PANYABUNGAN (Mandailing Online) – “Jeritan minta tolong itu hingga kini masih terngiang-ngiang di ingatan saya. Saya sedih karena kami gagal menolong,” ungkap salah satu penambang yang selamat dalam satu wawancara khsusus dengan Mandailing Online, Rabu dini hari (6/2) sekira pukul 2.40 WIB di Panyabungan.
Pria ini bersedia diwawancarai dengan syarat identitasnya meliputi nama dan alamat rumah tidak ditulis. Dia masih terlihat dalam kondisi trauma saaat wawancara dengan Mandailing Online berlangsung.
Diceritakannya, ketika peristiwa runtuh itu terjadi, dia berada persis di sisi kanan para penambang yang tertimbun. Bahkan tubuhnya masih sempat dihantam runtuhan sebelum akhirnya dia berhasil berlindung di balik batu besar di dekat titik runtuh.
Titik roboh dan kedalaman lobang tambang silahkan baca di http://www.mandailingonline.com/2013/02/jumlah-tertimbun-sekitar-10-orang/
“Saya dan rombongan saya selamat karena titik yang kami pahat tidak runtuh . Yang runtuh itu saya lihat adalah langit-langit lobang. Ada satu rombongan berjumlah sekitar 10 orang memahat langit-langit lobang. Tiba-tiba runtuh dan meraka inilah yang tertimbun itu,” ungkapnya.
Suasana gelap, hanya senter di kepala yang menerangi lokasi lobang itu. Para penambang lain berlarian menyelamatkan diri dari lobang pintu masuk. “Sementara kami selamat dari lobang lain,” katanya.
Dalam upaya menyelamatkan diri itu, salah seorang teman rombongan pria ini sempat menelesuri lorong lobang tambang bekas, namun buntu dan kembali ke rombongan.
“Saat itu terdengar suara jeritan minta tolong dari timbunan reruntuhan. Lalu kami berlari hendak menolong, namun tiba-tiba terjadi roboh susulan. Kami kembali ke titik aman. Sejurus kemudian jeritan minta tolong terdengar lagi dan kami kembali mendekat untuk menolong, namun lagi-lagi roboh susulan muncul lagi. Ada sekitar 4 kali roboh susulan. Di tengah keputusasaan kami, suara minta tolong tak terdengar lagi. Dan ketebalan timbunan juga sudah sangat tinggi,” katanya.
Setelah mereka memperkirakan kondisi para korban sudah wafat, akhirnya rombongan yang berjumlah sekitar 7 orang ini memutuskan mencari jalur keluar menyelamatkan diri. Akhirnya rombongan mereka berhasil keluar dari lobang Sidali, lobang yang dikelola seorang juragan bernama Awal.
“Kami melihat ada celah menuju lobang Sidali. Setelah kami masuki lalu berjumpa dengan ram dan melihat penambang suku Jawa di lorong itu. Lalu kami minta tolong dan mereka membuka ram sehinga kami berhasil keluar,” ungkapnya. (dab)
Comments
Komentar Anda