Ekonomi

Runding Farm dan Kampoeng Kaos Madina, Sinergi Para Penggiat Nilai Tambah (2)

Catatan: Dahlan Batubara

Azwar Pulungan di lokasi Runding Farm

Runding Farm didirikan tahun 2015. Lokasinya di pinggiran hutan Desa Runding, Panyabungan Barat, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Pendirinya Azwar Pulungan.

Dia selama ini dikenal sebagai ahli bertanaman. Saya dulunya mengenal dia sebagai orang pembudidaya bibit tanaman hingga bunga hias.

Saat ini Azwar dikenal sebagai petani muda yang bergerak di agrowisata: Runding Farm.

Di tahun 2015 itu luas lahan Runding Farm masih sekitar 2 hektar. Hingga tahun 2018 luasnya tak bertambah. Jenis tanaman utama adalah durian. Tumpang sari-nya pepaya dan pisang.

Azwar melakukan sistem pertanian terintegrasi. Penggabungan usaha peternakan dengan budidaya tumbuhan. Hewan yang dipelihara adalah lembu, kambing, ayam, bebek.

Tanaman membutuhkan pupuk. Pupuk organik lebih bagus untuk jangka panjang dibanding pupuk kimia. Hewan menghasilkan pupuk organik. Disebut pupuk kandang atau kohe (kotoran hewan) yang dipermentasi lalu digabungkan ke dalam tanah sehingga akar tanaman menyerap banyak nutrisi alami dari kohe tersebut.

Bertanaman buah di pinggir hutan bukanlah perkara mudah. Gangguan alami pasti muncul, terutama hewan pengganggu jenis kera.

Kera itu bergerombol. Dalam satu rombongan tidak sedikit, jumlahnya bisa mencapai ratusan kera. Yang setiap saat mengintip dari balik hamparan pepohonan karet. Ketika petani lengah sebentar maka rombongan kera akan menyerbu tanaman buah.

Saat saya mengunjungi Runding Farm tahun 2016 lalu, warga Runding geleng-geleng kepala dan berkata “Menjaga tanaman dari serbuan kera itu paling susah. Si Azwar itu harus memeluk tiap batang pepaya dan pisang dari pagi hingga sore agar kera tak menyerbu tanaman”.

Makanya banyak petani tidak berani menanam tanaman buah di pinggir hutan, karena berada di zona kekuasaan kera. Silap sedikit buah tanaman raib.

Tetapi, kerja keras selalu menghasilkan kebaikan. Keuletan dan daya tarung. Azwar harus bertarung melawan hegemoni kera. Berbagai upaya dilakukan, dari bunyi-bunyian menakuti kera hingga memasang jambu air berisi racun di areal hutan karet. Dalam beberapa bulan populasi kera berkurang dan tanaman buah relatif aman.

Kerja keras Azwar ini menghasilkan bukan saja perolehan laba finansial bagi Azwar, lebih dari itu nama Runding sebagai penghasil pepaya calina menghiasi jagat Mandailing Natal.

Produk pepaya calina dari Runding dihasilkan sejumlah petani di desa paling ujung Panyabungan Barat itu. Dipasarkan hingga ke kota-kota di luar Mandailing Natal seperti Medan.

Pada tahun 2019 luas lahan yang dikelola Azwar bertambah menjadi 12 hektar. Jumlah tanaman durian ditambah. Jenis lain juga ditanam: lengkeng, alpukat, rambutan, manggis, duku, jeruk manis, jambu kristal.

Sejak berdiri, lokasi ini dicita-citai Azwar sebagai agrowisata alias wisata buah. Suatu pengelolaan kebun tanaman buah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Dengan kata lain mengelola kebun buah yang berorientasi menarik wisatawan menikmati buah.

Meski hama kera relatif sudah aman, bukan berarti persoalan selesai. Setiap unit usaha selalu menghadapi masalah. Dan itu membutuhkan kesabaran, ketekunan, keuletan plus daya juang yang mumpuni.

Persoalan pelik Runding Farm adalah air. Tidak ada aliran air di dekat lokasi itu. Padahal air adalah bahan vital bagi tanaman. Tanpa air tanaman mati atau minimal sulit berkembang. Ibarat manusia: tanpa makan minum maka manusia akan kurus kering lalu wafat.

Tanpa air tanaman akan gagal, kemudian usaha perkebunan akan terhenti.

Untungnya, di tengah hamparan lahan itu – di bagian lahan yang relatif cekung –
ditemukan mata air. Itu adalah secercah harapan untuk menyirami tanaman.

“Tetapi volume air dari mata air terlalu kecil,” kata Azwar di Runding Farm, Kamis (22/8/2024).

Lantas, dia menggali tanah dan membentuk waduk mini ukuran sekitar 30 meter x 30 meter. Selain mengumpul air dari mata air itu, waduk juga difungsikan menampung air hujan agar cadangan air tersedia selalu.

Air dari waduk mini disemprotkan ke seluruh tanaman seluas 12 hektar memakai pompa air dan selang. Biaya mahal? Apa boleh buat, masih lebih bagus dibanding tanaman gagal tumbuh.

Kesulitan yang dihadapi tetap saja ada. Di musim kemarau hujan tak akan turun berbulan-bulan. Tanah menjadi gersang, tanaman berkondisi memprihatinkan. Bahkan siraman dari waduk mini pun relatif kurang memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Tetapi, itu tetap menjadi perjuangan sedemikian rupa bagi Azwar agar tanaman tidak rusak di kala kemarau.

Saat ini jumlah tanaman di Runding Farm sudah banyak. Yang dimungkinkan menjadi agrowisata secara utuh tahun 2025 alias tahun depan. Meski masih tahun depan, tetapi sejak setahun lalu Runding Farm sudah mulai dikenal banyak orang dari mulut ke mulut plus postingan media sosial (sosmed kata orang).

Runding Farm juga telah menyedot tenaga kerja. Semuanya penduduk Runding. Pekerja rutin 6 orang, mulai perawatan hingga pengelola Lopo Kobun. Selainnya tenaga kerja musiman 5 orang.

Karena sudah relatif banyak orang yang datang ke Runding Farm, maka Azwar mulai membangun berbagai fasilitas pendukung. Mulai dari cafe bernama Lopo Kobun, musolla dan kamar mandi.

Jumlah tanaman buah yang akan menyambut pengunjung Runding Farm meliputi:

Pohon durian 650 batang dari berbagai varietas: musang king, duri hitam, bawor, namlung, pelangi, montong, duri hijau.

Lengkeng 350 batang jenis new kristal, king long, ruby merah, mata lada.

Rambutan 100 batang, alpukat 150 batang, jeruk manis tumbuh di sela-sela durian.

Meski baru akan terwujud tahun 2025 secara utuh sebagai kunjungan wisata buah, pada tahun 2022 lakoasi ini sudah terdaftar di Dinas Pariwisata Mandailing Natal.

Azwar menyebut, target di tahun 2025 seluruh tanaman sudah berproduksi. Walaupun sebenarnya sejak tahun 2018 sebagian durian sudah berproduksi; tahun 2023 lengkeng sudah berbuah, tahun 2017 alpukat pun sudah berbuah. Tetapi, tahun 2015 seluruh tanaman sudah usia berbuah sehingga wisatawan akan menikmati banjir buah dan mengkonsumsi petik langsung.

Lantas bagaimana siasat Runding Farm menghadapi sela musim buah? Bukankah durian dan beberapa tanaman hanya berbuah sekali dalam setahun?

Solusi yang ditetapkan adalah menanam tanaman sela di antara musim, meliputi pisang, melon dan semangka dan lainnya.

Sedangkan infrastruktur jalan untuk mencapai lokasi Runding Farm sudah relatif membaik: 16 kilometer dari jalan negara titik Parbangunan sampai titik perkampungan Desa Runding sudah beraspal hotmix sejak tahun 2023. Tersisa sekitar 1 km dari perkapungan menuju lokasi Runding Farm yang masih lapen tua dan jalan tanah. (bersambung)

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.