Berita Nasional

Korban Pelecehan Seks di Timur Tengah, Puluhan Anak TKW Dibuang


JAKARTA, Banyak tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di Arab Saudi menjadi korban pelecehan atau kekerasan seksual, juga melakukan hubungan gelap dengan majikan. Mereka harus menanggung aib, mengandung anak hasil perbuatan haram. Saat mereka pulang ke Indonesia, TKW yang bermasalah itu menjadi kebingungan dengan anak yang dibawanya. Apalagi, ada dari mereka yang telah mempunyai suami di kampung halaman.
Sehingga mereka terpaksa mengambil jalan pintas dengan menyerahkan anak-anak tersebut kepada orang lain. Mereka tidak mau aibnya diketahui keluarga dan dipusingkan dengan status anak tersebut kalau sudah besar. Salah satu, orang yang telah menampung anak-anak dari TKW yang pulang dari Arab Saudi adalah Hj Herlina, 52. Istri dari H Cecep Iwan S, pensiunan pegawai DAMRI ini mengaku telah mengangkat 22 anak TKW menjadi anak angkatnya.
Hj Herlina menuturkan pertama kali mendapatkan anak dari TKW yang baru pulang dari Arab Saudi. Waktu itu, tengah menjaga kantin di tempat pemulangan TKW dan kedatangan seorang TKW yang baru pulang dari Arab Saudi. Dirinya setengah tidak percaya, saat perempuan itu mengatakan mau memberikan anaknya. Alasannya, anak tersebut kalau dibawa pulang akan menjadi masalah, karena dirinya sudah punya suami di kampung. Sehingga akan membuat aib bagi keluarga.
Awalnya sempat ragu untuk menerima, tetapi begitu melihat anak yang tidak berdosa perasaannya menjadi iba dan trenyuh. “Sebagai seorang ibu rasanya tidak tega, melihat anak yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa harus ditelantarkan. Sehingga saya mau menerima anak itu dan diasuh seperti anak sendiri dan dijadikan anak angkat. Anak-anak itu di akte kelahiran tertulis sebagai anak saya,” jelas ibu lima anak ini.
22 ANAK
Sejak itu, Hj Herlinapun tergerak hatinya dan berketetapan menampung anak-anak dari TKW yang pulang dari kawasan Timur Tengah yang bermasalah. Hingga saat ini, ada 22 anak yang menjadi anak angkatnya dan diasuh seperti anaknya sendiri. Sebanyak 10 balita anak ditempatkan di rumahnya di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, dan 12 anak ada di Cirebon. Anak yang diasuhnya itu ada yang berumur 40 hari atau masih orok hingga sudah 13 tahun. “Mereka sudah saya anggap anak sendiri, kalaupun ada yang mau adopsi tidak akan saya kasih. Biar saya mengasuh dan mendidiknya sehingga menjadi anak yang berguna bagi agama, bangsa dan negara,” ujarnya.
Keseriusan nenek dari empat cucu untuk mengasuh anak-anak angkatnya tersebut, dibuktikan dengan adanya 12 pembantu yang mengasuh mereka di rumahnya. Dimana satu anak diasuh satu pembantu, sedangkan kalau mulai besar satu pembantu mengasuh dua anak. Mereka juga disekolahkan dan diajarkan mengaji dengan memanggil guru ngaji ke rumahnya. Termasuk juga di-pangilkan guru les untuk memberi pelajaran tambahan. Sehingga anak-anak angkatnya mendapatkan bekal pengetahuan agama dan pendidikan.
BIAYAI SENDIRI
Diakuinya, biaya untuk mengasuh anak-anak angkat itu sangat besar, tetapi Herlina tetap tidak mau menerima sumbangan dari pihak lain. Bahkan pernah pihak Departemen Sosial akan membantu, namun ditolaknya. Dia berkeyakinan Yang Maha Kuasa akan memberikan rezeki banyak sehingga bisa membiayai anak-anak angkatnya hingga besar nanti.
Suami dan anak-anak saya tidak ada yang keberatan, mereka sangat mendukung dan menganggap anak-anak itu sebagai anak sendiri dan saudara,” katanya.
Dia hanya berharap agar, usaha membuka kantin di tempat pemulangan TKW di Bandara Soekarno Hatta terus berjalan. Sehingga hasilnya bisa untuk membiayai anak-anak angkatnya yang masih membutuhkan biaya besar.
TAK DIJENGUK
Puluhan TKW yang telah membuang anak tersebut tak pernah sekalipun menengok darah dagingnya sendiri. “Ya saya tidak tahu kenapa mereka tidak pernah nengokin atau jenguk anak sendiri,” ujar Herlina.(PK/x)
Sumber : Sib

Comments

Komentar Anda