Oleh: Muhammad Ludfan Nasution*
Ketika searching pemberitaan di mesin pencari digital, saya menemukan sebuah berita tentang Ivan Iskandar Batubara (IIB) yang sedang mencari tandem untuk posisi bakal calon wakil bupati. Pikiran saya langsung tergiring ke suasana Pilkada Mandailing Natal 2024 yang saat ini makin tegang menunggu rekomendasi partai dan seleksi balon wakil bupati.
Tapi, ternyata, berita itu diposting website berita Mandailing Online pada sembilan tahun yang lalu.
Bagi saya, berita itu menarik bukan saja karena eskalasi Pilkada 2024 ini. Tapi juga karena, setahu saya, sekalipun belum mengumumkan, IIB sudah menemukan tokoh yang tepat untuk mendampinginya.
Dari kepingan cerita itu, saya coba bikin reka-rekaan (analitis) bahwa:
IIB sudah mencari wakil selama sembilan tahun ini. IIB urung maju sebagai calon bupati pada Pilkada 2014 bukan karena soal wakil itu.
Progres IIB terkesan melambat dalam sembilan terakhir ini bukan pula karena soal wakil itu.
***
IIB sudah mencari sosok yang tepat untuk menjadi mitranya selama sembilan tahun ini. Setidaknya, sejak Pilkada 2014, dia sudah berupaya mengenal lebih dalam tentang Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan tokoh-tokoh besarnya. Dengan orientasi harmonis dan visi tajam sebagai putra asli Madina, dia bergerilya menemui satu demi satu.
Memang tidak mudah menemukan kawan yang seiring sejalan. Hingga KPU Madina menetapkan pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati, nama IIB memang tidak muncul. Saat itu tidak ada informasi yang menerangkan mengapa IIB mundur dari bursa pencalonan. Tidak muncul juga penjelasan apakah saat itu IIB sudah menemukan tandem wakil bupatinya.
Logikanya, IIB sudah memiliki data tentang siapa saja figur pemimpin, terutama yang cocok untuk menjadi wakilnya, yang mungkin muncul di kontestasi Pilkada berikut. IIB tentu menyimpan data tentang kepemimpinan itu.
Di Pilkada 2024 ini, nama IIB yang sudah mengemban amanah yang terpatri dalam gelar adat Patuan Parimpunan Gomgom Mandailing kembali mencuat. Tentu saja, dia membutuhkan wakil yang bisa melengkapi ketangguhannya untuk mendapatkan rekomendasi partai politik sebagai paslon Bupati dan Wakil Bupati Madina pada Pilkada 2024.
Artinya, dengan data yang terkumpul selama sembilan tahun ini, IIB seyogianya akan menemukan tokoh balon wakil bupati. Tidak salah juga jika disebut bahwa IIB perlu waktu sembilan tahun untuk itu.
Artinya, bukan berarti tak cukup waktu sembilan tahun untuk bisa langsung tampil berpasangan dalam sosialisasi Bacakada (bakal calon kepala daerah) yang mendampinginya di Pilkada Madina 2024 ini.
***
Makanya, siapa pun yang jadi wakil itu, tentu merupakan tokoh yang sudah masuk seleksi selama sembilan tahun ini. Dan, karena itulah, orang itu termasuk sosok paling mumpuni.
Akan tetapi, IIB urung maju sebagai calon bupati pada Pilkada 2014 bukan karena soal wakil itu. Ada faktor lain yang lebih mendasar. Matematika politik hari itu tidak menguntungkan bagi Madina jika dia memaksakan dirinya untuk terus maju sebagai balon Bupati Madina. Andaikan lanjut tampil dan menang tarung pun, sinergi yang yang bisa dihimpun tak cukup untuk mengatasi problematika Madina saat itu.
Maka, pilihan sikap untuk mengurungkan niat baiknya untuk terjun langsung membangun Madina sudah tepat.
Yang jelas, bukan karena belum dapat balon wakil. Bahkan, isu yang beredar menyebut setidaknya ada 24 nama yang sudah mengajukan “lamaran” untuk jadi wakil itu.
Lalu, setelah tahapan pendaftaran balon ke KPU Madina makin dekat, progres pencalonan IIB justru terkesan melambat. Bahkan sempat mengemuka isu yang menyebut IIB sudah mundur dari perkelebatan Pilkada. Tragisnya, sama sekali tidak ada pihak yang memberi informasi tentang itu. Sehingga muncul kalimat-kalimat spekulatif yang tidak culas dan kontra-produktif.
Isu sekitar pergerakan IIB itu malah memunculkan tudingan personal, termasuk yang menyebut bahwa waktu sembilan tahun itu pun tak cukup untuk hanya sekedar cari balon wakil karena tidak sungguh-sungguh.
Padahal, sudah sangat jelas, problemnya bukan karena belum menemukan yang cocok untuk balon wakil bupati. Bukan pula karena dia mundur dari pencalonan.
***
Mari kita tunggu. Siapa yang bakal jadi wakil pendampingnya di 27 Agustus 2024 ini? Siapa pun itu, insya-Allah, cukup tangguh untuk menghimpun energi, merangkai sinergi membangun harmoni dalam kerangka “Patujoloon Mandailing Natal dengan Standar Baru Kemajuan Daerah”.
Jika masih ada keraguan hingga merasa harus tampil juga, hingga harus pasang baliho juga, itu menunjukkan sikap gagal faham dan salah fokus di dalam arus dan pusaran Pilkada Madina 2024. Itu adalah hal yang wajar saja. Siapa pun boleh tampil. Semua bisa saja merasa terpanggil atau merasa dipanggil.
Sembilan tahun itu bukan waktu yang pendek. Untuk mencari dan menemukan balon Wakil Bupati Madina butuh kajian serius dan banyak-banyak pertimbangan, termasuk tawaran dari partai-partai pengusung.
Pun ujungnya, harus bisa berakselarasi sapangambe sapanaili bersama sang Ketua Program, Patuan Parimpunan Gomgom Mandailing dalam semangat persatuan seperti buah siala sampagul, semua unsur tersusun rap tu ginjang rap tu toru, sehingga kalau pun jatuh, rap margulu sama-sama atasi semua risiko, agar nantinya perjuangan berhasil optimal malamun saulak lalu, semua ikut berbagi, semua dapat bagian.
Dalam sembilan tahun ini, utamanya pada saat pelaksanaan Pilkada 2024 makin dekat, sudah diprediksi kian muncul seribu isu, seribu provokasi dan seribu agitasi.
*) M. Ludfan Nasution: Jurnalis Freelance, Alumni IISIP Jakarta dan Anggota DPRD Madina 2014-2019