Artikel

Do’a Sakti Penangkal Berbagai Keburukan

Oleh: Nazwar, S.Fil.I, M.Phil
Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera

Kenyaatan sebagaimana dipahami berupa takdir sesungguhnya wajib diyakini dalam dua kondisi yaitu baik dan buruk. Baik yang merupakan rahmat atau buah kebaikan dari Allah senantiasa diminta atau dimohonkan agar dikaruniakan baik bagi diri sendiri juga orang lain.

Adapun keburukan atau takdir buruk adalah suatu kenyataan juga yang penting dipahami agar dihindarkan darinya.

Berusaha dengan melatih diri untuk menerima ketetapan Allah yang dihadapi berupa takdir buruk penting, selain takdir baik tentu diharapkan.

Menyikapi kenyataan sebagai ketetapan Allah jika itu baik setidaknya mengucap syukur, alhamdulillah, jika buruk dengan alhamdulillah ala kulli haal atau “qaddarullahu wa maa syaa’a fa’al” yang artinya “sesuai ketetapan Allah, apa yang dikehendakiNya pasti terjadi” menyunjukkan penerimaan atas ketetapan yang merupakan bukti kekuasaan Allah.

Selain sifat, ketetapan berupa takdir buruk penting untuk dimohonkan agar terhindar. Sebab takdir tidak tunduk pada manusia, tidak juga pada takdir itu sendiri, namun sepenuhnya ditentukan Allah. Maka apa pun yang diinginkan terhadap takdir penting untuk menyadari kaidah ini dan memohon kepadaNya yang menjadi penentu secara mutlak.

Selain usaha, do’a sebagaimana yang diajarkan Nabi adalah penting khususnya bagia seorang Muslim untuk menangkal berbagai keburukan. Berikut ini satu do’a yang sangat penting lagi mujarab dalam menjalani kehidupan namun sering kali terlupakan, yaitu:

Allahumma inni a’udzubika min zawaali ni’matika, wa tahawwuli ‘aafiatika, wa fujaa’ati niqmatika, wa min jamii’i sakhotika” artinya: ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari dihilangkannya ni’matMu, dan perubahan sehat (jiwa dan fisik), dan murkaMu secara tiba-tiba (yang menjadikan hilang kesempatan untuk memohon ampun dan bertobat dari dosa-dosa) dan dari semu murkaMu” (H. R. Muslim).

Tidak mengharuskan pada waktu tertentu dan secara berulang-ulang (“taqarroro“) namun mengingat makna yang terkandung dalam do’a tersebut sekaligus merupakan dari tutur kata mulia Nabi Muhammad, makna mengamalkannya adalah suatu kepatutan terutama di waktu-waktu penuh keutamaan, semisal sepertiga atau seperempat malam. “Wallahu a’lam!”

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.