Alhamdulilah,kegiatan menelusuri dan melacak lokasi kampung dan keturunan keluarga pak Samsudin Ismail Lubis di tanah leluhurnya Mandailing telah berhasil pada hari Jum’at 25 September 2015 di Desa Huta Pungkut Julu Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Kegiatan penelusuran keturunan keluarga ini diselenggarakan oleh IMAMI (Ikatan Mandailing Malaysia Indonesia). Di Malaysia diorganisir oleh IMAMI Indonesia, sedangkan di tanah leluhur Mandailing diorganisir oleh IMAMI Indonesia.
Tim penelusur dipandu Dahlan Batubara (pengurus IMAMI Indonesia), dipimpin Ramli Abdul Karim Hasibuan (Setia Usaha Agung atau Sekretaris Jenderal) IMAMI Malaysia, Dato Abdul Rahim Uda Lubis (anggota IMAMI Malaysia), Mocktar Hasim (anggota IMAMI Malaysia).
Pak Samsudin Ismail Lubis dipertemukan dengan tulangnya (paman/saudara laki2 dari ibu) yaitu Pak M.Nur Matondang yang kini berumur 78 tahun.
Pertemuan itu terjadi pada tengah hari Jum’at sekitar pukul 11.30 WIB, di kediaman M.Nur Matondang, setelah agak lama tim melakukan wawancara dengan sejumlah penduduk Huta Pungkut Julu. Pencarian keluarga itu agak rumit awalnya, sebab catatan yang ada hanya nama Masrin Matondang (yang juga saudara laki-laki dari ibu Pak Samsudin Ismail Lubis).
Ternyata Masrin Matondang ini telah lama wafat. “Tapi, saudaranya masih ada yang hidup, namanya Muhammad Nur, tapi sudah sangat tua” kata salah satu warga Huta Pungkut Julu.
Lalu tim penelusur dibawa warga ke rumah M.Nur Matondang yang berada di dalam satu gang sempit. Setelah pintu diketuk dengan ucapan assalamualaikum, mucul satu orang wanita yang takm lain adalah menantu M.Nur Matondang. Tim dipersilahkan masuk, lalu muncul pria tua yang sudah sangat lemah dan kurus berkacamata minus. Pria tua itu bernama M.Nur Matondang.
Sejurus kemudian dijelaskan maksud kedatangan tim. Setelah dilakukan jejak telusur silsilah, terutama penyebutan nama Syarifah Matondang yang berasal dari Hutapungkut, pak M.Nur Matondang terkesiap karena saudara perempuannya itu tak pernah lagi pulang ke tanah leluhur hingga akhir hayatnya.
Keharuan dan air mata pun mengiringi rangkulan Samsudin Ismail Lubis sang kemanakan yang disambut rangkulan oleh Pak M.Nur Matondang, sang paman (tulang).
“Anak ini sewaktu kecil waktu ibunya membawanya dari Malaysia dulu (belum pandai jalan/masih merangkak) sering saya gendong, badannya gemuk, dia pernah kedapatan makan pasir di halaman rumah ini,” lirih Pak M.Nur Matodang.
Perbincangan kisah keluarga ini pun mulai dilakukan di rumah itu. Hendri matondang (anak ke-5 dari M.Nur Matondang) dan Masriah Matondang (anak ke-6 dari M.Nur Matondang) turut membantu sang ayah mengingat-ingat silsilah keluarga.
Pak Samsudin sendiri saat ini berusia sekitar 60 tahun. Dia pensiunan angkatan udara Kerajaan Malaysia. Dia memiliki istri yang berasal dari Pattani, Thailand Selatan. Pattani adalah kawasan yang dihuni kaum Melayu beragama Islam. Pak Samsudin saat ini sudah memiliki banyak cucu.
Sebenarnya Pak Samsudin sudah 2 kali datang ke Huta Pungkut. Kali pertama dia ke Huta Pungkut semasa dia masih belum pandai jalan alias masih merangkak alias masih digendong dibawa ibunya dari Malaysia pulang kampung ke tanah Mandailing.
Kali kedua di tahun 1974, tapi dia tak berhasil bertemu dengan pihak keluarga ayahnya. Kabarnya pihak keluarga ayah merahasiakan diri karena takut kalau-kalau Pak Samsudin datang untuk minta harta warisan.
“Saya tak menghendaki harta, itu biarlah untuk semua saudara di tanah leluhur ni. Saya datang nak tahu keluarga saya je,” kata Pak Samsudin kepada Dahlan Batubara yang juga pemimpin redaksi Mandailing Online.
Ibu kandung Pak Samsudin bernama Syarifah Matondang, sedangkan ayanya bernama H. Ismail Bin HM Siddik Lubis, keduanya sama-sama daru Hutapungkut.
Awal kisah berpisahnya keluarga ini bermula ketika H. Ismail Bin HM Siddik Lubis membawa istrinya, Syarifah Matondang merantau ke tanah Semenanjung.
Kedua suami isteri itu merantau ke Malaysia di era Perang Dunia II. Mereka menetap di tanah Semenanjung dan memiliki 3 orang anak. Salah satunya adalah Samsudin Ismail Lubis.
Menurut M.Nur Matondang, saudara perempuannya Syarifah Matondang pernah satu kali pulang ke Huta Pungkut, semasa anaknya-anaknya masih kecil. Dan sejak saat itu Syarifah tak lagi pernah pulang.
Saudara M.Nur Matondang jumlahnya belasan, tetapi lain ayah satu ibu. Walau ber-ayah tiri, tetapi ayah tiri mereka masih saudara kandung. Ibu mereka bernama Basariah. Basariah menikah dengan Muhammad Arif. Dari suami istri ini lahir Morlum, Billi, Mardan, Husin, M.Nur, Misra dan Masrin.
Setelah ayah Muhammad Arif wafat, lalu saudara kandung Muhammad Arif bernama Kalirajo menikahi Basariah. Dari suami keduanya ini Basariah melahirkan beberapa anak antara lain Aminah, Hamidah, Parmato dan Syarifah.
Pencarian keluarga ibu Pak Samsudin Ismail Lubis ini, sebenarnya sulit-sulit mudah. Kesulitannya, karena Pak Samsudin tak memiliki banyak informasi soal silsilah keluarga ibunya.
Hal yang mempermudah adalah nama kampung Hutapungkut dan nama ibunya Syarifah Matondang serta nama pamannya (tulang) Masrin Matondang. Hutapungkut-Syarifah Matondang-Masrin Matondang ini sebagai kata kunci mempermudah penelusuran jejak keluaraga itu di tanah leluhur Mandailing.
Peliput : tim
Editor : Ludfan Nasution