Oleh : Bima Sari Sinaga, S.Pd*
Ramadhan 1441 H ini adalah ramadhan pertama tanpa kemeriahan. Hening. Sedih. Keluarga tidak lengkap dalam rumah.
Tapi bisa jadi inilah ramadhan paling berkesan. Bagaimana tidak, di tengah pandemi, umat Islam di seluruh dunia berpuasa dengan aktivitas yang tidak lazim untuk sebagian besar orang.
Khususnya masyarakat Indonesia yang kental dengan budaya dan tradisi punggahan, berkeliling membangunkan sahur , takbiran hingga mudik. Tahun ini semua itu hanya ada dalam angan-angan.
Semua ini adalah imbas dari keterlambatan penanganan dari pemerintah yang sangat tidak tegas dalam mengambil sikap.
Semua ini imbas dari abainya pemerintah terhadap keselamatan ratusan juta jiwa penduduk Indonesia.
Enggan menerima syariat Islam sebagai solusi pemecahan masalah. Hingga kini, korban terus bertambah meski sudah diberlakukan PSBB.
Seandainya, dari awal tersebarnya kabar covid 19 di Wuhan, pemerintah langsung menerapkan lockdown di Indonesia, maka jumlah kasus meninggal tidak akan meningkat drastis seperti saat ini.
Dikutip dari merdeka.com, virus Corona di Indonesia pertama kali terdeteksi pada awal bulan Maret 2020 diumumkan langsung oleh presiden Joko Widodo yakni dua orang korban positif. Hanya dalam jangka waktu tak sampai 2 bulan korban meninggal telah tercatat mencapai 765 jiwa. Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun.
Sungguh memprihatinkan.
Di tengah musibah besar, kita sangat berharap di bulan yang penuh berkah ini, Allah segera memulihkan keadaan seperti sedia kala dan kita pun bisa mengambil hikmah di baliknya.
Membuka mata kita secara terang dan jelas tentang betapa penting dan wajibnya penerapan syariat Islam atas setiap musibah yang terjadi di negeri ini dan bahkan di seluruh dunia.
Sudah saatnya kita bersatu tanpa ragu. Jangan ada lagi perpecahan di antara kita terkhusus sesama ummat Islam. Merasa paling benar adalah benteng pemisah yang membuat kita sangat sulit bersatu.
Campakkan pemikiran sekuler yang masih ada dalam jiwa kita masing-masing. Kembali kepada aturan Allah Sang Pemilik alam semesta. Hanya dengan itulah kita bisa bangkit menegakkan kembali hukum Islam yang pernah jaya berabad-abad lamanya. Apakah tidak ada setitik pun kerinduan dihati akan kejayaan Islam dulu?
Jika ada, tidak ada alasan untuk menolak tegaknya daulah Islam di bumi Allah ini.
Tahun ini amat berkesan dalam menjalankan ibadah puasa. Mari kita gaungkan, semoga tahun ini adalah ramadhan terakhir tanpa khilafah. Sudah cukup penderita ummat Islam di seluruh penjuru dunia.
Allahu Akbar.. laa Ilaha illallah muhammadan Rasulullah.
Wallahu a’lam
Wassalam.
*Penulis tinggal di Parlilitan, Humbang Hasundutan, Sumut