MEDAN (Mandailing Online) – Penolakan terhadap label “Batak” terus bergulir dari kaum Mandailing di Indonesia.
Komponen Mandailing di Kota Medan, Senin (13/11/2017) mendeklarasikan pernyataan sikap menolak label Batak terhadap etnis Mandailing. Deklarasi itu bertempat di Amaliun Food Court, Medan.
Komponen-komponen kaum mandailing Kota Medan itu meliputi tokoh perantau asal Mandailing, Ikatan Keluarga Nasution (Ikanas) Provinsi Sumatera Utara, Naposo Nauli Bulung, Ikatan Mahasiswa Mandailing Natal, dan Ikatan Mahasiswa Mandailing Julu.
Dinyatakan, bahwa persepsi bahwa Mandailing adalah sub etnis Batak dengan istilah Batak Mandailing adalah sebuah kekeliruan yang fatal dalam memahami sejarah, identitas dan budaya orang Mandailing.
Prof Zulkarnain Lubis, akademisi, dalam pertemuan ini menyatakan, bahwa tidak ada orang atau siapapun yang berhak mengklaim sesuatu komunitas selain komunitas itu tersendiri. Orang Jawa lah yang berhak mengklaim orang Jawa, dan Orang Mandailing lah yang berhak mengklaim bahwa mereka orang Mandailing. Orang Mandailing lah yang berhak mengklaim sebagai Mandailing, bahkan negara pun tidak berhak. Semakin banyak yang mengaku Mandailing bukan Batak maka semakin sah dan sadar bahwa Mandailing bukan Batak.
Prof Yamin Lubis sebagai akademisi berdarah Mandailing dan tokoh Mandailing menyatakan bahwa “Saya tahu sejarah, dan sekarang saya bersama kalian, dan ini adalah hak kita sebagai orang Mandailing. Kalau ada orang yang merasa gerah, silahkan, kalau ada yang beda pendapat silahkan. Sejarah orang Mandailing adalah Mandailing”.
Sementara itu, H Syahrir Nasution dari perwakilan tokoh masyarakat Mandailing di Binjai menjelaskan deklarasi ini adalah meluruskan sejarah, sebab tidak ada orang yang bisa lari dari sejarah. Dengan mengutip pesan Pendi Keling , “Pedati jalan terus, penumpang yang tidak mau ikut, kalau mau turun, ya turun”.
M Taufik Nasution mewakili panitia (generasi Muda Mandailing) menyebutkan bahwa ada semacam stigma yang salah tentang Mandailing yakni adanya stigma bahwa Mandailing adalah Batak. Yang kedua, dalam beberapa media masih disebutkan bahwa Mandailing adalah Batak.
Taufik melanjutkan bahwa kegiatan ini bertujuan hanya 2 hal pesan pokok penting: Pertama, mengungkap kebenaran, jangan sampai ada pemaksaan kehendak oleh suatu suku bangsa terhadap Mandailing.
Kedua, mendorong pemerintah untuk mendudukkan suku bangsa Mandailing dalam posisi yang jelas, bukan dikait-kaitkan dengan etnis lain.
Pernyataan Sikap Mandailing bukan Batak itu yakni :
- Mencermati perkembangan dan perubahan sosial budaya Mandailing dalam era kekinian yang telah mengalami pergeseran ke arah yang salah, terutama soal persepsi tentang Mandailing yang dibangun oleh kolonial Belanda dan sudah dibantah orang Mandailing sejak tahun 1922.
- Persepsi bahwa Mandailing adalah sub etnis Batak dengan istilah Batak Mandailing adalah sebuah kekeliruan yang fatal dalam memahami sejarah, identitas dan budaya orang Mandailing.
- Dengan ini kami tegaskan kembali, bahwa Mandailing bukan Batak dan bukan merupakan sub etnis Batak. Mandailing berdiri sendiri diantara etnis/suku lainnya dalam menopang janji setia terhadap NKRI, Pancasila dan UUD 1945.
- Pernyataan ini dibuat untuk dipahami setiap generasi Mandailing di kemudian hari dan pihak-pihak yang berkepentingan agar dapat memaklumi usaha-usaha perlindungan terhadap hak asasi gambar masyarakat hukum adat Mandailing sesuai Konstitusi Republik Indonesia.
- Himbauan kepada masyarakat Mandailing dimanapun berada untuk mendukung dan ikut menyatakan/mendeklarasikan Mandailing Bukan Batak.
Deklarasi ini merupakan kali kedua di akhir 2017 tentang penolakan etnis Mandailing dilabeli Batak. Sebelumnya Raja-Raja Mandailing di Panyabungan, Mandailing Natal para 21 Okober lalu telah juga mendeklarasikan penolakan label Batak. Lalu disusul kegitan diskusi di Medan pada Senin (23/10/2017) yang diselenggarakan Yayasan Madina Centre menghadirkan sejarahwan dan antropolog mengkaji Mandailing bukan batak dari sisi akademis.
Sumber : Panitia
Editor : Dahlan Batubara
Menurut yg saya dapat di sekolah, bhw mandailing itu bagian dari suku Batak, tapi waktu saya sekolah SMA2 di Sidempuan, penduduk Sidempuan apalagi yg berasal dari daerah Panyabungan tdk mau disebut orang Batak dan waktu saya kuliah di Bogor dan memperkenalkan diri saya berasal dari Tapanuli Selatan langsung dicap suky Jawa atau Sunda orang Batak dengan sedikit anggapan dgn sifat dan karakter yg kurang baik. Menurut saya sih, mau dibilang Batak saya tdk keberatan dan menurut saya juga tdk salah suku Mandailing mendeklarasikan sukunya sebagai suku Mandailing asal tdk menjadi perpecahan diantara kita …
Kalo menurut saya bisa sah bisa tidak apa bila dari pengetahuan perseorangan, tp melihat dr kesamaan dengan adat istiadat yg saya lihat dan jalani ada kesamaan,bahasa,dll.tp dr sisilah marga mandailing apakah memang ini sudah pernah di jabarkan buat masyarakat tentang asalmuasalnya. Sehingga nanti pada suatu saat anda tidak malu untuk mengatakan pada keturunan kalian siapa dan dr mana asal muasal nenekmoyangnya,dan tidak menutup kemungkinan suatu saat sisilah itu tidak perlu buat mereka.
Mreka2 ini berkata Bahwa Dia Bukan Suku Batak hanya di Kampung nya saja , Coba Mreka2 ini keluar Kampung , Mreka Pasti Manggil Lae sama saya apalagi bila Dia itu Marga Hasibuan , sering saya temui Marga Hasibuan memanggil Lae sama saya ,
Pada Umum nya … di Tabagsel khusus nya di Mandailing Natal ( Madina ) berpendapat Bahwa Batak itu adalah Kristen pemakan Daging Babi , ini lah alasan mreka sehingga Mreka mengklaim bahwa mreka berpendapat bahwa Mreka Suku Mandailing , Bukan Suku Batak Mandailing .
Buat petinggi2 Mandailing , Katakan lah kepada Pemerintah begini ” Keluarkan kami dari Pelajaran SD , di pelajaran SD ada 5 macam Suku Batak ,
1. Batak Toba ,
2. Batak Karo ,
3. Batak Simalungun ,
4. Batak Mandailing ,
5. Batak Pakpak ,
Batak Karo ,
Saat ini … sebahagian Orang karo ada juga yang berpendapat bahwa mreka Bukan Suku Batak Karo , tetapi suku Karo , padahal … mreka hampir masuk tu GBKP = Gereja Batak Karo Protestan .