Tak dapat disangkal, bahwa Mandailing Natal (Madina) saat ini berada dalam kondisi “tidak baik-baik saja”. Pragmatisme terlihat begitu kuat mencengkram menghujam. Mengalahkan kearifan, kecerdasan, keikhlasan.
Itu tentu membutuhkan penanganan serius.
Dan, Pilkada Madina 2024 dianggap menjadi harapan menghasilkan figur yang pas dan tepat menyelamatkan serta membawa Madina ke arah yang lebih baik, terutama di sektor ekonomi dan sosial plus pemerintahan yang baik berwibawa.
Setidaknya itulah hipotesa dan analisis dari Ludfan Nasution, S.Sos, seorang tokoh pemikir di Madina, Sumatera Utara.
Dalam pandangan Ludfan, figur Ivan Iskandar Batubara dianggap memiliki integritas, kapasitas dan kapabilitas yang sinkron dengan problematika daerahnya.
Berikut kupasan Ludfan Nasution yang dikirim kepada redaksi Mandailing Online, Rabu (20/3/2024) yang kami sajikan secara utuh tidak diedit:
Saya pernah beberapa kali bincang-bincang dengan pengusaha Ivan Iskandar Batubara yang kemudian mendapat gelar adat Patuan Perimpunan Gomgom Mandailing. Saya mencatat beberapa poin buah pikirannya. Ada satu yang prinsipil. Menurutnya, seseorang mestinya dihargai bukan karena apa yang dimiliki dan dibaginya, melainkan bedasarkan kapasitas seutuhnya (integritas), terutama karena kearifan, pemikiran dan budi pekertinya.
Nah, kalau pertanyaannya, bagaimana pandangan dan pendapat saya terhadap Patuan Gomgom yang sudah muncul di bursa balon Bupati Madina?
Begini:
Semua tokoh yang punya integritas baik dan kuat itu, layak dan laik untuk jadi bupati.
Bahkan, ada tokoh yang justru berstatus “wajib jadi bupati” apabila integritas, kapasitas dan kapabilitas yang bersangkutan sinkron (matching) dengan problematika daerahnya.
Makanya, nanti muncul istilah “dosa pilihan”. Seorang Ivan Batubara dalam. Konteks Pilkada Madina 2024, punya pilihan sulit: “dosa besar” atau “dosa kecil”.
Bila tak jadi bupati, itu dosa besar. Bila jadi bupati, itu dosa kecil, lebih ringan.
Logikanya, Ivan Batubara pasti menghindari dosa besar.
Namun, hal-hal ideologis itu pun harus berhadapan dengan fakta sosial-politik dan sosial-ekonomi masyarakat Madina hari ini.
Saya melihat kondisi masyarakat hari ini semakin buruk. Mulai dari tak peduli pada sejarah, kebaikan yang ada di masa lalu, termasuk utang jasa. Parah kan?
Lebih parah lagi, jika masyarakat pun tidak peduli pada arah dan gambaran masa depan, tidak penting kebaikan apa yang bisa didapatkan dan diberikannya nanti. Ini kondisi yang frustrasi (putus asa).
Lebih parah lagi, masyarakat sangat pragmatis, pertimbangan nilainya tidak lagi berdasarkan baik-buruk, sekedar nilai guna saat itu.
Nah, Pemilu 2024 sudah menjadi lukisan nyata tentang karakteristik masyarakat Madina. Dalam analisis saya, sebagian besar masyarakat Madina hari ini sudah tidak lagi menghiraukan hitungan masa lalu dan masa depan, yang penting harus mendapat sesuatu hari ini terlepas dari pertimbangan baik-buruk. Yang penting dapat uang, tak peduli itu uang haram atau uang halal.
Saya kira, kondisi Madina sudah segila itu.
Nah, menurut saya, hanya ketokohan Patuan Parimpunan Gomgom Mandailing yang cukup tangguh untuk dapat memahami, siap memasuki dan mampu mengatasi kondisi masyarakat Madina yang segila itu.
Jadi, pendapat saya, Patuan Parimpunan Gomgom Mandailing “wajib” jadi Bupati Madina dan itulah caranya menghindari “dosa besar” dalam politik lokal Madina hari ini.***
Dihantar: Dahlan Batubara