PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Conservation International (CI) dinilai tidak becus bekerja di Mandailing Natal.
Dan dana sebesar 20 US dollar yang dikucurkan USAID dan the Walton Family Foundation kepada CI melalui program Sustainanle Landscapes Partnership (LSP) atau Program Kemitraan Pembangunan Berkelanjutan di Madina dianggap menjadi sia-sia.
Meski Terrestrial Comunication Manager CI, Primatmojo beberpa waktu lalu berupaya menjelaskan progres programnya di Madina, tetap dinilai tak mampu memberikan jawaban yang memuaskan publik Madina.
Dalam publikasinya, Primatmojo menyatakan bahwa salah satu program yang berhasil adalah workshop Kajian Lingkungan Hidup Strategis bersama dengan pemkab Madina. Disusul acara diskusi fokus hutan melibatkan petani. Kemudian program pelatihan menyadap pohon karet kepada petani.
Ketiga item program CI tersebut, menurut Koordinator Umum Batang Pungkut Green Conservation, Syafaruddin, Kamis (30/1/2014) adalah program gagal.
“Sebenarnya CI telah menunjukkan arogansinya kepada Pemkab Madina. Dan pembelaan CI yang dilakukan oleh Terrestrial Comunication Manager CI, Primatmojo di salah satu media menunjukkan bahwa CI tidak punya rasa malu sebagai sebuah lembaga international,” kata Syafaruddin.
Dikatakannya, workshop Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang digelar CI adalah acara yang gagal. Karena kelompok kerja saja tidak terbentuk.
“Jadi bagaimana mungkin worskhop ini di nyatakan sukses dan mempunyai hasil, pokja saja tidak terbentuk, bahkan acara lanjutan pada siang sampai sore hari itu ditinggalkan para pemangku kebijakan pemkab Madina, ini dinamakan sukses?. Kalau ini sukses coba CI publikasikan hasil KLHS tersebut,” katanya menantang CI.
Program seremoni diskusi Fokus Hutan justru dinilai Batang Pungkut Green sebagai program menjebak petani.
“Coba anda pikirkan apa hasilnya. Bukankah para petani akan melakukan pengakuan dosa sebagai perusak hutan? Kita tidak mau CI menyatakan petani Madina yang mengarap kebunnya dinyatakan perusak hutan dan dipublikasikan oleh CI kepada dunia international,” tegasnya.
Sementara program pelatihan menyadap terhadap petani karet, juga masih dinilai bermasalah. Kegiatan latihan itu dinilai program sporadis yang timbul begitu saja tanpa perencanaan melalui dokumen SIAP (Sustainable Investment Action Profile).
“CI diduga hanya mengambil sampel daerah terdekat dengan kota Panyabungan, seperti Aek Banir dan daerah Panyabungan Selatan. Bagaimana dengan kelompok tani yang sempat dihubungi tapi program tidak jadi seperti kelompok tani di desa Alahankae Kecamatan Ulupungkut dan kelompok tani di desa Ujung Marisi Kecamatan Kotanopan? Kenapa dijanjikan pelatihan sadap karet habis itu komunikasi pun diputus?” beber Syafruddin.
Menurut Syarifuddin, faktor penyebab ketidakbecusan CI di Madina akibat ketertutupan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Madina. Dokumen SIAP yang tidak disosialisasikan kepada publik memicu CI bertindak tanpa pengawasan publik. Dan itu berdampak pada tidak becusnya CI bekerja sesuai dengan item-item yang diamanahkan dalam dokumen SIAP.
Peliput : Maradotang Pulungan
Editor : Dahlan Batubara