Lokasi wisata Sampuraga harusnya menjadi destinasi di kawasan Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Sama seperti destinasi Malin Kundang di Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat.
Ketika saya membawa rombongan Mandailing Malaysia ke objek wisata Malin Kundang ini pada November 2019, destinasi ini dikunjungi banyak wisatawan lokal dan asing.
Saat itu kawan saya wartawan Harian Haluan kepada saya mengungkapkan bahwa laporan Dinas Pariwisata dan Kebudayan Kota Padang mencatat Pendapatan Asli Daerah dari retribusi karcis Pantai Air Manis mencapai 2,4 milyar Rupiah pertahun pada tahun 2018. Peningkatan itu setelah dibukanya akses jalan baru dari Bukit Gado-Gado.
Itu belum pendapatan pedagang kuliner dan cindramata, penyewa kenderaan di lokasi, hunian hotel dan belanja wisatawan di kota Padang.
Wisata Sampuraga yang terletak di Sirambas, Panyabungan Barat ini juga sejatinya memiliki daya pikat menarik wisatawan dari berbagai daerah di Sumut atau dari berbagai provinsi tetangga karena folk story Sampuraga sudah sedemikian luas sebarannya dan keterkenalannya.
Hanya saja selama ini tak ditangani dengan serius dan baik.
Promosi selama ini nyaris nihil. Akses jalan dari Jalan Lintas Sumatera tak dihiraukan. Pun dari jalur Panyabungan-Longat ke lokasi Sampuraga juga tak diperhatikan.
Di dalam lokasi pun tak ditangani. Titik-titik kubangan-kubangan air panas sebagai “bukti” sisa peninggalan “peristiwa” karam “kerajaan Sampuraga” juga tak memiliki keamanan dan tak dikeruk dengan baik untuk menghasilkan semburan air panas.
Pun, replika bagunan istana Sampuraga harusnya juga tersedia. Termasuk taman-taman yang indah disertai jalan setapak dan bangku bangku duduk pengunjung.
Secara eksterior, aliran sungai yang melitasi lokasi Sampuraga ini juga sejatinya juga ditata sebagai pendukung wisata.
Tapi, nampaknya destinasi wisata Sampuraga ini bakalan berubah. Bupati Mandailing Natal, Dahlan Hasan Nasution dalam beberapa hari terakhir mulai menata lokasi Sampuraga ini.
Bahkan lokasi ini telah menjadi lokasi begadang beliau. Itu sebagai indikasi bahwa beliau akan mengembangkan wisata Sampuraga sebagai destinsi penting di Madina untuk kawasan Panyabungan raya.
Dalam beberapa arahan di lokasi, bupati menekankan setidaknya tiga aspek bagi pengembangan lokasi wisata ini.
Pertama, akses jalan yang akan diperlebar. Kedua, pengaman titik kubangan air panas agar tak membahayakan anak-anak. Ketiga, bangunan “istana Sampuraga”.
Tiga poin itu memang sangat vital. Tentunya interior di lokasi juga diyakini akan juga digarap beliau. Bukankah polesan daya seni yang beliau miliki telah mampu merubah Taman Raja Batu dari semak belukar manjadi keindahan?
Munculnya keseriusan beliau terhadap wisata Sampuraga ini diyakini akan merubah lokasi Sampuraga menjadi destinasi yang memikat dan menarik banyak pengunjung kelak.
Dan ini akan berdampak positif secara rantai ekonomi di kawasan itu dan Panyabungan secara umum.
Rantai ekonomi itu meliputi jasa transportasi, perdagangan kuliner dan cindramata serta jenis daganan lainnya, hunian hotel serta belanja-belanja wisatawan selama berada di Madina.
Sejalan dengan itu, Komisi 1 DPRD Madina sangat meresfon dan memandang positif terhadap pembenahan lokasi Sampuraga ini.
Ketua Komisi 1, Sobir Lubis yang sudah mengunjungi lokasi ini menyatakan sangat mengapresiasi perhartian bupati terhadap wisata Sampuraga.
Komisi 1 yang juga membidangi pariwisata melihat potensi wisata Sampuraga memilik daya pikat sebagai destinasi karena legenda Sampuraga sudah masyhur sehingga menjadi salah satu titik destinasi yang patut untuk dikembangkan. (Dahlan Batubara)