Artikel

Ramadhan  Bulan Taat, Kok Malah Maksiat

Oleh: Hj. Nuryati Apsari, S.Hut,M.M
Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Tak terasa kita berada hampir dipertengahan bulan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang istimewa, sangat dinantikan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Dimana ada satu malam di bulan Ramadhan yang memiliki keutamaan lebih baik dari seribu bulan yakni Lailatul Qadar.

Ramadhan juga memiliki keistimewaan-keistimewaan yang lain yaitu merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an. Dalam surah Al-Baqarah ayat 185, Allah berfirman: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)……”.

Selain itu juga Ramadhan adalah bulan pengampunan dosa, dan salah satu cara untuk menghapus dosa adalah dengan menjalankan ibadah puasa. Rasulullah bersabda: “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan karena iman dan semata-mata mengharapkan ridha Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Siapa saja yang menghidupkan Lailatul Qadar karena iman dan semata-mata mengharap ridha Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR.Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad).

Ramadhan juga merupakan bulan yang bertabur dengan pahala berlipat ganda. Segala amalan dan ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan akan Allah lipatgandakan pahalanya. Sebagai salah satu contoh ibadah umrah, Rasulullah bersabda: “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan Haji”. (HR.Bukhari Dan Muslim).

Ma syaa Allah, betapa mulia dan agungnya bulan Ramadhan. Dengan berbagai keistimewaan Ramadhan tersebut, sejatinya Ramadhan tahun ini kita lalui dengan bersungguh-sungguh melakukan segala aktivitas dan amal ibadah yang akan menghantarkan kita untuk meraih derajat takwa.

Namun tidak demikian halnya bagi enam remaja yang kedapatan tengah pesta minuman keras (miras) di kawasan RT 35 Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara.
Dilansir dari Kaltim Post.com. Pesta miras itu mereka lakukan usai shalat tarawih Rabu (5/3) malam hingga dini hari. Mereka diamankan personel Bhabinkamtibmas. “Sudah banyak laporan dari masyarakat terkait aktivitas para pemuda ini,” ungkap Aiptu Wempi.

Warga yang resah dan merasa terganggu karena tengah beribadah Ramadhan menginformasikan petugas.

“Kami tindaklanjuti dan patroli, rupanya benar, mereka minum miras oplosan,” ujar Kasi Humas Polresta Balikpapan Ipda Sangidun. Mereka dibawa ke markas Polsek Balikpapan Utara untuk dilakukan pembinaan. “Kami data serta mengingatkan para pemuda dan remaja tersebut tentang pentingnya menjaga diri dan lingkungan selama Ramadhan,” jelasnya.

Selain itu, pembinaan ini juga bertujuan untuk menghindari perilaku yang tidak baik dan dapat merusak kondusifitas masyarakat. “Kami panggil juga orangtuanya agar lebih memberikan perhatian dan pengawasan pada anak-anak mereka,” tuturnya. Dengan pembinaan ini, diharapkan para pemuda dan remaja tersebut dapat menjadi lebih sadar dan bertanggung jawab dalam menjaga diri dan lingkungan.

Buah Kehidupan Sekuler

Perilaku enam remaja tersebut telah mencederai bulan Ramadhan yang suci. Lemahnya keimanan sehingga mereka tetap melakukan aktivitas yang haram di saat sebagian besar umat Islam tengah sibuk memperbanyak amal ibadah di bulan puasa ini. Puasa tidak mampu mencegah mereka berbuat maksiat, ibadah puasa di siang hari namun pada malam hari mereka justru  berbuat semaunya. Inilah buah kehidupan sekuler. Sekularisme, paham yang menginginkan pemisahan agama dari kehidupan. Sehingga ketika aturan agama diabaikan, merekapun merasa bebas melakukan apa saja walaupun itu hal yang diharamkan oleh Allah.

Upaya pembinaan berupa nasehat dan sanksi fisik sifatnya hanya formalitas semata, tidak mampu mencegah perilaku maksiat itu terulang kembali apalagi selama pengaruh sekuler masih mendominasi kehidupan hari ini yang menjadi akar masalah kerusakan generasi di negeri ini.

Kehidupan sekuler melahirkan pola hidup hedonistik, permisif, dan liberal. Standar hidup tidak lagi berpegang teguh pada agama (baca: Islam). Alhasil, generasi makin jauh dari nilai ketaatan kepada Penciptanya, yakni Allah Taala.

Di sisi lain, sekuler turut memengaruhi pola penyusunan kurikulum. Dalam sistem pendidikan hari ini, output pendidikan dan tujuan pendidikan tidak sinkron. Dalam salah satu poin UU Sisdiknas disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berilmu.

Pertanyaannya, dengan model kurikulum sekuler yang diterapkan saat ini, adakah tujuan itu tercapai sehingga lahir generasi bermartabat, bertakwa, dan berakhlak mulia? Sementara itu, porsi Islam dalam struktur kurikulum pendidikan sekuler begitu minim. Meski bertabur lembaga pendidikan Islam sebagai solusi alternatif, hal ini bukan jaminan tidak akan terjadi perilaku negatif generasi. Ini karena yang tengah dihadapi orang tua, guru, dan lembaga pendidikan ialah arus sekularisasi di semua lini kehidupan.

Islam Solusi Tuntas

Perilaku buruk generasi yang meresahkan ini tentu butuh solusi tuntas tidak hanya sekedar pembinaan. Dan Islam adalah satu-satunya solusi yang tepat dan tuntas. Islam memiliki sejumlah mekanisme menyeluruh untuk mewujudkan generasi berkepribadian mulia.

Di antaranya penerapan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Dengan ini, seluruh mata pelajaran akan berkesinambungan dengan peningkatan keimanan seorang hamba kepada Allah Taala. Setiap ilmu harus senantiasa dikaitkan dengan basis akidah Islam yang membuat seluruh peserta didik makin taat kepada Allah Taala. Sehingga dengan banyaknya keutamaan di bulan Ramadhan merekapun akan semakin giat mengisinya dengan amalan ibadah seperti memperbanyak membaca Al Qur’an dan mengikuti kajian-kajian ilmu. Hal seperti itu akan menambah keimanan dan ketakwaan mereka secara individu.

Tidak cukup hanya ketakwaan individu, dibutuhkan juga suasana lingkungan dan masyarakat yang kondusif.  Suasana yang dibangun adalah masyarakat yang terbiasa melakukan amar makruf nahi mungkar sehingga tidak akan membiarkan begitu saja ketika kemaksiatan terjadi di tengah-tengah kehidupan mereka.
Dan yang berikutnya, perlunya aturan negara yang menerapkan hukum Islam dan menegakkan sanksi tegas bagi pelaku kemaksiatan dan kejahatan. Sistem sanksi akan berlaku sebagai upaya kuratif ketika berbagai upaya preventif masih dilanggar. Efek nyata penerapan sistem sanksi dalam Islam ialah membuat pelaku jera sehingga ia tidak akan pernah berpikir untuk mengulangi kejahatannya. Setiap pelaku kejahatan yang sudah terkategori akil balig dan mukalaf bisa diterapkan sanksi Islam atasnya, termasuk jika pelakunya adalah remaja.

Dengan begitu akan terwujud generasi beriman dan bertakwa yang gemar melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Wallaahu a’lam bishshawab

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.