MEDAN – Pelaksana Tugas Bupati Tapanuli Tengah M Syukran Tanjung mengaku khawatir dengan sekitar 300 warga yang berada di dekat lokasi longsor di Desa Sibiobio, Kecamatan Sibabangan, yang tadi pagi telah memakan korban.
“Kalau lima keluarga yang ada di dekat lokasi longsor sudah keluar semua. Tapi di atas mereka itu ada lagi 300 warga yang tinggal. Saya khawatir juga,” katanya saat dihubungi Tribun Medan, Sabtu (22/11/2014).
Syukran yang mengaku baru kembali dari lokasi longsor mengatakan, pihaknya telah meminta agar warga di daerah kritis itu berhati-hati.
Menurutnya, di Desa Sibio-bio banyak bermukim warga pendatang terutama asal Nias yang bekerja di perkebunan karet.
“Kami sudah mengingatkan masyarakat agar jangan bermukim di pinggir sungai. Tapi, ya mau bagaimana lagi? Tapi mereka ini tetap tinggal disana. Banyak yang seperti itu. Sampai Sungai Batangtoru,” katanya.
Syukran mengatakan, himbauan tinggal himbauan. Sekarang, katanya, keputusan diserahkan kepada warga.
“Tergantung mereka. Kalau masih mau hidup lama, sebaiknya tidak tinggal di pinggiran sungai,” katanya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam pers rilis yang diterima Tribun Medan, mengatakan sebanyak lima unit rumah di tebing tertimbun longsor, empat orang tewas tertimbun longsor dan seorang bayi berusia 4 bulan masih belum ditemukan karena terbawa longsor dan arus sungai.
Kelima korban itu terdiri dari dua kepala rumah tangga yang rumahnya tertimbun longsor dan terseret arus sungai, yaitu: 1) Saut Marita Zebua (L, 28), 2) Ariyani Telaumbanua (P, 20), 3) Daliato Zebua (L, 20), 4) Yunita Telaumbanua (P, 18), dan 5) Butet (4 bulan, anak pasangan Dalizato dan Yunita).
“Tim SAR telah berhasil mengevakuasi empat korban dalam kondisi meninggal tertimbun longsor. Sedangkan pencarian korban bayi masih dilakukan dengan menyusuri sungai. Kondisi medan berat karena perbukitan dan hutan,” katanya.
Sumber : tribun-medan.com