dipungkiri krisis pangan yang hari ini melanda dunia akibat dari penerapan sistem kapitalisme yang eksploitatif. Ketersediaan pangan dalam kaca mata kapitalisme adalah ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman untuk semua orang dalam suatu negara, baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersedian pangan dalam hal ini lebih sering dilihat secara makro. Jika stok memadai dibandingkan tingkat kebutuhan secara makro maka ketersediaan pangan dianggap cukup. Masalah distribusi dan bisa diakses oleh tiap individu atau tidak, itu tidak jadi perhatian.
Disamping itu dengan filosofi kebebasan ala kapitalis maka penyediaan pangan itu harus diberikan kepada swasta secara bebas. Ketersediaan pangan yang ditempuh pada sistem kapitalis ini tidak membatasi pelaku penjamin ketersedian pangan oleh negara. Hal itu memungkinkan pihak-pihak lain di luar negara (swasta DN dan LN) bisa mengambil andil yang sangat besar. Akibatnya terjadilah monopoli bahan pangan. Pada faktanya sangat sering kita temukan stok pangan melimpah tapi banyak orang tidak bisa mengaksesnya, dikarenakan mereka tidak punya uang untuk membeli.
Ditambah lagi hari ini di masa pendemi ini membuat keadaan semakin runyam akibat dari penerapan sistem yang ada membuat keadaan tak berkesudahan.
Kesenjangan Makin Nyata
Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara penghasil Food Waste atau limbah makanan tertinggi di dunia. Tapi pada faktanya masi banyak warga Negara Indonesia yang menanggung kelaparan (KOMPAS.com).
Sistem kapitalisme yang memiliki filosofis kebebasan berekonomi sebebas-bebasnya telah berhasil membawa kesenjangan ke tengah- tengah kehidupan hari ini. Indonesia saja yang katanya tanah surga tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman. Negeri ini pun lantas dilabel sebagai negara agraris. Digambarkan memiliki hamparan lahan pertanian bagai permadani yang amat luas. Memiliki laut dan samudera, serta garis pantai yang sangat panjang. Ketika kita telusuri dari Sabang sampai Merauke maka akan banyak kita temui penduduknya mengalami krisis pangan dan juga tempat tingal. Karena kekayaan itu dikuasai oleh segelintiran orang yaitu para pemilik kapital yang hari ini paling berkuasa di sistem ini.
Kondisi Umat Lebih Buruk di Wilayah Konflik
Suriah mengalami krisis pangan yang belum terselesaikan hingga kini. Seorang pria dari Kota Zabadani mengatakan, keluarganya yang beranggotakan empat orang telah berhenti makan keju dan daging pada awal 2020. Kini dia hanya mengandalkan roti untuk makanan mereka (REPUBLIKA.CO.ID).
Namun, dengan kenaikan harga roti dan adanya batasan pemerintah, dia dan istrinya terpaksa hanya memakan secuil roti tiap harinya.
“Kami memecah roti menjadi gigitan kecil dan mencelupkannya ke dalam teh agar tampak lebih besar,” kata orang tersebut dalam keterangan pers Aksi Cepat Tanggap (ACP) yang di terima, ahad (30/5).
Umat Islam didzalimi di mana-mana. Umat islam menanggung kelaparan meskipun berada di daerah tanah yang subur, kekayaan alam yang melimpah ruwah.
Ini menjelaskan kepada kita apa yang terjadi pada saat ini. Bahwa umat islam berada dalam kemunduran yang luar biasa. Umat Islam tidak lagi menjadi pemimpin bagi dunia, umat islam tidak lagi menjadikan sistem ekonomi islam sebagai sistem perekonomiannya dalam kehidupan hingga akhirnya perekonomian umat islam hari ini carut-marut yang membawa kesengsaraan baginya, padahal Allah telah menyebutkan dalam Al Quran bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik.
Keadaan di atas itu sebenarnya berpulang pada dua hal:
Pertama, karena Islam tidak lagi menjadi asas bagi kehidupannya. Hakikatnya umat Islam diatur dan diurus oleh musuhnya di berbagai bidang kehidupan. Inilah akibat ketika umat Islam jauh dari Islam. “Barang siapa yang berpaling dari peringatanKu maka kehidupan menjadi sempit”.
Kedua, karena tidak adanya Al Harits (penjaga) di tengah-tengah dunia Islam. Al Harits ini tidak lain adalah pemimpin tunggal bagi seluruh masyarakat Islam.
Butuh Junnah dan Pemberlakuan Sistem Ekonomi Islam
Dalam Daulah Islam hukum-hukum syariah telah menjamin tercapainya pemenuhan seluruh kebutuhan perimer setiap warga negara islam secara menyeluruh seperti sandang, pangan dan papan. Caranya adalah dengan mewajibkan setiap laki-laki yang mampu untuk bekerja agar dia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya sendiri, berikut kebutuhan orang-orang yang nafkahnya menjadi tanggung jawabnya. Kalau orang tersebut sudah tidak mampu bekerja maka islam mewajibkan kepada anak-anaknya serta ahli warisnya untuk bekerja. Jika yang wajib menanggung nafkahnya tidak ada maka Baitul Mal-lah yang wajib memenuhinya.
Politik ekonomi islam adalah tujuan yang ingin dicapai oleh hukum-hukum yang dipergunakan untuk memecahkan mekanisme pengaturan berbagai urusan manusia. Politik ekonomi islam menjamin terealisasinya pemenuhan semua kebutuhan primer setiap orang secara menyeluruh.
Islam memandang setiap orang secara pribadi, bukan secara kolektif sebagai komunitas yang hidup dalam sebuah negara. Pertama-tama Islam memandang setiap orang sebagai manusia yang harus dipenuhi semua kebutuhan primernya secara menyeluruh.
Islam telah mewajibkan sirkulasi kekayaan terjadi pada semua anggota masyarakat dan mencegah terjadinya sirkulasi kekayaan hanya pada segelintir orang. Allah SWT berfirman :
Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian ( QS al –hasyr [59]:7)
Jika masyarakat mengalami kesenjangan yang lebar antara individu dalam memenuhi kebutuhannya, maka negara akan memecahkannya dengan cara mewujudkan keseimbangan dalam masyarakat.
Imam Al Ghazali Rahimahullah dalam kitabnya Al Iqtishodu fil I’tiqod menjelaskan apa yang menyebabkan umat ini bisa bangkit dan apa yang membuat umat ini hancur.
والملك والدين توأمان؛ فالدين أصل والسلطان حارس، وما لا أصل له فمهدوم، وما لا حارس له فضائع، ولا يتم الملك والضبط إلا بالسلطان
“Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar; agama merupakan pondasi dan penguasa adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur, dan apa saja yang tidak memiliki penjaga akan hilang. Dan tidaklah sempurna kekuasaan dan hukum kecuali dengan adanya pemimpin”.
“Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggung jawab atasnya“ (HR. al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad).
Imam Al Nawawi mengatakan, Al Imam, dia bagaikan pelindung, dia akan mencegah musuh-musuh menyerang, dan menjaga manusia yang satu tidak akan menghancurkan manusia yang lain, serta kemurnian Islam akan dijaga.
Sungguh umat membutuhkan perisai, sebagaimana Nabi memerintahkan agar dengan perisai itu akan mampu melindungi umat ini. Maka para ulama telah sepakat untuk menegakkan Al Imam atau Khalifah. Dimana Al Imam inilah yang akan menerapkan syariah Allah dan dengan syariah-Nya, inilah kebaikan-kebaikan akan dirasakan oleh seluruh umat manusia karena Islam itu adalah rahmatan lil alamin. Keadilan akan tegak dan kedzaliman akan disingkirkan.
Comments
Komentar Anda