Rombongan etnis Mandailing Malaysia sebanyak 76 orang mengunjungi tanah leluhur mereka, Mandailing, Sumatera.
Kedatangan rombongan ini merupakan program tahunan “Mulak Tu Huta” yang diselenggarakan Ikatan Mandailing Malaysia Indonesia (IMAMI).
Kegiatan “Mulak Tu Huta” itu diprogramkan sebagai upaya menyahuti dorongan kerinduan para keturunan Mandailing di Malaysia menginjakkan kaki di tanah leluhur mereka di Mandailing.
Keturunan Mandailing di Malaysia hingga kini diperkirakan 500 ribu jiwa yang menyebar di berbagai negeri di Malaysia. Kaum Mandailing bermigrasi ke tanah Semenanjung sejak era 1800-an, jauh sebelum lahirnya negara Malaysia dan negara Indonesia.
Mayoritas dari mereka tak lagi mengetahui letak kampung buyut mereka diakibatkan keterpisahan selama ratusan tahun dari tanah leluhur. Oleh karenanya, menginjakkan kaki di tanah leluhur ini sudah merupakan kebahagiaan dan keterharuan bagi mereka, sebab kerinduan terhadap tanah leluhur dapat terobati.
Rombongan Mandailing Malaysia dipersilahkan melakukan paluan Gordang sambilan di Bagas Godang Gunungtua Tonga, Panyabungan.
Manortor di acara jamuan Perkumupulan Marga Siregar di Poken Jior, Sidimpuan
Raja Panyabungan Tonga mempersembahkan Tor-tor Raja menyambut ketibaan Etnis Mandailing Malaysia
Sejumlah dara dan jaka Mandailing melakukan sambutan dengan Tor-tor di ketibaan rombongan Mandailing Malaysia
Rombongan Mandailing Malaysia di halaman Bagas Godang Panyabungan Tonga
Sejumlah jaka Mandailing menjamu makan malam rombongan Mandailing Malaysia dengan sitem “Mangoloi” di Bagas Godang Gunungtua Tonga
Hari ke-1, Rabu malam hingga hari ke-2 Kamis pagi (21 dan 22 Nov 2018) rombongan berada di Panyabungan.
Hari ke-1, rombongan berada di Bagas Godang Gunungtua, Panyabungan menyaksikan tabuhan Gorang Sambilan serta jamuan “Mangan Mangoloi” yang dituanrumahi Bapak Darman Nasution dan Patuan Mandailing Hutasiantar.
Di Bagas Godang ini, rombongan juga memperoleh penjelasan2 mengenai adat dan sejarah Mandailing.
Kamis pagi rombongan melakukan ziarah ke makam Sibaroar Nasakti, leluhur marga Nasution sekaligus mengunjungi Bagas Godang Panyabungan Tonga.
Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan bantuan kaum Mandailing Malaysia untuk korban bencana banjir bandang Muara Saladi yang diserahkan kepada Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution di rumah dinas Bupati Madina. Bantuan sebesar sekitar 78 juta rupiah itu kemudian diserahkan bupati kepada Camat Ulupungkut yang kemudian ole camat disalurkan kepada 12 keluarga waris yang wafat, 17 pelajar madrasah yang selamat serta untuk perbaikan gedung madrasah.
Hari ke-2 siang, rombongan berada di Desa Hutapuli, Kecamatan Siabu berbaur dengan warga setempat. Kaum perempuan Mandailing Malaysia berbaur dengan kaum ibu Hutapuli memasak “bulung gadung naiduda” sementara kaum pria Mandailing Malaysia ada yang “mananggo-naggo manuk” ada juga yang pergi ke lopo untuk menikmati lopo khas tanah leluhur serta “teh manis” dari rebusan air pakai kayu bakar.
Usai memasak bersama, kaum Mandailing Malaysia dan warga setempat melakukan makan bersama sistem “mangoloi”.
Sistem “mangoloi” ini sudah jarang ditemukan di kalangan etnis Mandailing di Malaysia, sehingga suguhan “mangoloi” ini merupakan pengalaman dan pelajaran berharga bagi mereka.
Usai di Hutapuli, pada malam hari rombongan dijamu oleh parsadaan Marga Siregar (Patogar) Madina di rumah Dr. Syafei Siregar di sebelah RSU Permata Madina, Kayujati Panyabungan.
Hari ke-3, rombongan berada di Sipirok menghadiri undangan Pemkab Tapanuli Selatan merayakan HUT Tapanali Selatan. Dilanjutkan dengan memenuhi undangan jamuan dan manortor oleh persatuan marga Siregar (Patogar) di Sidimpuan.
Hari ke-4 robongan berada di Padang Lawas Utara mengunjungi Candi Bahal 1 di Portibi.
Oleh : Dahlan Batubara