Oleh: Riani, S.Pd.I
Guru tinggal di Medan
Selama Bulan Ramadhan, kegiatan Sahur On The Road (SOTR) kian trend dikalangan remaja. Namun SOTR ini berpotensi menimbulkan kerumunan yang dapat meningkatkan penyebaran Covid-19. Dan parahnya, belum lama ini SOTR berujung tawuran antar remaja.
Ibadah Bulan Suci Ramadan 1442 H ternoda akibat ulah sejumlah pemuda usai makan sahur terlibat aksi tawuran di Jalan Mandala By Pass, Medan, dan kasusnya viral di media sosial. Dalam rekaman video yang diperoleh Waspada Online, Rabu (14/4), terlihat para pemuda saling serang di badan jalan menggunakan petasan. Akibat aksi tawuran antar pemuda itu membuat warga sekitar resah dan merasa terganggu menjalankan ibadah puasa. Menanggapi aksi tawuran pemuda itu, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi, mengungkapkan Polda Sumut akan menindak tegas segala bentuk aksi tawuran yang meresahkan masyarakat.
Tawuran antar remaja yang terjadi menandakan pemahaman agama dan kemampuan pengendalian diri generasi sangat kurang. Suasana Ramadhan yang seharusnya menjadi saat syahdu mendekatkan diri kepada Allah Swt, hanya bagai angan di tengah sistem sekuler saat ini yang justru banyak menyuguhkan budaya yang jauh dari nilai-nilai agama.
Remaja muslim seharusnya menjadi garda terdepan dalam fastabiqul khoirot amal sholeh. Tidak adanya pembinaan berbasis aqidah yang diterima oleh generasi umat Islam hari ini melahirkan masalah sosial yang berlapis-lapis, tidak peduli dimana saja tempat mereka hidup. Ditambah dengan institusi keluarga muslim hari ini yang sudah tercemari dengan paham-paham kapitalisme-sekuler-liberal. Inilah titik awal hancurnya sebuah peradaban, yang ditanggungjawabi oleh negara sebagai pengurus rakyatnya.
Negara tidak boleh abai terhadap permasalahan remaja. Remaja dibiarkan mendapatkan tontonan merusak yang bisa dengan mudah diakses dengan internet. Remaja dibiarkan memilih gaya hidup bebas tanpa aturan. Pacaran menjadi gaya hidup remaja saat ini. SOTR, game mania, dsb. Merekapun terlibat tawuran hanya karene hal sepele. Namun, permasalahan remaja ini tidaklah menarik perhatian pemimpin negeri ini. Mereka lebih sibuk dengan urusan politiknya merebut dan mempertahankan kursi kekuasaan.
Keluarga kini tidak lagi menjadi tempat nyaman bagi remaja untuk berkembang dengan segala potensi dan keunikannya. Orangtua tidak lagi bisa menemani dan mengawasi anak-anaknya dalam proses tumbuh kembang mereka, karena disibukkan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan ibu pun harus ikut bekerja agar asap dapur terus mengepul dan terkadang terpaksa menitipkan anak-anak mereka agar bisa bekerja. Karena pemenuhan kebutuhan hidup yang mahal, dan negara seharusnya lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan rakyatnya.
Masyarakat tidak lagi peduli dengan remaja. Tergambar jelas saat mereka duduk di cafe atau warung. Mereka sibuk dengan HP androidnya yang terhubung dengan wifi. Mereka tidak perduli saat remaja di sekitarnya melakukan penyimpangan dan kenakalan. Masyarakat lebih suka melihat berita viral daripada memperhatikan fakta permasalahan remaja yang ada disekitarnya. Begitupun pendidikan. Sekolah tidak lagi tempat yang nyaman untuk belajar dan mengembangkan diri. Mereka hanya dibekali ilmu pengetahuan dan teknologi namun kering dengan nilai-nilai agama.
Di dalam sistem Islam, suasana kehidupan memiliki pola teratur dalam ketundukan terhadap syariat. Masing-masing lini kehidupan baik keluarga, pendidikan di sekolah, lingkungan muamalah hingga lingkungan pemerintahan dibangun berdasrkan landasan aqidah yang sama sehingga bersinergi dalam membentuk peradaban gemilang. Wallahu’alam bish shawab.