Panda – Akibat cuaca ekstrem yang kerap melanda perairan Pantai Barat Sumatera Utara sejak 3 tahun terakhir, menyebabkan produksi penangkapan ikan di Tapanuli Tengah (Tapteng) dan Kota Sibolga tidak stabil atau kembali merosot. Jika pada tahun 2012 lalu, total produksi/pendaratan ikan mampu mencapai 38.290 ton, kemudian turun menjadi 34.573 ton pada tahun 2012, lalu tahun 2014 jumlah tersebut kembali naik tipis menjadi hanya 35.227 ton.
Namun pada tahun 2015 ini, produksi pendaratan ikan dipastikan akan lebih merosot. Sebab, hingga akhir September 2015, produksi pendaratan ikan hasil tangkapan nelayan di daerah ini baru mencapai 22.458 ton atau menurun sekitar 17% dari periode yang sama pada tahun lalu mencapai 26.081 ton.
Demikian disampaikan Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga Henry M Batubara SPi MSi selaku perpanjangan tangan Kementerian Kelautan dan Perikanan di wilayah Pantai Barat Sumut kepada MedanBisnis di kompleks PPN Sibolga, kemarin.
Disebutkan, cuaca buruk yang kerap melanda perairan pantai barat Sumatera atau sekitar wilayah Samudera Hindia, menjadi faktor utama tidak stabilnya jumlah produksi pendaratan atau hasil tangkapan nelayan di daerah ini.
“Naik turunya produksi itu juga disebabkan pola migrasi ikan yang tidak menentu, disamping faktor lainnya semisal kerusakan ekosistem terumbu karang yang kian parah, sehingga mengakibatkan perkembangbiakan ikan menjadi terganggu dan menyebabkan ikan menjadi langka. Hal ini juga disebabkan sempat naiknya harga BBM solar yang menjadi bahan bakar utama kapal-kapal penangkap ikan,” terangnya sembari menyampaikan bahwa data di atas diambil berdasarkan data laporan dari dokumen Logbook kapal penangkap ikan.
Dikatakan, akibat cuaca buruk yang berkepanjangan, menyebabkan tingkat aktivitas operasional kapal-kapal penangkap ikan menjadi menurun dari biasanya. Hal ini dibuktikan dengan pengurusan berbagai kelengkapan dokumen kapal penangkap ikan di kantornya yang terus mengalami penurunan, seperti Logbook, Surat Persetujuan Berlayar (SPB), maupun Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI).
Disebutkan, jika pada tahun 2012 lalu, pihaknya masih menerbitkan 10.305 unit dokumen Logbook, pada tahun 2013 turun menjadi 8.636 unit, tahun 2014 terus merosot menjadi 6.205 unit. Hingga September tahun 2015 ini, kapal perikanan yang mengurus Logbook sebagai dokumen wajib yang harus dilengkapi oleh kapal-kapal penangkap ikan jika hendak beroperasi baru mencapai 5.466.
Begitu juga dengan SPB yang tahun 2012 lalu mencapai 10.305 unit, kemudian meningkat sedikit pada tahun 2013 menjadi 10.363 unit, kembali menurun menjadi 9.044 unit pada tahun 2014, pada tahun ini diperkirakan akan kembali merosot. Pasalnya, hingga September 2015, hanya 5.071 unit kapal yang beroperasi.
Tak jauh berbeda dengan dokumen SHTI yang juga terus mengalami penurunan. Pada tahun 2012 lalu, PPN Sibolga masih menerbitkan 403 lembar SHTI, pada tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 400 dan 171 lembar SHTI saja. Jumlah ini dipastikan akan kembali menurun, karena hingga September tahun ini, PPN Sibolga baru menerbitkan 63 lembar SHTI saja.
Sumber : medanbisnis