PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Perkebunan kopi di Desa Simpang Banyak Julu dan Desa Simpang Banyak Jae Kecamatan Ulu Pungkut Kabupaten Mandailing Natal (Madina) terus menggeliat.
Dorongan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Madina terhadap warga di dua desa ini sejak tahun 2007 merangsang gairah penduduk mengembangkan kopi Mandailing di kawasan itu.
“Animo warga untuk berkebun kopi ini tumbuh sejak tahun 2007 lalu,” ungkap warga Simpang Banyak, Mursal didampingi temannya, Irwadi menjawab wartawan, Jum’at (3/5).
Kopi Mandailing sempat booming pada era 1840-an di daratan Eropa ketika kolonial Belanda menggalakkan penduduk Mandailing berkebun kopi di tanah Mandailing. Meski produk biji kopi meredup sejak Indonesia merdeka, namun nomenklatur kopi Mandailing hingga kini masih mendominasi produk bubuk kopi di berbagai negara.
Mursal mengungkapkan, munculnya kembali gairah berkebun kopi di kalangan penduduk dua desa itu bermula dari bantuan Dinas Kahutanan Perekebunan Madina seluas 50 hektar berlokasi di Payabolak, Desa Simpang Banyak Julu. Semuanya perkebunan yang dikelola warga.
Selanjutnya, kebun kopi di dua desa tersebut mencapai 160 hektar berada di beberapa lokasi. Dan peluang ke depan masih tinggi mengingat lahan kosong masih luas, terutama lahan-lahan yang berada di sepanjang jalan raya dari Desa Simpang Banyak Jae hingga ke perbatasan Sumatra Barat yang diperkirakan mencapai 800 hektar.
“Kalau untuk produksi rata-rata kopi di Desa Simpang Banyak sekitar 450 kilo gram per bulan per hektar yang dipanen setiap 10 hari. Dengan kata lain, dalam sekali penen mencapai 150 kilo gram per hektar,” katanya.
Harga kopi di tingkat petani saat ini lagi turun, sekitar 10.000 rupiah per kilo gram. Sebelumnya sudah sempat mencapai 22.000 rupiah per kilo gram pada bulan Oktober- Desember 2012 lalu.
Sementara itu, Kadis Kehutanan Perkebunan Madina, Mara Ondak melalui Kasi Perekebunan A.Yasir Lubis SP mengatakan, program bentuan dari pemerintah untuk kebun kopi Mandailing dimulai pada Tahun 2007 dengan tujuan selain untuk mengembalikan kejayaan kopi Mandailing juga untuk meningkatkan eknomi masyarakat.
Dikatakannya, pada awal program tersebut dimulai, tidak saja di Simpang Banyak, melainkan juga di beberapa daerah seperti Desa Pagur Kecamatan Panyabungan Timur yang juga mulai menikmati hasilnya.
“Pengembangan budidaya perkebunan kopi mandailing ini ada kebanggaan tersendiri bagi kita, karena kopi mandailing bergerak bangkit meskipun secara bertahap. Sebab dari penelitian. kopi mandailing yang asli dari tanah Mandailing cita rasanya jauh beda dengan “kopi Mandailing” dari daerah lain. Hal itu karena unsur tanahnya dan iklimnya, jadi kita berharap kedepannya kopi Mandailing benar-benar berasal dari tanah Mandailing Natal,” harapnya. (mar)