MEDAN, (MO) – Laju pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2012 melambat dibandingkan 2011 dan 2010, meski secara kinerja, perekonomian tahun ini naik 6,22 persen dari 2011 dengan tertinggi dicapai sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
“Kinerja perekonomian tahun 2011 sudah 6,63 persen dan 2010 bahkan mencapai 6,42 persen, sementara 2012 hanya 6,22 persen.Secara kinerja memnag tetap nak, tetapi laju pertumbuhan sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno di Medan, hari ini.
Penurunan laju pertumbuhan ekonomi Sumut itu merupakan dampak krisis global.
“Tetapi harus disyukuri karena meski melambat, tetapi perekonomian tetap bertumbuh,”katanya.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan angka PDRB (produk domestik regional bruto) atas dasar harga konstan 2.000 itu tertinggi dicapai sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 11,20 persen.
Setelah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, tertinggi lainnya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi 8,26 persen, jasa-jasa 7,54 persen dan perdagangan, hotel dan restoran mencapai 7,23 persen.
Adapun sektor lainnya masing-masing tumbuh di bawah 7 persen.
Dia menjelaskan, besaran PDRB Sumut pada 2012 atas dasar harga berlaku sebesar Rp351,12 triliun, sementara atas dasar harga konstan 2.000 sejumlah Rp134,46 triliun.
Sementara itu, kata Suharno, berdasarkan pendekatan penggunaan sebagian besar PDRB Sumut di tahun lalu sebagian besar atau 59,29 persen digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, disusul pembentukan modal tetap bruto 21,12 persen, konsumsi pemerintah 10,03 persen, konsumsi lembaga nirlaba 0,33 persen dan perubahan stok 0,03 persen.
“Mudah-mudahan tahun ini laju pertumbuhan ekonomi Sumut semakin bagus di tengah kekhawatiran krisis global masih berlangsung,”katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Parlindungan Purba, menyebutkan, kinerja perekonomian Sumut yang naik itu karena barang ekspor dari daerah tersebut masih dibutuhkan pasar internasional.
“Jadi meski permintaan dan harga melemah, tetap aja ada ekspor,” katanya.
Pengusaha sendiri tetap saja optimistis bahwa tahun ini kinerja perekonomian semakin membaik meski diakui krisis global yang masih berlangsung masih menjadi hambatan.(antara)