PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Di Mandailing Natal (Madina) belum ada petani yang menekuni budidaya jengkol secara terrencana dan tertata dan berskala luas.
Meski ada yang sengaja menanam, tetapi hanya sebatas tanaman sampingan. Padahal, kebutuhan terhadap buah jengkol termasuk cukup tinggi di pasaran. Di Madina saja, dalam perhari sekitar 800 kilo gram mampu diserap konsumen.
“Belum ada perkebunannya, paling itu tumbuh secara liar, atau diantara tanaman utama,” ungkap Samidah Nasution (56) kepada wartawan, Minggu (2/6/2013).
Menurut amatan Samidah yang sudah puluhan tahun berdagang jengkol, keengganan petani berkebun jengkol terkait dengan sifat jengkol yang berbuah musiman.
“Namanya musiman. Jika di musim panen, buah buah jengkol membanjiri pasar berakibat harganya jatuh,” katanya.
Padahal, menurutnya, jika rotasi pasarnya ditata dengan baik, pasokan jengkol bisa distabilakan. Dan fluktuasi harga jengkol pun tak akan terlalu tajam.
Sebagai contoh, lanjutnya, jika di Madina belum musim panen, maka pasokan jengkol berasal dari Provinsi Bengkulu, maupun Pasaman, Sumatera Barat. Sebaliknya, jika di Madina musim panen, tentu akan dioper ke provinsi lain.(mar)