PALUTA (Mandailing Online) – Ketua DPD Partai Hanura Mandailing Natal (Madina) Fahrizal Efendi Nasution menilai wawasan dan pengalaman birokrasi calon bupati Madina nomor urut 2, H. Saipullah Nasution, boleh dibilang sudah sekelas menteri. Dia menyampaikan penilaian itu usai menonton debat publik Pilkada Madina 2024.
“Wawasan dan pengalaman Saipullah itu boleh kita bilang sudah sekelas menteri,” kata Fahrizal usai menyaksikan langsung debat publik Pilkada Madina 2024 di ballroom Hotel Sapadia Gunungtua, Kabupaten Padanglawas Utara (Paluta), Sumatera Utara (Sumut), Kamis (14/11/2024) malam.
Itu sebabnya, anggota DPRD Sumatera Utara periode 2019-2024 ini mengajak masyarakat Madina bersyukur, karena dianugerahi satu putra terbaik yang mau mendedikasikan dirinya untuk memimpin kabupaten ini dengan pengalaman yang mumpuni sebagai calon bupati.
“Kita harus berterima kasih kepada Allah SWT. Harapan kita, masyarakat Mandailing Natal harus menjatuhkan pilihan kepada pemimpin yang betul-betul sangat mumpuni di birokrasi, punya pengalaman politik dan bidang lainnya,” katanya.
Menurut politisi bergelar Sutan Kumala Bongsu Lenggang Alam ini, Kabupaten Madina membutuhkan pemimimpin yang mampu mengentaskan kemiskinan. Juga pemimpin yang mampu membawa Madina mencapai seluruh target-target program pemerintah pusat menuju Indonesia Emas 2045.
Terkait debat publik, Fahrizal mengatakan debat kandidat digelar agar masyarakat Madina bisa melihat secara langsung kualitas calon pemimpin yang akan dipilih pada Pilkada Madina, 27 November 2024.
Namun, Fahrizal prihatin lantaran banyak hal yang tidak nyambung antara pertanyaan dan jawaban. “Nah, disitu nampak Paslon nomor urut 2 mampu membangun narasi yang jelas saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari panelis. Di situ menunjukkan Paslon ini sudah berpengalaman sebagai orang birokrasi. Dari situ kita bisa membedakan mana yang punya kualitas dari dua Paslon ini untuk dipilih rakyat,” ungkapnya.
Fahrizal menilai banyak jawaban Paslon nomor urut 1 yang tidak nyambung dengan pertanyaan yang disampaikan. Dia mencontohkan, saat Saipullah menyampaikan pemikirannya terkait pengentasan kemiskinan di Kabupaten Madina. Selain itu, kata dia, juga terkait upaya meningkatkan sumber-sumber anggaran dalam pelaksanaan pembangunan.
“Itu sering dijawab oleh Paslon nomor urut 1 yang tidak nyambung, karena hanya dengan mengatakan semacam koneksi (pertemanan) di pusat dan di provinsi. Padahal, semua Paslon bisa melakukan hal itu. Yang dimaksud Saipullah itu, bagaimana potensi alam Mandailing Natal bisa ditingkatkan dari segi pendapatan asli daerah,” paparnya.
Fahrizal lantas mengungkapkan, pemimpin yang bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) harus orang-orang yang visioner, inovatif, dan kreatif. “Tidak hanya bisa mengandalkan sedikit-sedikit Presiden kita Prabowo, karena asal dukungan kita dari partai pendukung Prabowo, tidak bisa,” tegasnya.
Sebab, Fahrizal menjelaskan, ada porsi APBN yang boleh dibangunkan (dialokasikan) ke satu daerah. Ada juga APBN yang alokasinya porsi provinsi. Ada juga yang porsi kabupaten/kota, yang notabene Rp1,7 triliun (APBD Madina).
“Persoalan kita hari ini, bagaimana fiskal APBD harus sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Secara ilmiah, kata dia, digitalisasi pengelolaan APBD sudah dituangkan dalam RPJMD Madina. “Kita bisa melihat, membuka, dan mepelajari orientasi pembangunan daerah kedepan itu di RPJMD,” pungkasnya. (rel)