Oleh : Alfisyah S.Pd
Guru dan Pegiat Literasi Islam
Varian baru virus covid-19 B117 yang berasal dari Inggris kini semakin menghantui negeri-negeri yang menjadi lahan subur pandemi. Boris Johnson mengatakan bahwa virus varian baru ini lebih menular dan lebih mematikan (kompas.com, 23/01/2021). Jubir satgas covid 19 menyatakan bahwa Indonesia mesti bersiap akan kemungkinan penularan virus varian baru ini.
Memang Indonesia mesti lebih khawatir seharusnya. Sebab varian lama covid19 itu telah membuat rekor di dunia. Sebab angka penularan Indonesia sudah melewati satu juta korban. Selayaknya memang tidak boleh disepelekan. Apalagi masuknya virus covid varian baru yang dikabarkan lebih berbahaya dan lebih mematikan itu. Dua kejadian ini membuka mata dunia bagaimana Indonesia belum mampu (gagal) mengatasi pandemi ini sekaligus tidak siap mengatasi munculnya varian baru tersebut. Parahnya Indonesia melalui penguasanya tetap ngeyel menerima tenaga kerja asing beberapa waktu ini. Dikabarkan sebanyak 152 TKA asal China telah tiba di Indonesia melalui bandara Soekarno Hatta beberapa hari lalu. Kebijakan ini tentu melukai masyarakat Indonesia yang sedang berjuang mati-matian melawan covid-19 saat ini. Pintu penularan virus varian baru ini terbuka bebas. Seakan Indonesia menggelar karpet merah menerima varian baru virus tersebut dengan ucapan selamat datang.
Pemerintah Indonesia nampaknya masih cuek terhadap virus varian baru ini titik gagap pandemi yang terjadi semakin membuat kacau penanggulangannya. Jika dari awal kebijakan lockdown itu diterapkan, penularan virus itu tentu bisa dikendalikan termasuk menolak masuknya warga asing yang memungkinkan semakin menularkan wabah itu. Keluar masuknya masyarakat di satu wilayah yang bercampur orang sakit dan orang sehat itulah yang menyebabkan penularan itu tidak bisa dihentikan Tentu denganmelihat angka-angka yang terus menanjak itu rasanya tak mungkin pandemi ini akan berakhir cepat. Kebijakan new normal yang tidak dilaksanakan secara komprehensif telah menyumbang kenaikan angka korban pasien covid 19 tersebut. Padahal jika lockdown itu diambil dari awal akan terpisah antara yang sakit dan yang sehat. Sementara yang sakit dilokalisasi di satu wilayah yang sehat tetap dapat melakukan kegiatan ekonomi di wilayah yang sehat itu. Roda ekonomi tetap dapat berputar tanpa ada kekhawatiran akan penularan virus tersebut. Tentu APBN negara pun harus diperbaiki titik APBN Indonesia hari ini yang defisit akibat salah kelola perekonomian di negeri ini memang sudah kasep (terlanjur).
Untuk keluar dari keadaan itu, pemerintah mesti memiliki tekad yang kuat untuk membuang sistem kapitalisme dalam kehidupan bernegara saat ini. Jika sudah dicampakkan atau dibuang, lalu langkah selanjutnya adalah mengambil sistem lain yang shahih/benar. Sistem baru yang menjadikan kekayaan negara yang tersisa tetap dimiliki dan kekayaan negara yang sudah dirampas pihak lain diminta untuk dikembalikan. Tentu negara ini harus memiliki posisi yang diperhitungkan agar disegani dan ditakuti lawan. Posisi itu merupakan posisi yang menjadikan masyarakat Indonesia dapat mengembalikan pada keadaannya semula dahulu. Saat semua sumber daya alam masih dimiliki secara utuh harus dikelola sendiri tanpa campur tangan asing. Jika sudah ditangani asing, namun masih banyak untuk bisa diselamatkan harus diminta kembali. Sebab saat ini sudah banyak aset negara yang dikuasai asing (sekitar 90%). Meskipun demikian jumlah yang tersisa (10%) dari kekayaan negara ini masih bisa diselamatkan jika negara berkomitmen menerapkan sistem ekonomi yang mandiri tangguh dan meniadakan campur tangan dari asing.
Namun semuanya kembali pada itikad baik penguasa/pemimpin hari ini. munculnya varian baru virus itu tidak akan menjadi momok baru bagi indonesia selama negara ini tangguh secara ekonomi. Oleh karena itu tidak ada cara lain untuk menghadapi munculnya varian baru covid-19 ini kecuali dengan cara menerapkan sistem baru penanganan wabah yang komprehensif. Penanganan yang mengutamakan keselamatan jiwa masyarakatnya. Penanganan yang berbasis ekonomi yang stabil dan memiliki tujuan melayani masyarakat titik bukan hendak berjual beli dengan masyarakat titik sebab hubungan pemimpin dan masyarakat yang sesungguhnya adalah hubungan pelayan dan majikan. Majikan sebenarnya adalah rakyat (masyarakat). Hubungan itu dilandasi saling kasih sayang karena Allah bukan yang lain. Niscaya varian-varian baru yang muncul dari covid 19 tetap dapat diatasi secara sempurna.***