Oleh : Dahlan Batubara
Namanya Eka Dessy Dahlia. Dia adalah istri Raja Pege, bupati Kabupaten Tanah Longsor.
Meski istri seorang bupati, Eka tak mau melibatkan diri dalam pemerintahan kabupaten.
Dia tak mau memanfaatkan jabatan suaminya itu menimbun harta bagi keluarganya.
Toh, gaji suaminya sudah lebih dari cukup untuk keluarga.
Eka tak mau jabatan ketua PMI. Tak mau jabatan ketua TP-PKK.
Bahkan dia tak terlibat mengageni calon pejabat ketika sang suami mempersiapkan agenda mutasi pejabat.
Dia juga tak terlibat dalam agen mengageni proyek proyek pemkab atau proyek titipan di Dana Desa.
Pun dia tak terlibat per-mak comblang-an pengangkatan honor TKS yang gajinya saat ini lagi masuk rekening siluman.
Pokoknya Eka Dessy Dahlia bukan type wanita yang mau ikut ikutan menikmati kue kenikmatan pemkab. Meski peluang itu terbuka selebar lebarnya sebagai seorang istri bupati.
Dia lebih suka menjalankan usaha butik dan salon yang sejak dahulu menjadi mata pencariannya.
Dan jika ada istri pejabat atau istri pemborong atau istri pengusaha yang berbelanja ke bututiknya, maka itu tak ada kaitannya dengan jabatan suaminya.
Dia tak kenal pejabat pejabat pemkab karena dia tak mau menggubris apa saja yang berhubungan dengan pemerintahan.
Sering para pejabat membawa uang kepadanya, namun dia tolak.
Bahkan wajah dia tak pernah muncul mendampingi suami di spanduk spanduk atau baliho baliho.
“Mengapa Anda tak melibatkan diri di pemerintahan?,” tanya pewancara dalam satu wawancara.
“Saya bukan pejabat, jadi tidak ada urusan saya di sana,” jawabnya.
“Tapi kan Anda harus mendampingi suami, misalnya dalam acara acara seremoni pemerintahan ?”.
“Jangan kalian pertahankan budaya gituan. Istri pejabat tak perlu ikut ikutan di sana. Pemerintahan itu urusan orang orang kredibel,”.***