Oleh : Ummu Taqiyya
Aktivis Dakwah dan Mompreneur
Kita sadar bahwa kita hanyalah makhluk yang diciptakan. Tidak mungkin kita ada, kalau tidak ada yang menciptakan. Siapa yang menciptakan kita? Tentu saja Allah azza wa jalla, Tuhan yang Maha Menciptakan. Allah bukan saja menciptakan tapi juga memberikan aturan untuk kita.
Selama ini kita sudah berusaha menjalankan perintah Allah, sholat lima waktu, berpuasa, zakat. Setiap sholat kita selalu membaca Surah Al Fatihah, dimana pada ayat ke-6 berbunyi
اِهْدِنَا الصِّرَا طَ الْمُسْتَقِيْمَ
yang berarti sebuah harapan agar Allah menunjuki kita kepada jalan yang lurus.
Makna jalan yang lurus juga dijelaskan pada ayat selanjutnya yang berarti jalan orang-orang yang telah Allah beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.
Tentu kita sangat berharap Allah selalu menunjukkan kita jalan yang lurus tetapi mengapa maksiat tetap jalan terus?
Sholat dilaksanakan, tetapi jimat dari dukun tetap dipergunakan.
Puasa dilaksanakan, tetapi ghibah tetap diamalkan. Zakat dilaksanakan, tetapi transaksi riba tidak juga ditinggalkan.
Saudaraku, ketahuilah bahwa Allah bukan hanya menyuruh kita untuk melaksanakan apa yang Allah perintahkan, tetapi Allah juga menyuruh kita untuk meninggalkan larangan-Nya. Laksanakan yang wajib, dan tinggalkan yang haram.
Seorang muslim harus memahami, mengamalkan dan mendakwahkan seluruh ajaran Islam yang telah Allah berikan melalui Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Tidak boleh mengamalkan ajarannya setengah-setengah, seakan memilih ayat yang mudah untuk dilaksanakan tapi menolak ayat yang dianggap berat untuk dilaksanakan.
Padahal Allah telah menyuruh kita untuk masuk dalam islam secara kaffah, sebagaimana dalam QS. Al Baqarah ayat 208:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
Oleh sebab itu, jika kita ingin tergolong kepada orang-orang yang beriman dan berharap agar Allah selalu menempatkan kita pada jalan yang lurus, maka laksanakan perintah-Nya secara menyeluruh, dan tinggalkan larangan-Nya secara menyeluruh juga.
Jangan lagi mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil. Tidakkah kita merasa malu tatkala ketaatan dan kemaksiatan sama-sama kita laksanakan?
Pahala dari ketaatan yang kita lakukan belum tentu didapat, tapi dosa dari kemaksiatan sudah pasti dicatat. Takutlah jika nyawa kita dicabut saat kita ternyata lagi asyik melakukan kemaksiatan. Na’udzubillahi min dzalik.
Semoga kita bersegera meninggalkan kemaksiatan dan bersegara melaksanakan ketaatan. Taat tanpa tapi, tanpa nanti. Wallahu a’lam bis showwab.