Oleh: Riani S.Pd.I
Guru tinggal di Medan
Kran investasi asing kian terbuka lebar, agaknya memberi peluang baru dunia perekonomian Indonesia, namun tentu perlu ditelisik ulang, karena investasi asing bisa jadi dua bilah mata pisau. Butuh siaga ketat dalam menerima investasi asing, jangan sampai rakyat dirugikan, karena sejatinya semua kebijakan negara harus ditujukan untuk kepentingan rakyat.
Ridha Wirakusumah menetapkan tiga rencana tata kelola Sovereign Wealth Fund usai ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai CEO Lembaga Pengelola Investasi(LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA). Ridha mengatakan bahwa mengemban amanah sebagai Ketua Dewan Direksi merupakan tugas mulia. “Akan tetapi, penunjukan ini tidak ringan. Memang visi dan misi SWF itu luar biasa luasnya dan yang pertama yang ingin saya tekankan adalah kami ingin menciptakan sebuah iklim investasi sehingga para investor bisa masuk ke Indonesia dengan lebih nyaman dan lebih yakin,” kata Ridha dalam keterangan pers di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/2).
Investasi asing sering dianggap menjadi batu alas pembangunan ekonomi, menciptakan perusahaan-perusahaan baru, memperluas pasar, meningkatkan daya saing industri ekspor, merangsang ekonomi lokal melalui sektor keuangan dan sektor jasa/pelayanan, meningkatkan pajak pendapatan serta memperkuat nilai mata uang.
“Prioritas INA (Indonesia Investment Authority) ada tiga, infrastruktur. Termasuk optimalisasi market atau aset market di BUMN,” ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam gelaran Economic Outlook 2021 ‘Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia 2021’, Kamis (25/2).
Investasi digadang-gadang membawa angin segar. Namun kenyataannya, investasi asing lebih tertarik untuk membeli perusahaan-perusahaan BUMN kategori untung/sehat kemudian memprivatisasinya atau membeli perusahaan-perusahaan swasta dalam kategori yang sama. Tak hanya itu, derasnya kran investasi dengan digandeng UU Ciptakerja membuka peluang tenaga kerja asing sehingga menyisihkan tenaga kerja negeri sendiri.
Sungguh miris saat negara kian maju justru pengangguran meningkat, bukan karena tiada Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai modal, namun karena dari hulu ke hilir dikuasai asing. Negara seyogyanya menjadi tameng penjajahan modern dengan berkedok investasi, negara seyogyanya memperkuat dan meningkatkan SDM dan mengelola SDA dengan maksimal, agar tercipta kemakmuran di negara ini. wallahu’allam bi shawab.