Artikel

Menjaga Anak dari Bahaya Moderasi Agama

Oleh: Intan Marfuah
Aktivis Muslimah

Ibu Negara Iriana Joko Widodo (Jokowi) menyosialisasikan moderasi sejak dini di madrasah, Kota Balikpapan, Rabu (11/9/2024). Dalam kegiatan sosialisasi ini, Iriana didampingi Wury Ma’ruf Amin dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE-KIM). Sosialisasi tentang moderasi sejak dini di madrasah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama pada anak-anak.

Program ini difokuskan pada pengembangan sikap toleransi, menghargai perbedaan, dan pemahaman yang mendalam tentang Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Beberapa langkah yang dilakukan dalam sosialisasi moderasi di madrasah:

1) Pengintegrasian Kurikulum dengan menggabungkan konsep moderasi beragama ke dalam mata pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam, Pancasila, dan Kewarganegaraan. 2) Pengembangan Karakter melalui kegiatan keagamaan, siswa diajak untuk mempraktikkan sikap toleran, menghargai perbedaan pendapat, dan menghormati keragaman. 3) Dialog Lintas Agama berupa dialog atau kunjungan ke tempat ibadah agama lain untuk memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman tentang toleransi beragama.

4) Pelatihan Guru yang dibekali dengan pemahaman yang mendalam tentang moderasi sehingga bisa menjadi teladan bagi siswa. 5) Kegiatan Ekstrakurikuler seperti bakti sosial, seminar tentang keberagaman, dan lomba antar-madrasah bisa menjadi sarana efektif untuk menyosialisasikan moderasi sejak dini. 6) Pendekatan Orang Tua dalam sosialisasi agar pemahaman tentang moderasi juga diterapkan di lingkungan keluarga. Tujuan utamanya adalah membentuk siswa yang berpikir moderat, terbuka, dan siap hidup berdampingan dengan masyarakat yang memiliki latar belakang agama dan budaya yang berbeda.(Kompas.com,11-September-2024)

Hakikat moderasi beragama sejatinya sama dengan “Islam moderat”, yaitu sekularisasi Islam. Ini karena proyek moderasi beragama bertujuan melahirkan muslim yang moderat, bukan muslim yang taat kafah. Perlu diketahui pula, istilah “Islam moderat” ini tidak lain dimunculkan oleh para pemikir dan politisi Barat untuk kepentingan mereka.

Proyek moderasi beragama dinarasikan dengan sangat “epik” sebagai jalan tengah yang menyatukan dan membersamakan semua elemen dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa Indonesia. Narasi ini memang sangat indah didengar dan secara teoritis begitu elegan, yaitu dalam beragama kita tidak boleh terlalu ekstrem, baik ke kiri ataupun kanan. Apalagi dalam konteks keindonesiaan yang multikultural dan plural, menurut mereka, moderasi menjadi sebuah keniscayaan. Bahkan, moderasi beragama dianggap sebagai kunci sukses pembangunan negara.

Miris membayangkan kualitas masa depan generasi umat jika dibiarkan dalam cengkeraman program moderasi agama. Mereka terus dikepung dengan ide Islam Moderat melalui guru di sekolah atau madrasah yang akan menjauhkan identitas utamanya sebagai khairu ummah pelanjut peradaban mulia. Alih-alih mendapatkan pengokohan kepribadian Islam, mereka yang ingin konsisten menerapkan agamanya dengan benar akan dituduh radikal, ekstrem, dan intoleran. Produk pendidikan Islam Moderat adalah generasi yang tidak mempertentangkan agama, menilai semua agama benar, dan menjunjung tinggi toleransi yang kebablasan. Hal inilah yang harus diwaspadai oleh orang tua muslim.

Berbahaya bagi Anak-Anak

Ide moderasi Islam ini pada dasarnya adalah bagian dari rangkaian proses sekularisasi pemikiran Islam ke tengah umat yang diberi warna baru. Ide ini menyerukan semua agama sama dan menyerukan untuk membangun Islam inklusif (yang bersifat terbuka), toleran terhadap ajaran agama lain, dan menyusupkan paham bahwa semua agama benar, padahal sudah sangat jelas bahwa Allah Swt. telah menegaskan,

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ ١٩

“Sungguh agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imran [3]: 19).

وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥

“Siapa saja yang mencari agama selain Islam sekali-kali tidaklah akan diterima dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Ali Imran [3]: 85).

Berdasarkan ayat-ayat ini, Allah Swt telah sangat tegas menyatakan bahwa agama yang benar dan mulia di sisi Allah hanyalah Islam. Apalagi adanya celaan yang bersifat jazm (pasti) bahwa tidak akan diterima agama selain Islam dan mereka tidak akan selamat di akhirat kelak. Dari sinilah kita mendapati penganut Islam Moderat memberlakukan toleransi melampaui batas yang telah digariskan oleh Islam. Bahkan murtadnya seseorang ataupun menjadi ateis dianggap sebagai hak seseorang. Tampak jelas ide ini bertentangan dengan akidah Islam.

Telah nyata bahwa moderasi Islam berbahaya. Ini sama artinya dengan menjadikan nilai-nilai Islam yang datang dari Al-Khaliq Al-Mudabbir disepadankan dengan aturan buatan manusia. Selanjutnya, pelan tetapi pasti gagasan ini tidak hanya mengebiri Islam yang sejatinya merupakan ideologi, menjadi sekadar kumpulan pemikiran saja. Islam pun berubah menjadi sekadar agama ruhiyah yang dihilangkan sisi politisnya sebagai solusi seluruh aspek kehidupan.

Para orang tua harus berupaya keras menyelamatkan anak-anaknya dari gempuran moderasi Islam sehingga kelak anak-anak kita menjadi generasi berkualitas, generasi pelanjut estafet perjuangan tegaknya Islam. Bukan mencekoki mereka dengan pemikiran Islam Moderat, tetapi dengan menanamkan akidah dan syariat Islam. Dengan demikian, mereka akan menjadikan akidah Islam sebagai pijakan berpikir dan berperilaku. Hal ini akan bisa terwujud jika genarasi muslim ini belajar Islam kafah.

Di tangan anak-anak kita tergenggam tanggung jawab untuk mengantarkan umat Islam kelak pada kebangkitan yang hakiki, yaitu tegaknya syariat Islam di muka bumi dalam naungan Khilafah. Apa jadinya nasib umat Islam di masa depan jika kaum mudanya telah teracuni pemikiran-pemikiran yang seolah-olah bijaksana, padahal sesungguhnya merupakan racun yang membinasakan? Saatnya kita, para orang tua, menyelamatkan anak-anak agar tidak terbawa arus moderasi Islam. Bagaimana caranya?

Upaya Orang Tua

Tentu kondisi ini tidak boleh dibiarkan. Harus ada upaya sungguh-sungguh yang dilakukan para orang tua untuk membentengi anak-anaknya dari paparan moderasi Islam yang disusupkan melalui kurikulum pendidikan di sekolah. Berikut hal-hal yang harus dilakukan orang tua.

Pertama, menyadari sepenuhnya bahwa anak adalah titipan Allah, amanah yang Allah berikan kepada orang tua. Sudah seharusnya orang tua selalu menjaga anak-anaknya agar tidak terjerumus pada kesesatan ataupun hal-hal yang bertentangan dengan Islam. Allah Swt telah memerintahkan para orang tua agar menjaga diri dan keluarganya dari api neraka (QS At-Tahrim [66]: 6). Semoga dengan menyadari hal ini, kita akan terus berusaha dan optimis, dijauhkan dari perasaan berat dan putus asa ketika dihadapkan pada kesulitan dalam mendidik anak.

Kedua, menanamkan akidah Islam sejak dini kepada anak-anak. Akidah merupakan pondasi dasar yang akan membentengi anak-anak kita dari segala keburukan. Kecintaan yang tinggi kepada Allah dan Rasul-Nya akan mendorong keluarga untuk taat dan patuh hanya kepada Allah Taala. Rasulullah saw merupakan teladan mulia dalam penanaman akidah kepada anak-anak kita.

Abdullah bin Abbas ra menceritakan, suatu hari ia berada di belakang Nabi saw, lalu beliau bersabda, ”Nak, aku mengajari kamu beberapa untai kalimat. Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberi kamu suatu keuntungan, hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Andai pun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, hal itu tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

Luar biasa! Bagaimana Rasulullah menanamkan kecintaan kepada Allah yang akan menjadi benteng kokoh dalam menghadapi pemikiran dan perbuatan yang bisa membawa kepada kesesatan.

Ketiga, menjelaskan kekeliruan Islam Moderat dan bahayanya kepada anak-anak kita. Berusaha keraslah untuk menghujamkan dalam benak mereka bahwa hanya Islam agama yang diridai Allah. Hanya dengan Islam, kita akan mendapat keberkahan dunia dan akhirat. Islam merupakan agama paripurna yang mengatur urusan dunia dan akhirat, bukan sekadar spiritual. Tidak ada agama serta sistem kehidupan yang benar kecuali hanya Islam. Siapa pun yang mencari selain Islam, amalnya akan sia-sia dan di akhirat pun akan merugi. (QS Ali Imran [3]: 85).

Keempat, mengajak anak mengkaji Islam sebagai ideologi, bukan sekadar ilmu pengetahuan. Mengajari mereka agar terikat dengan syariat Islam secara keseluruhan (kafah). Dengan terikat pada syariat Islam, mereka akan mampu menilai baik-buruk berdasarkan ajaran Islam. Apalagi keluarga pengemban dakwah, tentu harus terus meningkatkan kualitas diri dengan memperkaya tsaqafah, memperbanyak membaca buku, menghapal ayat Al-Qur’an dan al-Hadis. Anak-anak pun lambat-laun akan mampu membentengi dirinya sendiri dari moderasi Islam ataupun pemikiran berbahaya lainnya.

Apalagi jika program ini dilakukan bersama keluarga tentu akan makin menyenangkan. Selain bisa mendapatkan pemahaman lebih banyak, kita juga bisa berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya sehingga makin paham. Dalam momen ini pun, kita sebagai orang tua akan makin mudah menguatkan pemahaman kepada anak-anak dan menjadi ajang pembinaan dan menjalin kedekatan di antara anggota keluarga.

Kelima, menyiapkan anak-anak kita untuk menjadi pembela dan pejuang Islam kafah, penghancur moderasi agama. Ayah dan bunda harus membangun kesadaran anak akan pentingnya dakwah menyampaikan kebenaran Islam. Bisa dimulai dengan membiasakan anak berani berbicara menyampaikan pendapat mereka kepada orang tuanya, lalu menyampaikan kepada teman-temannya.

Selanjutnya, pupuk keimanan dan bangun kepedulian anak-anak. Dengan itu, mereka tidak akan berdiam diri terhadap kemaksiatan. Mereka akan terdorong menyampaikan kebenaran sekalipun bisa jadi tidak semua orang menyukainya. Tidak lupa ajarkan anak cara menyampaikan kebenaran dengan bahasa yang baik, mudah dimengerti, dan dipahami. Terus tanamkan kepada anak-anak sikap berpihak pada Islam dan membela Islam. Ajak dan libatkan mereka dalam dakwah Islam demi tegaknya syariat dan Khilafah.

Keenam, hal yang tidak kalah penting adalah mengantisipasi peluang masuknya moderasi kepada anak-anak dengan memilihkan sekolah, pondok, atau lembaga pendidikan yang  menerapkan kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam. Sekalipun tetap saja ada celah masuknya moderasi di sekolah tersebut, peluangnya lebih kecil. Justru anak-anak akan tersuasana dengan ajaran Islam yang benar, insyaaallah.

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.