PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Petani karet alam mentah (Kantalan) di Mandailing Natal (Madina) mulai bernafas lega akibat harga karet terus merangkak naik dalam sebulan terakhir.
Pantauan di Simangambat Kecamatan Siabu, Jum’at (30/12), harga terrendah sekitar Rp8.500 per Kg, tertinggi sekitar Rp9.500.
Sementara itu, pantauan di penjualan Desa Gunung Tua Iparbondar Kecamatan Panyabungan, Kamis (29/12) harga terrendah sekitar Rp9.000, tertinggi sekitar Rp10.000 per Kg.
Kenaikan itu merangkak dalam sebulan terakhir. Hingga pertengahan 2016 lalu harga masih berada di kisaran 6.000 per Kg.
Kondisi harga yang merangkak naik itu menyebabkan gairah petani karet alam kembali menguat, karena harapan perbaikan pendapatan keluarga telah muncul setelah beberapa tahun terakhir menghadapi harga yang rendah.
Sementara itu, penelusuran Mandailing Online kepada sejumlah pedagang karet alam di Panyabungan, Jum’at, kenaikan harga itu diperkirakan akibat trend pemenuhan target kontrak akhir tahun. Spekulasi lainnya menyebutkan, kenaikan harga di akhir 2016 ini akibat menurunnya stok di Cina.
Jika kenaikan itu dipicu trend pemenuhan target kontrak akhir tahun, maka kenaikan itu bersifat sementara karena di awal tahun akan kembali mengalami perubahan.
Tetapi, jika pemicunya akibat menurunnya stok dari Cina, maka harga di tahun 2017 masih akan bagus.
Berdasarkan data Bank Dunia, lima peringkat teratas produsen karet terbesar pada tahun lalu ialah Thailand sebanyak 4,47 juta ton, Indonesia 3,17 juta ton, Vietnam 1,02 juta ton, China 794.000 ton, dan Malaysia 722.000 ton.
Deddy Yusuf Siregar, Analis Asia Tradepoint Futures, menuturkan harga terdorong sentimen positif karena minimnya stok karet di Qingdao, sebagai pusat komoditas China. Persediaan merosot 11% menuju 91.000 ton pada 23 September 2016 yang merupakan level terendah sejak 2011.
Di Indonesia sendiri, banyak pengusaha karet di tingkat eksportir yang menahan stok agar harga di tingkat petani ikut meningkat. Penimbunan persediaan oleh tangan pertama juga membuat kebutuhan karet untuk industri mengalami kenaikan, karena menipisnya pasokan.
Komoditas untuk bahan baku ban ini juga terdorong penguatan harga minyak karena menyebabkan biaya pembuatan karet sintetis terkerek, sebagai alternatif bahan. Deddy pun berpendapat dalam jangka pendek hingga akhir tahun harga cenderung menguat karena perbaikan fundamental.
Peliput : Dahlan Batubara / Jakfar Nasution
Sumber tambahan : Bisnis.com