PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Sejumlah sopir angkutan umum di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mengaku kalang kabut setelah harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium naik dari 6.900 rupiah menjadi 7.400 rupiah per liter pada 28 Maret lalu.
“Pasalnya, penumpang menolak ongkosnya dinaikkan. Sedangkan harga bensin naik, apa tak kalang kabut kami ini,” ungkap Parlaungan (40) salah seorang supir trayek 01 jurusan Panyabungan-Siabu kepada wartawan, Rabu (1/4).
“Apalagi sekarang ini untuk mencari penumpang sangat sulit, sehingga dalan satu hari kita narik angkot sering kita tidak membawa uang ke rumah karena setoran ke toke kadang pas-pasan, padahal kebutuhan keluarga kita semakin hari semakin meningkat belum lagi untuk biaya anak sekolah,” keluh bapak tiga orang anak tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan Solahuddin (45) supir lain. Dia mengatakan sudah menjalani profesinya sebagai sopir angkot selama 10 tahun, baru ini kali dia merasa semakin sulit untuk mencari nafkah sebagai supir angkutan penumpang umum
“Memang terkadang saya kepingin untuk mencari pekerjaan lain, namun mencari pekerjaan lain sangat sulit, sementara apabila dipertahankan sebagai supir angkot semakin hari semakin sulit, apalagi harga BBM sudah tidak mentu sehingga kita selalu bertengkar dengan penumpang akibat tarif ongkos, dipertahankan tarif lama sudah tidak sesuai lagi, sementara dipergunakan tarif baru penumpang mengeluh,” terang bapak 5 anak tersebut.
Dia mengaku, meski kenaikan harga BBM 500 rupiah, jika ongkos penumpang tarif lama tetap saja supir rugi.
Peliput : Maradotang Pulungan
Editor : Dahlan Batubara