Yayasan Mataniari Sian Madina yang berbasis di Mandailing Natal (Madina) terus bergerak mengkampanyekan sekaligus menggenjot Program Investasi Kehutanan Berbasis Masyarakat.
Program ini merupakan upaya Yayasan Mataniari melestarikan hutan dalam sumbangsihnya bagi mitigasi emisi karbon global yang juga sekaligus memperkuat posisi kesejahteraan masyarakat yang bermukim di zona penyagga hutan.
Sebab, hutan adalah asset sumber daya alam yang tidak ternilai harganya untuk keberlanjutan hidup setiap generasi.
Kabupaten Mandailing Natal adalah negeri bertuah yang dilimpahkan Allah dengan wilayah dikelilingi oleh asset sumber daya alam hutan yang beratus ribu hektar luasnya.
Pertanyaanya sudah sejauh mana generasi yang ada di Kabupaten Mandailing Natal, Pemerintah Daerah, dan stake holder yang terkait menjalankan program yang benar-benar berguna untuk masyarakat soal pemberdayaan sumber daya hutan yang berkelanjutan, khususnya investasi dalam usaha kehutanan berbasiskan masyarakat?
Penguatan usaha kehutanan berbasis masyarakat, bukan saja akan mengurangi dampak kemiskinan, dampak sosial, dampak lingkungan, tapi juga merupakan komponen yang penting untuk mitigasi emisi karbon demi keberlanjutan asset sumber daya alam hutan yang tetap asri dan terjaga untuk setiap generasi.
Kamis, 27 Agustus yang lalu, ketika acara Konferensi Pers Indonesia soal Green Climate Funds yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang juga dihadiri oleh pengurus Yayasan Matanari Sian Madina sebagai wakil NGO lokal, Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani menekankan pentingnya ide-ide pintar.
“Harus ada ide-ide pintar dan pemikiran baru bagaimana kita mendukung seluruh ekosistem, konservasi, dan rehabilitasi dari hutan kita, hal ini tentu kita sangat terbuka untuk mendapatkan masukan termasuk dari stakeholder LSM juga. Kerena pada dasarnya kita semakin menyadari, bahwa kita tidak bisa
meng-address satu isu seperti kehutanan tanpa kita meng-address isu dari masyarakatnya dan juga dari sisi kebutuhan ekonomi masyarakatnya, kerena kita tidak bisa melakukan konservasi hutan tapi masyarakatnya sendiri tidak mendapatkan kesejahteraan atau mereka tidak mendapatkan kehidupan yang layak,” kata Sri Mulyani.
Pada Sabtu tanggal 12 September 2020, Abdul Aziz Lubis selaku bendahara umum dan juga pendiri Yayasan Matanari Sian Madina, menyerahkan bibit kopi sebanyak 5.000 pokok, bibit jengkol sebanyak 1.000 pokok, dan bibit mahoni sebanyak 2.000 pokok kepada pengurus Koperasi Serba Usaha (KSU) Kopi Mandailing Jaya di di Kecamatan Ulu Pungkut.
Pada kesempatan penyerahan bibit tersebut, Abdul Aziz Lubis berkata bahwa penyerahan bibit ini, khususnya bibit kopi adalah sebagai simbolis bahwa Koperasi Serba Usaha (KSU) Kopi Mandailing Jaya di Kecamatan Ulu Pungkut adalah mitra penting program yayasan Mataniari tentang program investasi kehutanan berbasis peningkatan ekonomi masyarakat.
Abdul Aziz Lubis juga menjelaskan bahwa komunikasi pengurus Yayasan Matanari Sian Madina dengan beberapa Dirjen di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang berhubungan dengan program kehutanan, dan hubungan yang baik khususnya kepada pihak KPH VIII adalah satu hal yang penting, yang amat membantu pihak Yayasan Matanari Sian Madina merealisasikan program-program di masyarakat akar ruput semenjak bulan Februari yang lalu.
Editor : Dahlan Batubara