Program kerjasama antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal telah berhasil membina kelompok usaha yang memproduksi pupuk organik bokasi, bio gas dan pestisida non kimia di Desa Rumbio Kecamatan Panyabungan Utara.
Keberhasilan itu terlihat dari produk-produk yang dihasilkan dari urin dan kotoran lembu yang diharapkan akan mampu menyuplai pupuk non kimia serta pestisida alami bagi inovasi pertanian tanaman pangan di Mandailing Natal dalam upaya menghasilkan produk tanaman pangan yang bebas dari kandungan kimia sebagaimana permintaan pasar internasional dewasa ini.
Usaha yang dipimpin Adar Mulo Rangkuti yang juga Ketua Litbang Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Mandailing Natal itu itu memiliki output produk multi hasil, yakni pupuk organik bokasi padat, pupuk organik cair, pestisida dan gas.
Produk pupuk organik bokasi padat itu pun memiliki dua jenis produk, yakni pupuk organik bokasi biasa dan pupuk oragnik bokasi terintegrasi. Perbedaan bokasi biasa dan bikasi terintegrasi itu terletak pada komposisi campuran bahan-bahan lain diluar kotoran lembu. Bokasi terintegrasi lebih banyak jumlah campran non kotoran lembunnya dibanding bokasi biasa. Hanya saja keduanya sama-sama berbetuk serbuk.
Sedangkan pupuk organic cair dihasilkan dari gabungan air urin lembu dengan bahan-bahan non kotoran lembu.
Pestisida yang dihasilkan dari kegiata itu berasal dari air urin lembu ditambah dengan bahan-bahan lain non kotoran lembu.
Seluruh produk pupuk yang dihasilkan, baik bokasi padat biasa, bokasi padat terintegrasi maupun pupuk organik cair serta pestisida adalah produk non kimia alias alami sehingga tanaman yang memakai pupuk itu kelak tidak akan terkontaminasi dengan kimia sebagaimana permintaan pasar internasional terhadap produk pertanian yang bebas kandungan kimia.
Oleh karenanya, produk-produk yang dihasilkan kelompok di Desa Rumbio itu sudah layak direkomendasikan oleh pemerintah daerah sebagai penghasil pupuk dan pestisida non kimia yang dianjurkan untuk dipakai oleh petani yang berbudidaya tanaman pangan.
Gas Kompor dan Gas Lampu
Untuk produk gas yang dihasilkan kelompok itu, terbagi dalam dua fungsi. Pertama untuk bahan bakar lampu. Kedua untuk bahan bakar kompor memasak.
Untuk bahan bakar lampu penerangan, gas yang dihasilkan dipipakan ke dalam selongsong petromak, sehingg gas itu berfungsi sebagai pengganti minyak. Jika selama ini orang selalu memakai minyak tanah sebagai bahan bakar lampu petromak, maka saat ini sudah bisa memakai bahan bakar bio gas tersebut.
Pola pemakaian bio gas untuk lampu itu juga sama penerapannya untuk kompor gas, dimana gas juga dipipakan ke dalam saluran masuk gas di dalam kompor gas yang biasa dipakai oleh ibu rumah tangga di dapur rumah mereka.
“Gas ini berasal dari box digester yang dipipakan ke dalam kompor gas dan petromak,” kata Adar Mulo Rangkuti.
Tahapan Proses
Baik pupuk organik bokasi maupun gas yang dihasilkan berasal dari jaringan proses yang sama. Karena bahan baku utamanya adalah kotoran lembu yang dipidahkan dari kandang lembu kemudian dimasukkan ke dalam box pengaduk.
Dari box pengaduk itu, kotoran lembu merembet ke dalam box digister. Di dalam digister inilah terjadi pemisahan gas dari material kotoran lembu. Gas yang memisah itu keluar dari digester melalui pipa kecil menuju satu titik stasiun, dan dari sini bergerak melalui pipa ke kompor dan lampu.
“Nah, setelah gas memisah dari materal kotoran lembu itulah material kotoran lembu telah menjadi pupuk setengah masak. Makanya digester ini berfungsi sebagai pengolah gas dan penetralisir pupuk,” kata Adar Mulo.
Selanjunya, materal yang telah tak mengandung gas tersebut merembet ke dalam bak lain. Dari bak itu kemudian memasuki tahapan pengeringan yang kemudian diolah menjadi pupuk bokasi, baik bokasi biasa mapun bokasi terintegrasi.
Baru 25 Ekor Lembu
Hingga kini setelah berjalan sekitar 2 tahun, usaha kelompok itu telah menghasilkan rata-rata 324 Kg pupuk bokasi padat per hari. Sedangkan pupuk bio cair terproduksi rata-rata 125 Kg per hari. Keseluruhan produk yang dihasilkan itu berasal dari lembu yang barjumlah 25 ekor.
Tentunya, produk akan kian meningkat jika jumlah lembu yang diternakkan di lokasi itu bertambah banyak.
“Oleh karenanya, kita terus akan mendorong dan membina untuk terus berkembang supaya peningkatan produksi bertambah,” kata Kepala Dinas Pertanian Peternakan Mandailing Natal, Taufiq Zulhandra di lokasi itu, Sabtu (22/10).
Taufiq juga menyatakan, pihaknya juga terus berupaya agar pasar produk yang dihasilkan kelompok ini terkelola. Termasuk perlunya lisensi dari berbagai lembaga agar produk kelompok itu mampu memasuki pasar.
Selain itu, pihaknya juga sedang mengupayakan menerbitkan draf Peraturan Daerah yang mendorong pemakaian pupuk dari kelompok ini pada setiap kegiatan program budidaya tanaman yang dikelola pemerintah daerah.
Peliput : Dahlan Batubara