DELI SERDANG-
Cirus Sinaga SH belum berhenti memberi kejutan. Jaksa yang kini mendekam di tahanan Mabes Polri ini ditengarai memiliki banyak harta berupa property dan tanah ini sepertinya sedang butuh uang. Indikasinya, beredar kabar Cirus akan menjual kebun sawit miliknya seluas 33,2 hektar yang berada di Dusun Ujung Suka, Desa Renggit Git, Kecamatan STM Hulu. Sejumlah aparat desa setempat mengatakan, kebun tersebut akan dijual seharga Rp6 miliar. Namun sejauh ini belum diketahui apakah sudah laku atau belum.
Informasi akan dujualnya kebun sawit itu diketahui dari staf Kecamatan STM Hulu. Staf tersebut meminta wartawan koran ini untuk ikut mencarikan peminat kebun sawit tersebut. “Mungkin banyak warga Medan yang tertarik membelinya,” katanya beberapa hari lalu.
Dua Staf Kecamatan STM Hulu yang ditemui wartawan koran ini membenarkan informasi itu. “Ya, memang sedang ditawar-tawarkan, Pak Cirus mau jual kebun sawitnya. Kalau ada yang minat, bilang juga Pak, besar juga fee untuk kita,” ujar staf tersebut meminta namanya tak disebut.
Fee penjualan kebun itu memang menggiurkan. Bila kebun laku, perantara penjual kebun mendapat Rp100 juta.
Staf kecamatan yang lain mengatakan, dia mengetahui langsung rencana penjualan itu dari kerabat Cirus Sinaga. Menurutnya, sejak sebulan lalu kebun sawit itu sudah ditawarkan kepada peminat. “Sejauh ini belum ada yang berminat. Tapi kurasa bakal ada yang mau, karena saat ini sebenarnya sedang usia produktif,” tambah staff itu.
Kepala Desa Renggit Git, Kecamatan STM Hulu, Sabar Sembiring, membenarkan kebun sawit itu milik Cirus Sinaga. Namun, Sabar tidak mengetahui secara pasti soal pengelolan perkebunan sawit itu, soalnya setiap panen selalu ada pembelinya. Dia juga mengaku tak mengetahui kalau kebun itu bakal dijual.
Ketika ditanyakan rencana penjualan kebun sawit seharga Rp6 miliar itu kepada Triwono (52), pria yang ditugasi menjaga ladang sawit milik mantan Kepala Kejaksan Negeri Lubukpakam itu kaget dan langsung membantah. “Saya kurang mengetahui informasi itu,” katanya.
Kalaupun kebun sawit milik mantan Kepala Kejaksan Negeri Lubukpakam itu dijual, menurutnya harga Rp6 miliar terlalu mengada-ada. Soalnya, harga kebun sawit di sana masih dibawa harga Rp60 juta per hektar.
Saat wartawan koran mengunjungi kebun itu Selasa (26/4) kemarin, banyak yang berubah dibandingkan kunjungan terakhir, tahun lalu. Pantauan wartawan koran ini, kebun sawit tersebut kurang terawat. Sejak dibeli sekitar dua setengah tahun silam, tidak ada tindakan pemupukan rutin yang seharusnya rutin dilakukan sebulan sekali. “Pemupukannya sekali setahun dilakukan,” bilang Triwono.
Di areal perkebunan, Cirus membangun rumah permanen dengan ukuran panjang sekitar 15 meter dan lebar 8 meter, bercat krem lengkap dengan fasilitas listrik dari PT PLN serta air bersih. Triwono mengatakan, kebun itu dibeli Cirus saat sudah berumur 14 tahun, saat produksi lagi banjir-banjirnya. “Dulunya ini kebun kopi milik warga Galang, lalu ditanam sawit dan dibeli oleh bapak (Cirus, Red),” katanya.
Pemilik pertama kebun sawit itu bernama Keneng, pengusaha asal Petumbukan Kecamatan Galang. Pertengahan 2009, Cirus Sinaga membeli kebun sawit yang telah berusia 14 tahun itu, dengan harga Rp2,8 miliar. Sebelum dibeli Cirus Sinaga, Triwono pernah ketemu dengan Cirus Sinaga di ladang sawit itu. “Saya tanyakan saat itu, mau kemana Pak? Lantas jawabnya mau jalan-jalan. Beberapa bulan kemudian kebun sawitnya sudah dibeli Pak Cirus,” cerita Triwono mengkisahkan awal pertama pertemuanya dengan Cirus Sinaga.
Menurut Triono, harga Rp2,8 miliar tersebut tergolong mahal untuk ukuran kebun sawit dengan luas 33,2 Ha. Padahal, sampai saat ini harga kebun sawit di sana sekitar Rp60 juta per hektar. Dengan harga Rp 2,8 miliar, berarti Cirus Sinaga membeli kebun itu, dengan harga Rp100 juta per ha. “Lahan kebun sawit yang ada disini, masih mengunakan surat dari Kecamatan,” katanya.
Bila benar akan dijual dengan harga Rp6 miliar, berarti kebun sawit itu berharga Rp180 juta per hektar.
Triwono mengungkapkan, saat ini kebun sawit milik Cirus Sinaga masuk masa terek, sehingga hanya mampu memproduksi 20 ton per dua pekan. Padahal, bila masuk masa produksi full, kebun itu mampu menghasilkan 34 ton per dua pekan. Triwono yang dipercaya mengurus kebun itu, mengatakan perhatian Cirus Sinaga terhadap kebun sawitnya kurang. Terlebih ketika Cirus Sinaga ditimpa masalah. “Pak Cirus kan sudah sibuk. Sering masuk televisi lagi,” ucap pria yang memiliki tubuh kurus itu dengan lugunya.
Untuk proses panen sawit, Triwono tidak mengetahui dengan pasti proses pembayaran Tandan Buah Segar (TBS). “Semua diurus ibu (istrinya Cirus Sinaga). Bahkan saat penimbangan buah saya gak tahu,” katanya. (btr)
Sumber : sumut pos