PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Sikap RSU Panyabungan yang menahan bayi dan ibunya gara-gara tak punya uang Rp. 300.000 biaya persalinan, mendapat rekasi dari partai politik.
Ketua PDI Perjuangan Madina, Iskandar Hasibuan kepada Mandailing Online, Kamis (18/2) menyayangkan kebijakan manajemen RSU Panyabungan yang notabene rumah sakit milik pemerintah kabupaten Mandailing Natal (Madina).
“Jika benar gara-gara 300.000 rupiah, pihak RSU Panyabungan sudah sangat keterlaluan, sebab bagaimanapun dan apapun alasan pihak rumah sakit, mau tertib administrasi atau apapun itu, bukan alasan, tapi harus dipakai hati nurani, karena orang tuanya yang miskin tak mampu membayar,” katanya.
Menurut Iskandar, sikap RSU Panyabungan ini akan berdampak negatif terhadap citra rumah sakit itu dan citra bupati Mandailing Natal.
“Sebab, seharusnya masih ada kebijakan lain yang bisa dilakukan oleh RSU Panyabungan, semisal biaya operasional rumah sakit bisa dipakai dan dipinjamkan kepada keluarga si bayi, sebab, siapapun orang tuanya tak akan mau gratis,” imbuhnya.
Sekedar diketahui, hingga Kamis sore (18/2) Rodiah dan bayi laki-lakinya masih tertahan di rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal sejak melahirkan 3 hari lalu.
Dia dan Aswir suaminya warga Banjar Tinggi Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan itu tak mampu membayar biaya persalinan sebesar Rp. 300.000 karena kemiskinan.
Sementara itu, Direktur RSU Panyabungan Drg. Bidasari Siregar menyatakan pihaknya menahan pasien tersebut dimaksudkan agar setiap pasien yang datang berobat ke rumah sakit itu memiliki kesadaran untuk setidaknya tertib administarsi.
“Kita berbuat begini untuk memberitahu kepada masyarakat, agar tertib administrasi biarpun itu 300 ribu itu uang negara, namun jika keluarga datang kepada kita mengaku miskin baru kita peroses,” ujarnya.
Editor : Dahlan Batubara