Site icon Mandailing Online

Ray Rangkuti: Hentikan Politisasi Sepakbola


JAKARTA – Prestasi timnas sepakbola Indonesia yang berhasil sampai ke final piala AFF 200 tak pelak mengundang meningkatnya animo masyarakat Indonesia.

ak luput di antaranya para politisi yang kini seolah mulai berlomba mencuri keuntungan politik dari kemenangan-kemenangan menawan tim nasional. Mulai dari klaim sepihak Presiden SBY yang menyatakan keberhasilan tim nasional adalah kongres pesepakbola yang digagas oleh beliau dilanjutkan dengan nonton bareng ke stadion Senayan hingga jamuan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.

Melihat gelagat tak sehat tersebut sebaiknya masyarakat Indonesia harus menyatakan secara serentak menolak politisasi timnas Indonesia.

“Selain untuk jangka pendek dan panjang akan dapat merusak kinerja timnas, juga cara-cara murahan mencari popularitas diri dan parpol harus ditolak,” ujar Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti dalam pesan singkatnya, Sabtu(25/12/2010).

Menurut Ray, kemenangan timnas merupakan hasil kinerja rakyat Indonesia yang selalu setia dalam kondisi apapun timnas, memberi dukungan dan perhatian tulus.

Oleh karena itu sudah sejatinya kemenangan-kemenangan menawan timnas ini juga dikembalikan kepada rakyat Indonesia.

“Para politisi sejatinya belajar dari rakyat Indonesia bagaimana cara mencintai negeri ini tanpa pamrih. Berduyun-duyun dengan tangan, kaki dan keringat sendiri, rakyat Indonesia berebut tiket di Istora Senayan agar dapat memberi dukungan secara langsung kepada para pemain,” jelasnya.

Bahkan untuk tujuan itu,lanjut Ray, rakyat Indonesia menjual bahkan sesuatu yang paling penting dalam hidupnya. Datang ke Senayan lalu berhimpitan dan berdesakan sejak pagi untuk sekadar mendapatkan satu atau dua tiket sejak pagi hingga kadang malam hari.

“Merekalah pecinta sejati timnas tanpa harus merasa tampil sebagai pemberi jasa. Politisi kita alih-alih belajar dari sikap satria rakyat Indonesia itu, kini, dengan cara murahan mereka mulai berlomba memperlihatkan seolah paling berjasa dalam membangun timnas. Itu sesuatu yang mereka kerjakan tanpa keringat dan kesulitan yang dahsyat seperti yang dilakukan para pecinta sepakbola Indonesia,” jelasnya.

Lebih jauh Ray melanjutkan, ada hal ironis yang ditunjukkan oleh mereka para politisi, bahkan untuk menonton di Istora dan Bukit Jalil, Kuala Limpur pun mereka meminta fasilitas khusus.

“Kalau tidak tiket gratis setidaknya pelayanan mendapatkan tiket secara mudah tanpa keringat. Itu cara mencintai timnas secara licik, murahan dan tidak bermoral,” tandasnya.
Sumber : Tribun

Comments

Komentar Anda

Exit mobile version