Gunda Pietsch, dididik keluarga yang tidak memandang penting posisi agama dalam hidup. Kedua orangtuanya tak lagi mengunjungi gereja sejak Gunda lahir.
“Jadi, saya tidak mengenal Tuhan sejak lahir,” kata dia seperti dilansir onislam.net, Rabu (13/11).
Memasuki usia dewasa, Gunda berpikir tidak mungkin kehidupan ini berjalan begitu saja tanpa ada yang mengatur. Awalnya, sikap skeptis Gunda lebih dominan. Namun, hati dan pikirannya tak bisa bohong.
Mulailah, ia mencari jawaban atas pertanyaan itu. Internet merupakan tempat pertama pencarian Gunda. Mulailah ia terlibat chat yang membahas masalah itu. Muncullah topik tentang Islam.”Di internet, saya chat dengan seorang pria, yang akhirnya menjadi suami saya,” kenang dia.
Bersama suaminya itu, Gunda terlibat satu diskusi mendalam tentang Islam dan Muslim. Mereka membahas soal Islam, Rasulullah Saw dan hari akhir. Pada akhirnya, bahasan itu justru membuat Gunda merasa nyaman.”Teman terbaikku selalu mengingatkanku agar tidak begitu saja menerima Islam. Dia paham apa yang terjadi, dan dia menghormati apa yang aku pilih kendati ia tidak berkenan,” ungkapnya.
Suatu hari, Gunda terdorong untuk mengunjungi Islamic Center di Wina. Di sana, ia mulai mengenakan pakaian serba tertutup. Ia pun mulai mengenakan kerudung.
Sepulangnya dari Islamic Center, Gunda mulai belajar mendirikan shalat diam-diam.Keputusan akhir Gunda pun tiba, ia utarakan keinginannya menjadi Muslim kepada keluarga dan sahabatnya. Keluarganya terkejut. Sahabatnya pun mempertanyakan alasan Gunda.”Keputusanku sudah bulat,” kata dia.
Tepat Juli 2012, Gunda mengucapkan dua kalimat syahadat di Maroko. Setelah syahadat, ia laksanakan shalat pertamanya. Setelah itu, banyak hal yang membuatnya gundah. Situasi ini sulit digambarkannya. Ia seperti merasakan tekanan hebat. Ia bingung entah harus berbuat apa.”Aku mulai berhenti shalat,” kata dia.
Situasi itu tak berlangsung lama, ketika ia kembali ke Wina. Di bandara, ia kenakan jilbab. Ini yang membuatnya harus bersyahadat lagi, karena statusnya menjadi Muslim belum tercatat dalam buku pernikahan. “Merasa aneh memang, tapi tidak masalah buatku,” kata dia.
Syahadat kedua itu, rupanya mengingatkan kembali Gunda untuk kembali kepada komitmen awalnya menjadi Muslim. Kepada keluarganya, ia tetap kenakan hijab. Namun, mereka tidak meminta Gunda melepas jilbabnya itu.Suatu hari, ia diterima di sebuah taman kanak-kanak. Beruntung, tempatnya bekerja tak mempermasalahkan jilbab yang dikenakannya.
“Tapi jilbab ini membuat orang lain tidak merasa nyaman, dan aku melepasnya beberapa tahun,” ungkapnya.
Setahun bekerja, bulan suci Ramadhan tiba. Ia merasa rindu dengan hijab. Mulailah kenakan jilbab kembali. Alhamdulillah, tak ada yang mempermasalahkan itu. Bahkan anak didiknya menyambutnya dengan gembira.”Rambutmu disembunyikan yah,” kata Gunda menirukan pertanyaan anak didiknya.Kini, ia memulai lagi dari awal mendalami Islam.
“Aku merasa beruntung. Banyak hal yang aku dapati selama perjalanan menjadi seorang Muslim, terima kasih Allah,” kenangnya.(rmol)